"Nyaman dengan ranjangku, hem?" tanya Tae Jung pada Eun Ra yang sedang nyenyak-nyenyaknya tidur di ranjang milik tuannya.
Merasa tubuhnya sangat lelah, Eun Ra menulikan pendengarannya dan memilik melanjutkan tidurnya tanpa merepon banyak hal yang lebih sulit dari hari ini.
"Wah, bedebah ini," keluh Tae Jung benar-benar kehabisan akal setelah dia membuatnya kesal bukan main justru tidak tahu diri. Malas marah Tae Jung memilih berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya tanpa banyak bicara.
Tae Jung mulai masuk ke kamar mandi untuk membersihkan semua tubuhnya, dengan bersih agar wangi supaya dia tidur dengan nyayak walaupun sebentar saja.
Limabelas menit waktu berjalan Tae Jung keluar dengan pakaian santai untuknya tidur. Melihat Eun Ra masih nyaman tidur di ranjangnya Tae Jung terus diam memperhatikannya dari kejauhan.
"Kau sangat cantik asal kau tahu saja Eun Ra," ucap Tae Jung yang melihat dari kejauhan wajah cantik, berkulit putih dan mungkin juga jika dia sangat halus jika disentuhnya.
Tae Jung menggelengkan kepalanya pelan, dia hampir saja kehilangan kendali. Tae Jung menatap wajah polos Eun Ra dengan tatapan tajam bermaksud membangunkannya.
Tae Jung mengambil satu gelas dengan tangannya lalu menyiramnya begitu saja. Jika orang itu sedang nyenyak-nyenyaknya tidur sudah dipastikan akan terkejut dan bangun.
Tapi Eun Ra sama sekali tidak bergerak, dia justru merubah posisi tidurnya tidak banyak bicara sedikitpun. Tae Jung terkejut melihat responnya, wanita yang dibeli benar-benar berbeda dari yang lain.
Ini aneh.
"Kau, apa kau akan terus tidak sopan padaku dan tidur di atas ranjangku begitu?" tanya Tae Jung yang marah melihat Eun Ra tidak begerak sedikitpun. Tae Jung melakukannya dengan kasar sekarang, dia menarik rambut Eun Ra cukup keras untuk membalikkan tubuhnya agar menghadap padanya.
"Kau mulai kurang ajar ternyata," bisik Tae Jung membuat Eun Ra membuka kedua matanya malas sekali dan menarik tangan Tae Jung agar tidak begitu erat menarik rambutnya.
"Jika kau manusia, perlakukan aku seperti manusia. Kau pikir hewan bisa tidur layaknya manusia sepertiku?" marah Eun Ra sangat kehilangan kesabarannya.
Tae Jung mendengar Eun Ra menasihatinya lagi mulai mengancamnya. "Aku membelimu dengan banyak uang, jangan sok menasihatiku seolah-olah kau lah yang membeliku," Eun Ra menelan ludahnya sukar.
"Sialan, aku melupakan batasanku lagi sekarang," batin Eun Ra menyadarinya terlambat.
"Lepaskan aku tuan, maaf," mohon Eun Ra yang mengemis karena Tae Jung menariknya lebih kencang dan melupakan siapakah mahluk paling lemah diantara keduanya.
"Lepas? Setelah kau membasahi ranjangku semudah itu?" tanya Tae Jung yang melihat ranjangnya basah karena dia harus menyiram wajah Eun Ra untuk membangunkannya baru saja.
"Beri aku kamar jika kau tidak ingin aku tidur di ranjangmu."
"Bodoh sekali, karena kau sendiri yang menyuruhku untuk ke kamarmu tapi kau sendiri yang memarahiku. Bukankah sudah ku bilang jika aku mengantuk? Manusia mengantuk pasti tidur," omel Eun Ra. Jangan lupakan takdir wanita, wanita akan mengomel setiap dia marah. Itu hanya sembilanpuluh sembilan persen sebenarnya.
"Keluar!" perintah Tae Jung membuat Eun Ra menatapnya tajam. "Kau sedang membuangku atau apa?" tanya Eun Ra karena bingung dia dicampakan, mendapat perintah tidur di depan pintu kamar tuannya atau apa lagi yang lebih buruk dari ini.
"Bukan membuangmu, aku tidak akan mungkin membuang uangku yang banyak hanya dalam satu hari aku menggunakanmu," jelas Tae Jung mengambil ponselnya untuk menelfon seseorang.
"Datanglah," ucapnya begitu sangat memerintah lalu dimatikan. Eun Ra masih melihat dengan jelas apa yang akan Tae Jung lakukan padanya.
"Apa? Kenapa kau melihatku seperti itu?" kesal Eun Ra saat tuannya menatap sangat intens. Beberapa kali pintu di ketuk dari luar, Tae Jung menatap tajam Eun Ra tiba-tiba sekali.
"Bukakan pintu," suruh Tae Jung membuat Eun Ra melakukannya begitu saja. Beberapa orang masuk ke dalam, ada lima. Tiganya mengganti semua pakaian ranjang. Tae Jung melihatnya dengan wajah datar sekali, Tae Jung pikir sekotor apakah Eun Ra eh?
Setelah selesai Tae Jung mulai mengambil duduk di ranjangnya sendiri. "Urus dia, beri kamar paling jelek di sini."
Sungguh Eun Ra sangat dongkol mendengar ucapan tuannya sekarang.
○○○
"Jadi bagaimana denganku?" tanya Yoon Sa yang masih mengikuti Ji Kang sejak tadi memutari kamarnya sendiri di mansion Tae Jung.
"Kau pikir aku tahu aku harus apa? Kau justru merepotkanku," keluh Ji Kang membuat Yoon Sa memutar bola matanya malas.
"Apa kau bilang? Aku membantumu, bukan merepotkanmu. Kau membeliku kan? Dan kau membuat semua orang di sana mati karena konsleting listrik menjadikan semua orang di sana mati terbakar? Aku membantumu, sialan," maki Yoon Sa yang memiliki kepribadian ganas.
"Aku menyesal membelimu."
"Seharusnya aku bom saja tempatmu hidup tadi, agar kau mati remuk di sana." Yoon Sa memutar bola matanya malas. "Apa aku harus mengancammu dengan cara melaporkan ke kantor polisi sekarang, heh?" tanya Yoon Sa membuat Ji Kang menatapnya tajam.
"Aku tuanmu, perlakukan aku sebagaimana kau memperlakukan tuanmu. Dan juga, aku juga membelimu dengan uangku walaupun aku berhasil merampok semua uang pelelangan di sana," marah Ji Kang membuat Yoon Sa memutar bola matanya malas, Yoon Sa melipat kedua tangannya di dada melihat Ji Kang tajam.
"Aku gratis sekarang, dan aku membantumu. Dasar tidak tahu diri," maki Yoon Sa membuat Ji Kang benar-benar kesal bukan main. "Kau ingin mati heh? Aku akan menembakmu sekarang juga!" Ji Kang mengambil pistol yang selalu tersimpan di balik Jas yang selalu dia pakai setiap hari.
Menodongkan ke depan kening Yoon Sa melupakan dengan jelas jika dia adalah wanita. "Kau tidak bisa diajak bercanda," ucap Yoon Sa terkekeh dan menurunkan postol milik tuannya yang sudah membelinya lembut sekali.
Namun tangan kekar itu tidak bergerak sedikitpun karena Yoon Sa melihat Ji Kang menatapnya sangat tajam. "Bercandaku membunuh orang, apa kau pikir aku perduli?" Yoon Sa menghela nafasnya berat, Ji Kang benar-benar emosional, pemarah dan keras kepala.
Yoon Sa bermaksud menumpangi, dalam artian Yoon Sa ingin diberi kehidupan yang layak. "Ceritakan latar belakangmu," minta Ji Kang membuat alis Yoon Sa menyatu bingung.
"Untuk apa? Kedua orang tuaku dibunuh oleh pemilik pelelangan karena mereka pernah berhutang, semuanya habis. Tidak memiliki adik ataupun kakak, semuanya mati, aku yang hidup karena aku beruntung," jelas Yoon Sa sama sekali tidak merasa jika hidupnya manis-manis saja.
"Kau menceritakannya dengan begitu santainya?" Yoon Sa menganggukan kepalanya tegas. "Apa lagi? Memang seperti itu," jawabnya tidak memperbanyak.
Ji Kang terkekeh mendengarnya, tidak banyak bicara namun sebenarnya hampir tertawa lepas. "Jadi apa yang kau butuhkan?" tanya Ji Kang ingin sekali membuang orang seperti Yoon Sa yang sama sekali tidak memiliki kesedihan walaupun sebenarnya jika di simpulkan Yoon Sa itu wanita yang kuat.
"Jika boleh jujur aku menginginkan keluarga, uang, rumah, kehidupan baru, makanan, dan juga pendidikan. Kau tahu Ji Kang (Memanggil nama tanpa sopan) aku hampir lulus Kuliah, tapi pemilik pelelangan itu membunuh kedua orang tuaku dan membuatku berhenti berkuliah. Kuliahkan aku jurusan hukum, aku memaksa," desak Yoon Sa tanpa malu sedikitpun.
"Munafik sekali kau ini, kenapa kau tidak menjika uang Tae Jung saja karena dia yang paling kaya, heh? Kau justru seperti kucing yang tercebur di air saat di depannya. Dia seumuranmu!" tolak Ji Kang agar Yoon Sa meminta pada Tae Jung saja yang memiliki uang.
"Oh ayolah, kau yang membeliku. Dan kaulah yang bertanggung jawab atas hidupku mulai sekarang," mohon Yoon Sa membuat Ji Kang kesal bukan main, ingin langsung membunuhnya tapi dia tidak pernah membunuh seseorang tanpa masalah.
Dan juga, Ji Kang tidak pernah membunuh seorang wanita sedikitpun. Inilah masalah besarnya.
"Apa kau dilahirkan untuk tidak tahu diri, heh?" tanya Ji Kang membuat Yoon Sa terkekeh tidak banyak bicara, Yoon Sa berjalan mendekati Ji Kang dengan mata memelas.
"Asuh aku jadi anakmu, ya?" Ini lebih menjijikan dari yang Ji Kang kira.