"Sudah keterlaluan," ucap Yoon Gi menelfon adik iparnya membuat yang menerima sambungan telefon tersebut menyatukan alisnya bingung. "Ada apa, Kak Yoon Gi?" tanya Woo Sik yang bingung.
Yoon Gi bukan tipikal laki-laki yang akan menelfon seseorang tanpa sebab, bahkan beberapa pesan dari pekerjaan yang menurutnya tidak penting, dia tidak akan membalasnya.
Menelfon adalah satu masalah serius, karena jika Yoon Gi tidak terdesak, dia tidak akan menelfonnya.
"Kak Go Hyung, tidakkah kau merasa gerah melihatnya terus memanipulasi data dan beberapa yang seharusnya tidak dia lakukan justru diolah terbalik?"
"Kau akan membiarkan anakmu--"
"Sudahlah," potong Woo Sik terasa begitu malas ikut campur, mulutnya terasa begitu berat membahasnya, kehormatan demi kehormatan saat berbicara pada kakak ipar laki-lakinya begitu menyebalkan dan menyesatkan.
Dia ingin tidak ikut campur, hanya saja dia memang perlu.
Membiarkan anak satu-satunya terus bekerja keras namun uangnya tidak terkumpul dengan jelas membuat dirinya gerah, dengan kakak iparnya juga.
Hanya saja.
"Apa katamu?" tanya Yoon Gi begitu marah saat Woo Sik menganggap masalah ini begitu santai. "Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku, tolong kau urus saja perusahaan ayah dan--" Belum selesai Yoon Gi mengatakan jalan keluar yang sama sejak satu tahun yang lalu, Woo Sik begitu malas memikirkan apa yang ingin dia keluarkan.
"Kak, aku juga sama. Aku tidak akan pernah mau menutup bisnisku, aku tidak akan mau mengurus--" Sekarang Yoon Gi terlihat menutup permasalahaan yang sama dengan cara yang serupa.
"Aku tidak memintamu untuk menutupnya, medis bukan masalah besar dan berat untuk kau urus sendiri, jika kau kepalanya dan Tae Jung lalu Ji Kang menurut padamu, keduanya akan--" Woo Sik begitu benci mendengarnya.
Dia menggelengkan kepalanya tidak senang sama sekali, dia memilih untuk menghentikan sambungan telefonnya jika akan terus membicarakan hal menyudutkan untuknya. "Pikirkan bagaimana aku membuatnya sendiri, Kak."
"Kau pikir hanya kau saja yang harus egois? Jika kau tidak bisa meninggalkan beberapa Rumah Sakit yang kau punya, lalu aku? Aku juga tidak bisa. Kenapa kau menelfonku hanya untuk bertengkar? Masalah--"
Yoon Gi terlihat menghentikan pembicaraan keduanya, dia mendinginkan kepalanya dengan terdiam, menghela nafasnya berat dan menariknya ulang.
"Pikirkan nasib anak dan istri kita ke depannya," ucap Yoon Gi mengintrupsi Woo Sik yang saat itu masih dalam kekerasan ego yang lebih mendominasi.
"Jika salah satu dari kita tidak ada yang mengalah, tidak akan ada masalah yang selesai. Aku akan datang, aku akan membantumu menyelesaikannya, kau tahu aku dan kau lebih lama siapa bermusuhan dengan anak kita masing-masing, bukan?"
"Aku masih belum berani bertemu dengan Tae Jung, bantu aku," minta Yoon Gi pada adik sepupunya yang hampir beberapa tahun terakhir terus berseteru satu dama lain.
Jika istri-istri mereka masih memperebutkan uang dan kekuasaan peninggalan ayah mereka, lain lagi dnegan para suami.
Para suami masih dengan menghilangkan egonya masing-masing, mereka lebih meninggikan masa depan yang akan, masih enggan perasaan iri dan dengki pada ayah mertuanya yang sudah meninggal karena berhasil menarik paksa anak-anak mereka untuk membantu perusahaan itu tanpa membantu perusahaan ayah mereka.
Hampir dua tahun berjalan, Yoon Gi dan Woo Sik amsih meninggikan ego mereka untuk saling paling teguh berdiri dan tidak ingin ada yang mau mengalah untuk bisnis mereka masing-masing.
Terlebih dari itu, keduanya juga tidak begitu akrab dengan ayah mertuanya.
Jika saja keduanya tidak bermusuhan dan baik-baik saja, Yoon Gi adalah dokter paling berpengalaman yang memiliki lisensi kedokteran sebagai dokter bedah, yang selamanya bisa menjadi dokter diposisikan mengurus satu bisnis besar ayah mertuanya di mansion dua.
Sebagai dokter bedah dan kepala mansion yang akan mengoper beberapa organ manusia ke beberapa Rumah Sakit yang sudah menjadi miliknya.
Dan untuk Woo Sik, dia bisa di mansion tiga, diaman dia bisa banyak bernegosiasi dengan beberapa mafia dan jual beli barang ilegal.
Dia mantan organsisasi FBI. Itu cocok untuk mereka berdua, jika mansion dua dan mansion tiga dipegang para ayah, dan mension satu (Perusahaan inti) dipegang oleh Tae Jung, Tae Hyun dan Ji Kang semuanya tidak akan seburuk ini.
Terlebih.
"Apa si brengsek itu berulah lagi?" tanya Woo Sik menanayakan Go Hyung karena dia memang biang masalah yang ada di mansion ayah meetuanya.
"Anakku Tae Hyun, dia melukai anak Go Hyung hampir meninggal, Go Hyung memintaku untuk mengoperasi anaknya, dan aku datang." Yoon Gi terlihat memberikan semua infomasi yang dia miliki pada adik iparnya.
"Kau bodoh, Kak? Kenapa kau tidak menolaknya saja. Bukankah kau tahu, jika--"
"Si brengsek itu mengancamku dengan anak-anak kita, Woo Sik. Kau harus datang karena hanya kau yang bisa melawan bajingan itu." Woo Sik terdiam, dia jadi teringat seberapa tahun yang lalu dimana Go Hyung hampir mati ditempar oleh Woo Sik karena berhasil membakar anaknya dalam emosinya.
"Aku akan datang."
○○○
"Limabelas ribu wine botol," ucap Jo Ka (Ji Kang dalam nama samaran) bertanya pada Ko Ji jika Tae Jung meminta limabelas ribu wine botol hari itu juga. "Ya."
"Masukkan pada truk angkutanku, dan kau akan menerima uangnya," titah Jo Ka sendiri tanpa pengawasan, Ko Ji yang sudah terbiasa melihat sikap angkuh dan memerintah milik Jo Ka hanya mengangggukkan kepalanya meminta Tae Gwang untuk memberikan sinyal pada bawahannya secara lisan saja.
Tae Gwang yang tahu ini menjadi masalah inti hanya berjalan menjauh memberi wuang pada In Seung dan pria yang memiliki nama Jo Ka.
Alis Tae Gwang menyatu bingung, dia tanpa pengawasan, dan tanpa senjata di jasnya, datang sendiri tanpa siapapun yang mengawasi di dekatnya.
Siapa dia? Tae Gwang pikir Van Tae adalah orang yang sangat dilindungi, namun melihat Jo Ka yang hanya datang sendiri saat berjalan mendekat, satu pria menunggu di dalam satu mobil yang sama, lalu hanya membawa dua puluh mobil biasa anti peluru dan tujuhbelas truk oengangkut, bukankah pria itu terlihat sangat tidak takut pada apapun?
Selain siapa dia, Tae Gwang semakin penasaran karena dari matanya yang tajam tanpa kacamata hitam yang sama milik Van Tae, dia terlihat sangat dominan pada sesuatu.
"Kau datang sendiri?" Ji Kang menganggukkan kepalanya tanpa berbucara, matanya manatap tajam punggung Tae Gwang karena sejak tadi pria itu terus melihat ke arahnya dengan tatapan ingin tahu.
"Siapa pria itu? Aku baru saja melihatnya," ucap Ji Kang dengan mata yang sama melihat punggung Tae Gwang yang sedang berbicara dengan satu dan beberapa pria lainnya.
"Gwang. Dia satu pria yang sudah bekerja padaku hampir dua tahun, hanya saja aku jarang membawanya. Dia pintar dalam mengurus manusia-manusia tidak berguna, basisnya mengoperasi, dan beberapa kali berjudi dan berkelahi." In Seung terlihat menjelaskan sesuatu yang Tae Gwang miliki dengan yang menonjol saja. Dia tidak menjelaskan jika pria itu hanya memiliki wajah yang datar, dan sangat bodoh di depannya saja.
Tae Gwang adalah senjata boom waktu, dia tahu pekerjaan Tae Gwang tidak terlalu sempurna, hanya saja saat dia berambisi, apapun yang In Seung mau melalui Tae Gwang.
Dia bisa menyanggupinya.
"Dimana Van Tae?" tanya In Seung berusaha mengakrabkan diri pada Jo Ka, hanya saja pria itu menatap tajam In Seun tidak suka dan melepar koper berisikan uang di dalamnya.
"Urus uangmu, dan jangan ikut campur urusan orang lain," perintah Ji Kang langsung berjalan menjauh dari Ko Ji dimana semua muatannya sudah masuk, beberapa berkas yang dia lempar dan uangnya.
Ji Kang memang bukan orang yang sopan, dia memperlakukan orang seenaknya, tapi dia sangat bertanggung jawab pada apapun yang dia harus dapatkan.
"Kau harus meminum sedikit wine yang Van Tae beli, tuan Jo Ka. Kenapa kau sangat buru-buru," cegah In Seung membuat Ji Kang melirik In Seung ingin.
"Berhenti mengatakan omong kosong, sialan!"