Chereads / Gong Eun Ra : Contested Woman / Chapter 4 - 4. Tidur Di Ranjangku.

Chapter 4 - 4. Tidur Di Ranjangku.

"Jadi kau berniat menasihatiku?" tanya Tae Jung benci sekali. Matanya menatap tajam Eun Ra dan meninggalkan pekerjaannya hanya sebentar. Berjalan mendekati Eun Ra dengan pelan dan menatap dengan tatapan intimidasi.

"Bukan, sama sekali bukan tuan," jawab Eun Ra yang merasa salah bicara sekarang, keringat dingin tiba-tiba keluar dari sebagian kulit Eun Ra dan sedikit-sedikit juga Eun Ra melangkah mundur menghindari Tae Jung.

"Kenapa heh? Kau takut? Sudah seharusnya kau takut padaku, kau wanita jalang milikku jadi sudah seharusnya kau berada di bawahku." Eun Ra menundukan kepalanya, dia menghela nafasnya berat.

Benar, Eun Ra memang diselamatkan Tae Jung dijadikan 'wanita jalangnya' bukan salah Tae Jung mengatakan ini. Yang salah memang Eun Ra, tapi...

"Maafkan aku tuan," ucap Eun Ra saat Tae Jung benar-benar mengungkungnya. Eun Ra tersudut sampai dinding, Tae Jung di depannya, kedua tangannya mengungkung tubuh kecil Eun Ra keterlaluan.

"Maaf? Siapa yang memintamu untuk meminta maaf setelah kau membuat kesalahan, hem?" tanya Tae Jung benar-benar kesal dengan semua sikap Eun Ra padanya.

"Aku merasa ini adalah kesalahanku, dan aku meminta maaf. Apa lagi?" tanya Eun Ra dengan wajah sedikit menunduk, takut sekali melihat mata elang milik Tae Jung yang menatapnya terlalu mengintimidasi.

"Kau menantangku? Memberi pertanyaan dan mengajariku juga sekarang?" tanya Tae Jung benar-benar emosi sekarang, Eun Ra gelagapan, dia tidak bisa mengatakan apapun selain diam saja.

Tae Jung tertawa kecil, menatapnya malas dan menarik satu tangan Eun Ra lalu mendorongnya sampai pada ranjang. "Ternyata aku salah memperlakukanmu dengan baik," ujar Tae Jung merasa sangat bersalah menganggapnya.

"Kau ingin diperlakukan kasar olehku kan? Aku bisa melakukannya, aku benci orang lain mengurusi hidupku, selain kau adalah pekerjaku dan wanita jalang milikku tempatmu bahkan hanya di bawahku sekali."

"Orang tuaku bahkan tidak begitu perduli dan ingin mencampurinya, tapi kau?" Senyum miring menyeringai terlihat di bibir Tae Jung dengan sangat indah.

Indah adalah mengerikan, Bagus adalah mengenaskan dan Cantik adalah kematian.

"Maaf, maafkan aku," mohon Eun Ra saat posisi tubuhnya sekarang ditindihi Tae Jung dari atas. Kedua tangan Tae Jung menahan dirinya sendiri di atas tubuh Eun Ra agar tidak menindihinya.

Tidak untuk melakukan apapun, hanya bermaksud untuk menindihi tidak dalam artian lain.

"Bisa kau diam saja? Jangan menasihatiku," minta Tae Jung pada Eun Ra yang sedang berada di bawah tubuhnya, menutup kedua matanya sangat erat karena sangat ketakutan.

Tae Jung bisa melihat satu butir keringat yang keluar dari kening Eun Ra jelas sekali, nafasnya memburu mampu membuat dadanya naik turun.

Mata tajam Tae Jung menatapnya, keterlaluan intens sampai rasa-rasanya tidak melihat dan berkedip adalah kesalahannya. Tae Jung menatapnya hampir limabelas detik, nafasnya sedikit terganggu dan lehernya menjadi sangat haus. Tae Jung menelan ludahnya sukar.

'Sialan,' umpat Tae Jung dalam hati.

Tae Jung menjauh dan bangun untuk berdiri agar tidak mengungkung tubuh Eun Ra dengan keterlaluan. "Maaf," ucap Tae Jung tiba-tiba sekali dia mengeluarkan kata maaf seperti itu.

Eun Ra membuka satu matanya lebih dulu, memastikan Tae Jung bangun dari atas tubuhnya karena dia akan sangat lemah jika melihat Tae Jung berada di atas tubuhnya.

Bau tubuh Tae Jung sangat wangi, Eun Ra sampai gemetar menghirupnya.

"Maafkan aku tuan, aku tidak akan menasihatimu atau bahkan mengatakan hal yang lebih sensitif dari yang sebelumnya aku katakan padamu," ucap Eun Ra merasa sangat bersalah dan tidak senang karena perlakuannya pada Tae Jung dan sebaliknya.

"Jaga sikapmu," ucap Tae Jung memberitahu Eun Ra untuk tidak ikut campur, Tae Jung berjalan menjauh dari Eun Ra untuk mengambil duduknya di kursi kerja miliknya.

"Pergilah ke kamarku," perintah Tae Jung membuat Eun Ra menyatukan alisnya bingung.

"Kenapa?" tanya Eun Ra semakin bingung. "Tunggulah aku di sana, aku ada perlu dengan Ji Kang. Keluarlah!" perintah Tae Jung membuat Eun Ra langsung melakukannya dengan cepat wajahnya memerah karena malu membuatnya buru-buru keluar.

○○○

Tidak hanya Eun Ra yang keluar dengan wajah malu, Tae Jung bahkan masih terdiam, melamun memikirkan apa yang baru saja dia lakukan. Ini masalah besar, seorang Tae Jung yang sangat dingin dan kasar itu memperlakukan seorang Eun Ra dengan sangat lembut seperti itu bukanlah dirinya.

Bahkan kemarahannya benar-benar akan menyusahkan siapapun, tapi tadi? Aish, ini bukan diri Tae Jung yang sebenarnya.

Hampir dua jam terdiam Tae Jung terus memikirkan hal yang sama. 'Dada Eun Ra yang naik turun'. Itu saja yang berusaha Tae Jung pikirkan sejak tadi, berniat menghilangkan justru semakin mendetail.

Ketukan pintu ruang (Tempat Eun Ra dan Tae Jung tadi hanya tempat kerja yang disertai kamar untuk beristirahat) mengalihkan fokus Tae Jung dari lamunannya. Dia terbatuk menetralkan suara dan wajahnya sekarang.

"Masuk!" jawab Tae Jung yakin jika yang mengetuknya adalah Ji Kang. Seseorang datang, tidak satu melainkan dua. Tae Jung yang melihat satu wanita yang di bawa Ji Kang pun terdiam.

Matanya menatap tajam dengan intimidasi mangsanya. "Siapa dia?" tanya Tae Jung langsung pada intinya, tidak menanyakan apakah yang Tae Jung perintahkan pada Ji Kang berhasil atau tidak.

Tae Jung benar-benar benci orang asing, sangat.

"Dan kenapa kau membawanya ke sini?" tanya lagi dari Tae Jung pada Ji Kang yang menghela nafasnya berat. "Kau tidak ingin menanyakan keadaanku?" Tae Jung memutar bola matanya malas.

Matanya menatap Ji Kang dengan serius dan intens. "Kau hampir tertangkap ternyata," keluhnya membuat Ji Kang kesal bukan main karena di saat dia hampir mati Tae Jung masih sangat santai meresponnya.

"Jadi hanya sampai batas ini saja kau perduli padaku?" Tae Jung tertawa datar sekali. "Jadi aku harus seperti apa? Membunuhmu saja," jawab Tae Jung tidak terima jika Ji Kang membawa sampah di depan wajahnya.

Ji Kang menelan ludahnya sukar, sepertinya dia salah bicara. Tapi, bagaimana keadaan Yoon Sa sekarang?

Ji Kang menggigit bibirnya dalam, tidak banyak bicara namun memilih diam. Ji Kang berdiri tepat di depan tubuh Yoon Sa agar menutupi wajah Tae Jung pada Yoon Sa sangat tajam. "Kendalikan matamu, Tae Jung," tegur Ji Kang pada Tae Jung menatap mata Yoon Sa dengan tatapan mengintimidasi.

"Buang dia, jangan membawa sampah ke mansionku. Dan juga, jangan bawa siapapun ke sini juga," tegur Tae Jung yang menjelaskan jika dia benci siapapun. "Aku tahu," jawab Ji Kang dia paham apa yang Tae Jung inginkan.

"Maaf." Tae Jung menganggukan kepalanya tidak mempermasalahkan hal itu.

"Jadi, mau kau apakan wanita itu?" tanya Tae Jung menatapnya malas, Ji Kang menelan ludahnya bingung juga.

Dia sama sekali tidak tahu apapun, Ji Kang membeli Yoon Sa karena rencananya. Dan juga dia sama sekali tidak bermaksud untuk mempeliharanya juga. Jadi, apa yang harus Ji Kang lakukan untuk Yoon Sa?

"Akan aku pikirkan lagi nanti, bisa kami keluar?" izin Ji Kang yang disetujui Tae Jung. Tae Jung membiarkannya, Ji Kang keluar, namun sebentar sekali. Hingga Tae Jung menghentikan langkah keduanya.

"Berhenti!" seru Tae Jung membuat keduanya terdiam. "Kau pastikan wanita yang bersamamu jangan datang ke mansionku lagi. Dan aku tidak membutuhkan pembantu lain atau pekerja. Jangan berusaha memasukan siapapun lagi," tegur Tae Jung membuat Ji Kang menghela nafasnya berat.

"Aku tahu, aku sudah bilang jika aku tahu bukan?" tanya balik Ji Kang menutup pintu kamar milik Tae Jung menghilang dari sana.

Tae Jung memutar bola matanya malas. Tae Jung percaya sekali jika Ji Kang akan selalu menyelesaikan apa yang dia inginkan sangat rapi. Tapi jika berurusan dengan wanita dan membawanya ke sini. Tae Jung keberatan, ibunya jauh lebih pemilih dalam segala halnya.

Tae Jung berjalan keluar dari ruangan dan kamar kerjanya, berjalan menuju kamar utamanya dengan malas karena dia butuh istirahat. Tae Jung membuka pintu kamarnya untuk langsung tidur.

Namun seseorang sudah sangat nyaman tidur di ranjangnya. "Hem?"

"Ya-ya-ya. Wanita itu tidur di ranjangku ternyata."