"Woo Sik, ikut denganku," minta Ji Kang pada Woo Sik yang baru saja akan memakan makan siangnya sudah ditarik secara kasar oleh Ji Kang membuat Woo Sik yang sejak tadi menunggu pembantu untuk memasak sejak tadi benar-benar tidak bisa makan siang sama sekali.
"Makan siangku," gumam kecil Woo Sik yang mqsih bisa didengar oleh Ji Kang, Ji Kang yang mendnegarnya hanya bisa memutar bola matanya malas.
"Kau bisa makan siang di kantor," jawab Ji Kang membuat Woo Sik kembali berbinar, dia tidak melihat ke arah makanannya lagi dan menyelamatkan dirinya dari kelaparan sejak tadi. "Baiklah," respon baik Woo Sik dengan berusaha keluar dari seretan keras Ji Kang untuk melepaskan diri.
"Ada apa denganmu? Aku ingin berjalan sendiri," keluh Woo Sik yang tidak mendapat bagiannya berjalam dengan santai. Woo Sik terus sitarik kasar, berjalan mundur, mata yang terus melihat ke belakang namun Ji Kang begitu tidak perduli.
"Aku akan melepaskanmu selesai di depan lift," jawab Ji Kang membuat Woo Sik memutar bola matanya malas. Lima menit setelahnya keduanya sudah sampai lift, dan Ji Kang menekan tombol turun sampai lobi.
"Ada apa denganmu? Kau tidak pernah ingin pergi bersama denganku, lalu apa ini? Aku tidak ingin--"
"Kau harus ikut denganku, aku akan sibuk. Jadi supir pribadiku," titah Ji Kang membuat Woo Sik menghela nafasnya berat.
Ting.
Lift terbuka, Woo Sik berjalan lebih dulu untuk mengambil kunci mobilnya, sayangnya Ji Kang kembali menghentikan langkah Woo Sik. "Kau," tunjuk Woo Sik saat itu juga.
"Pakai mobilku," minta Ji Kang dengan cepat melempar kunci mobilnya membuat Woo Sik terlihat sangat terkejut melihatnya.
Bukankah selama lima tahun terakhir hanya Ji Kang saja yang bisa membawa mobilnya? Tae Hyun dan Tae Jung juga tidak mendapat akses, jika pergi kemanapun Ji Kang selalu mengambil supir acak, dan tidak menggunakan mobilnya.
Woo Sik sedikit takut, dia membuka pintu mobil Ji Kang dengan sekali tekan, dua sisi mobil tadi terbuka pelan. "Kenapa? Kau takut?"
"Aku sengaja menggunakannya karena aku sudah terlambat. Kau pengemudi yang baik dan cepat kan? Kemudi dengan baik, jika ada yang rusak, kau harus menggantinya dengan organ dalammu," ucap Ji Kang santai dengan duduk di sebelah Woo Sik yang sednag memegang kemudinya dengan hati-hati.
"Kecepatannya paling tinggi dari mobil yang ku punya dan milik Tae Jung, jadi kau harus hati-hati." Lagi, Ji Kang berbicara membuat Woo Sik sangat merinding mendengarnya, dia begitu takut menjawab dan menggunakan kecepatan rata-rata yang bisa dibilang sangat cepat.
"Baiklah."
Ji Kang mengambil laptopnya, dia mengecek beberapa berkas yang sudah dikerjakan sekretaris di perusahaan kakeknya yang sudah mendapat kepercayaan untuk mengurusnya selagi Ji Kang tidak ada dan Tae Jung.
Limabelas menit sampai, mobil yang Woo Sik kemudi benar-benar mobil mahal. Yang seharusnya empatpuluh menit sampai limapuluh menit menjadi limabelas menit karena tidak begitu ramai.
"Makanlah di kantin," jawab Ji Kang dengan berjalan cepat karena mendapat telefon dari seseorang. Ji Kang berjalan cepat menuju ruangannya dengan sambungan telefon di tangannya.
"Ada apa, ibu? Aku ada meeting lima menit lagi," jawab Ji Kang masuk ke dalam lift khusus membuat Woo Sik sudah berjalan menuju kantin perusahaan dengan cepat melupakan Ji Kang.
"Kamu kapan pulang? Hampir dua bulan kamu tidak pulang dan menginap di rumah. Ibu merindukanmu," jawab Ji So yang kala itu membuat Ji Kang terdiam, dia tidak menjawab sebab sekretarisnya berjalan ke arahnya.
"Tuan Kyun Hwa sudah menunggumu, tuan." Ji Kang kembali mengambil berkas di tangan sekretarisnya itu dan membaca beberapa sebelum mengakhiri panggilannya dengan ibunya.
"Apa ibu sangat merindukanku?" tanya Ji Kang membuat sekretarisnya sedikit bersemu malu mendengarnya saja. "Ya, kamu harus pulang dalam minggu ini, nak."
Ji Kang menghela nafasnya berat, dia menganggukkan kepalanya pelan dan singkat sekali.
"Akan ku pikirkan lagi nanti, aku akhiri telefonnya. Aku ada meeting penting hari ini." Ji Kang mengakhiri panggilannya dengan ibunya, langsung memasukan ponselnya asal ke saku dan berjalan cepat menuju ruang meeting.
○○○
"Membosankan mengurus beberapa berkas seperti ini," keluh Tae Hyun membuat Yoon Gi yang sednag tadi sedang mengumpulkan kesalahan beberapa dari karyawannya menjadi terpecah fokusnya.
"Ada apa lagi?"
"Tidak bisakah kau diam satu hari saja? Berhenti mengeluh dan lakukan saja," kesal Yoon Gi pada putranya dan memilih melanjutkan pekerjaannya membiarkan Tae Hyun tertekan karena pekerjaannya.
"Apa hidup ayah sebatas ini-ini saja? Aku muak, aku bukan dokter, aku tidak bisa mengoperasi seseorang, dan aku bukan lulusan mahasiswa yang baik. Aku bukan pria dewasa yang pintar segalanya," jelas Tae Hyun pada ayahnya jika dirinya bukan robot yang bisa bekerja di bawah tekanan dari ayahnya begitu saja.
"Belajarlah dari siapapun, jika kamu membenci kakakmu setidaknya kamu bisa belajar dari orang lain dengan bekerja keras. Jika kamu selalu berpikir itu-itu saja, mengeluh, dan tidak menjalaninya dengan baik kamu banyak tertinggal dengan siapapun, Tae Hyun." Tae Hyun memutar bola matanya malas, dia mencetak beberapa laporan yang berhasil dia revisi agar ayahnya kembali mendapatkan kerja kerasnya sejak tadi.
"Tidak ada yang bisa ku pelajari dari orang-orang. Semuanya terlihat sangat munafik dalam menjalankan hidup, haruskah aku terus munafik? Biar apa aku melakukannya terus? Mendapatkan apa aku setelahnya? Aku benci mengakuinya, hanya saja yang ayah pikirkan terlalu rasis. Aku juga membencinya," jawab Tae Hyun yang kala itu berhaisl membuat Yoon Gi bemar-benar kelelahan menasihati anaknya.
"Siapa wnaita yang membuatmu menyakiti Song Ji Min seperti kemarin? Secantik dan sebaik apa dia sampai kau benar-benar tidak bisa mengendalikan amarahmu itu," ucap Yoon Gi sedikit meminta penjelasan dengan apa yang anaknya dari apa yang dilakukan oleh Tae Hyun.
"Sangat cantik, polos, sexy, menyenangkan dalam segalanya dan dia benar-benar wanita yang ku inginkan hidup bersamaku sampai mati." Yoon Gi terlihat sangat muak melihatnya, dia melirik Tae Hyun dengan tatapan serius.
"Bukankah sebelumnya juga kamu mengatakan itu? Pada akhirnya sangat miris, wanita itu mati meledak dengan kakekmu sekalian," sambung Yoon Gi membuat Tae Hyun terdiam mengingatnya.
Benar. Tae Hyun sangat membenci kenyataannya, dia melirik Yoon Gi dengan tatapan membunuh dan nyalang.
"Aku ingin membunuh wanita jalang itu," celetuk Tae Hyun membuat ayahnya terkekeh, dia menggelengkan kepalanya tidak memberi izin, yang Tae Hyun maksud wanita jalang adalah Song Ji Min.
"Kamu belum tahu siapa yang meledakkan mansion lama kakekmu, kamu belum tahu siapa saja yang terlibat di dalamnya, kamu belum tahu apa tujuan orang itu menghancurkan mansion kakekmu, dan masih banyak fakta yang belum kamu temukan dari alasan kau kehilangan wanita yang kamu cintai dengan kehilangan kakekmu," jelas Yoon Gi sedikit memberi arahan dan bantuan penjelasan pada anaknya untik tidak tergesa-gesa dalam sesuatu.
"Lalu? Apa jika ayah menunggu, Soo Bin tidak akan mati juga? Aku harus membinasakan siapapun yang tahu dari waktu ke waktu, karena saat aku tahu semua faktanya sedikit-sedikit aku akan merasa puas," balas Tae Hyun dengan cara dan pola pikirnya sendiri, namun begitu jelas terlihat jika Yoon Gi tidak suka.
"Kamu masih kurang dewasa, Tae Hyun."
"Butuh waktu mendapatkan hasil yang memuaskan, sdn butuh usaha mendapatkan apa yang kamu inginkan. Ayah rasa kamu terlalu banyak mengedepankan emosi dan egomu. Turunkan sedikit atau kamu sendiri yang akan rugi, nantinya." Yoon Gi terus menasihati anak keduanya. Dia tahu begitu banyak masalah yang akan ada dan terlibat setiap saat dan waktu.
Dengan begitu Yoon Gi selalu menyiram kemarahan anak keduanya itu dengan air. Air yang di maksud Yoon Gi adalah masalalu, jika tanpa wanita dimasalalu Tae Hyun, kelamnya hidup Tae Hyun dan beberapa aspek untuk membenci seseorang. Yoon Gi tidak bisa menangani anaknya.
Dia yakin akan hal itu sendiri.
"Untuk kali ini, wanita itu bernama Eun Ra." Tae Hyun memberitahu ayahnya soal wnaita yang dia sukai saat ini.
"Jika kak Tae Jung menyukainya, aku selalu menyukainya. Ini memang merepotkanku, tapi aku menyukainya." Yoon Gi termenung, dia terdiam.
Dia menyadar seberapa tertekanannya hidup anak pertamanya. Bermusuhan dengannya, diganggu oleh adiknya, dan soal percintaan dan kasih sayang.
Bukankah kehilangan kakeknya (ayah mertua Yoon Gi) membuat Tae Jung kehilangan segalanya?
"Buat wanita bernama Eun Ra itu semangat bekerja untukmu, jika kamu banyak berubah. Ayah akan membantumu," ucap Yoon Gi langsung saja, entah apa yang dipikirkan pria dewasa itu, hanya saja.
Dia ingin kembali berbaikan dengan anak pertamanya, itu saja keinginan Kim Yoon Gi.
'Semoga kau panjang umur, Tae Jung.'