Chereads / Gong Eun Ra : Contested Woman / Chapter 3 - 3. Di Sini adalah Neraka.

Chapter 3 - 3. Di Sini adalah Neraka.

"Si sialan itu benar-benar merepotkan," keluh Ji Kang yang berjalan keluar dari mansion milik sepupunya, Ji Kang Park.

Ji Kang menelfon ibunya untuk menanyakan sesuatu. "Ibu," panggil Ji Kang pada ibu nya. "Hem?" jawab ibu nya dengan sedikit lirih karena sedikit mengantuk karena panggilan telefonnya tengah malam sekali.

"Tae Jung menyuruhku aneh-aneh lagi, apa aku harus mengikuti apa yang dia mau? Ini gila, aku malas sekali harus datang jauh-jauh hanya untuk merampas uang yang sudah dia beli lalu merusak tempatnya," adu Ji Kang pada ibunya, ibu mendengar hal tersebut tidak banyak bicara hanya drngan. "Ya, Lakukan saja, bukankah tidak ada cara lain?" Ji Kang memutar bola matanya malas. "Ibu gila? Ini tindakan kejahatan bukan?" marah Ji Kang membuat ibu nya terkekeh mendengarnya.

Ji Kang menatap datar jalan yang sedang dia kendarai mobilnya pelan-pelan sekali.

"Nak, bukan masalah besar kenapa ibu tidak melarangmu. Ini perintah dari kakek kalian. Karena Tae Jung anak pertama dari pernikahan anak pertamanya, sangat jelas dia lah yang harus mendapatkan semua harta tujuhpuluh lima persen dari kita. Tidak masalah kenapa ibu mengatakan tidak apa-apa. Semua orang akan baik-baik saja jika yang membuat masalah adalah Tae Jung atau keluarganya," jelas ibu membuat anak bermarga Park itu terdiam.

Ji Kang menghela nafasnya berat dan menghentikan mobilnya pelan. Menatap tempat pelelangan yang biasanya dia datangi hanya untuk kesenangan. Mengambil, membeli, mengambil uang kembali. Itu hanya masalah kecil bagi Ji Kang, tapi untuk membakarnya. Itu adalah hal yang sangat berat bagi Ji Kang.

"Ibu, aku sudah sampai di tempat itu. Bagaimana aku menghancurkan tempat itu, diledakan, dibakar, atau dirobohkan. Bagaimana cara agar aku bisa melakukannya untuk terlihat baik-baik saja? Aku frustasi ibu, aku tidak bisa melakukannya. Banyak orang-orang yang sangat butuh diselamatkan. Dan bagaimana aku bisa menghancurkannya."

Ibu Ji Kang menghela nafasnya benar, benar sekali. Tempat pelelangan adalah neraka, selain tidak bisa melakukan apapun dengan leluasa di sana juga banyak orang ingin diselamatkan dan lapangan pekerjaan.

"Anakku," panggil ibu memberi saran pada anaknya dengan rapi. "Belilah seseorang di sana untuk menghancurkan tempat itu. Beberapa orang suruhanmu akan mengambilnya seperti biasanya. Ambil semuanya dan buatkan kesalahan yang terlihat sangat biasa." Alis mata Ji Kang menatap kedua matanya sedikit bingung dengan apa yang ibu nya katakan.

"Beli? Untuk apa? Apa ibu membutuhkan anak lagi? Aku tidak ingin memiliki adik, ibu," tolak Ji Kang membuat ibu nya memutar bola matanya malas. "Carilah pacar anak keras, apa kau tidak merasa kasihan pada ibu yang hampir mati ini?"

"Kau menasihati Tae Jung sepupumu, tapi hidupmu sama sepertinya, jangan sok dewasa di depannya dan kekanak-kanakan ketika dengan ibu." Ji Kang menelan ludahnya sukar sekali, inilah masalahnya kenapa Ji Kang menolak keras jika dia pulang lebih sering.

Dia akan terus ditekan ibu nya untuk menikah dan yang lainnya. Ibu Ji Kang terlalu banyak bicara, bahkan dia sendiri saja sangat lelah menanganinya.

"Menikahlah, anakku." Ji Kang memutar bola matanya malas. "Ibu, aku harus mengakhiri sambungan telepon ini. Aku harus pergi melakukan apa yang Tae Jung inginkan, aku tutup dulu ya. Sampai jumpa ibu," ucap Ji Kang mematikan sambungan teleponnya dengan cepat dan melempar ponselnya asal.

Ji Kang melirik beberapa mobil yang sudah dia bawa di belakang sebagai jaga-jaga.

Sejujurnya Ji Kang hanya membawa lima mobil, sepuluh orang suruhannya. Selain tidak ada masalah besar yang bisa dilakukan, Ji kang mengmbil earphone yang tersambung ke telingannya dan mereka semua.

"Kalian semua sudah siap?" tanya Ji Kang begitu saja, beberapa darinya hanya menganggukkan kepalanya pelan, menjentikan jarinya, dan menepukkan tangan mereka satu kali. Itu hanya code.

Ji Kang mengha nafasnya berat dan mulai keluar dari mobilnya dengan diikuti beberapa orang yang berjalan seperti biasa, berbaur adalah rencana A agar tidak banyak orang curiga.

"Rencana A sisi kanan dan belakang, lakukan!!!"

○○○

"Kau harus belajar banyak dari pembantu yang ku minta tadi," ucap Tae Jung mengatakan lagi setelah limabelas menit dia mengatakannya juga pada Eun Ra. "Aku mendengarnya, tuan." Tae Jung tersenyum pelan, tidak ada yang lebih romantis dan baik-baik saja dari Eun Ra (Orang yang Tae Jung beli) sangat menurut padanya.

"Aku akan melakukan apa yang kau inginkan." Tae Jung menganggukan kepalanya pelan. Sekarang jam dua pagi setelagi pagi lagi. Eun Ra sama sekali tidak melihat Tae Jung berhenti bekerja sama sekali.

Kalaupun itu iya, bukankah Korea sama sekali tidak mungkin sampai bekerja duapuluh jam dalam satu hari? Gila juga jika Tae Jung benar-benar tidak beristirahat atau tidur.

Bahkan sejujurnya Eun Ra sangat mengantuk sekarang, Tae Jung santai-santai saja dengan pekerjaannya.

Semua senjata di tangannya, semua berkas di atas mejanya, semua struk pembelian di samping sofa Eun Ra berdiri. Ini gila, jika Tae Jung orang biasa. Tidak akan mungkin juga orang biasa bisa melakukan semua ini bersamaan tanpa henti seperti itu.

"Tuan, bolehkah saya beristirahat? Ah maaf, bukan maksudku begitu. Bukankah saya sudah melakukan apa yang tuan lakukan dari jam tujuh pagi sampai jam dua pagi lagi? Sejujurnya saya hanya bertanya, tuan," ucap Eun Ra mengatakan keinginannya untuk tidur karena kelelahannya.

"Tidak ada jam istirahat di mansion ini," jawab Tae Jung berharap Eun Ra paham dengan pertanyaanya.

"Tidak ada?" tanya Eun Ra mengulang apa yang dia dengar dari Tae Jung. "Iya, memang tidak ada. Ji Kang yang kau lihat tadi sedang aku tugaskan untuk sesuatu hal yang penting. Beberapa jam lagi juga dia akan pulang untuk melaporkan tugas yang sudah aku perintahkan."

"Di sini tidak ada jam istirahat sama sekali, hanya waktu luang beberapa menit saja sejujurnya," sambung Tae Jung menjelaskannya, Eun Ra menghela nafasnya berat. Ini masalah besar bagi siapapun, bahkan di tempat pelalangan benar-benar membuat seorang Eun Ra yang sangat menyedihkan itu masih diperlakukan manusiawi untuk beristirahat atau setidaknya tidur empat jam setiap satu harinya.

"Tuan, kau terlalu berambisi dalam hidup. Aku rasa kau harus mulai belajar mengurangi jam kerjamu demi kebaikanmu sendiri. Dan jika tidak kau tidak mengasihani dirimu sendiri setidaknya kasihanilah tubuh orang lain. Aku melihat beberapa pekerja sangat kelelahan karena hal ini," ucap Eun Ra mengatakan ketidak nyamanannya walaupun sebenarnya dia sangat lelah dan baru saja di sini satu hari dia sudah merasakan jika mansion ini benar-benar meraka bagi pekerjanya.

"Kau siapa menyuruhku seperti itu?" tanya Tae Jung pada Eun Ra meminta penjelasan pada Eun Ra untuk menjawabnya. "Kau hanya pembantu, wanita jalang, wanita yang aku beli dan kau masih orang yang sama dimana tempatmu di bawah kakiku," ucap Tae Jung menegaskan dimana posisi Eun Ra sebenarnya.

Untuk mempertegas apa yang sedang Eun Ra lakukan adalah kesalahan menegur dirinya.

Eun Ra menghela nafasnya berat, tidak banyak bicara lagi dan mengunci mulutnya tidak lagi ingin bicara. Menundukan kepalanya dalam diam dan masih berdiri di depan sofa setelah dia membereskan apa yang Tae Jung perintahkan dua jam yang lalu.

Dalam diam Eun Ra menguap dan tidak sengaja juga Tae Jung melihat Eun Ra (wajahnya) terjatuh karena sangat mengantuk. Beberapa kali melihatnya Tae Jung masih tidak perduli sedikitpun.

Berkali-kali Tae Jung melihatnya secara diam-diam dia merasa sangat kasihan, mulutnya kembali berbicara. "Kau lelah?" Begitu saja membuat Eun Ra melebarkan matanya yang mengantuk karena takut sekali ketahuan.

"Iya, sangat lelah. Tapi aku hanya mengantuk, jangan bertanya seperti itu tuan. Semua orang memiliki porsinya sendiri untuk bekerja, manusia hanya membutuhkan tidur setidaknya sedikit dalam satu hari."

"Untuk ukuran orang dewasa sebenarnya hanya enam sampai lima jam. Tapi jika tuan memang sudah terbiasa tidak melakukannya, tuan menyiksa semua pekerja di mansion ini dengan keras."

"Apa tuan tidak melihat mereka? Mereka sudah menganggap jika di sini adalah neraka. Tidak bekerja adalah mati dan bertahan sama saja dengan bunuh diri. Semengerikan itu ternyata tuan menyiksanya."