Jeon Eun Ra. Wanita duapuluh dua tahun, terlantar di tempat pelelangan karena dijual oleh pamannya.
Tidak ada yang lebih menyeramkan dari hidupnya yang selalu penuh siksaan, menghirup nafas seperti sebuah tekanan batin, dan juga bagaimana Eun Ra harus bertahan hidup dari kesulitannya.
"Kau harus bekerja di sini, apapun yang terjadi. Ikuti saja apa yang aku perintahkan." Eun Ra hanya bisa menjawab dengan anggukan kepala singkat, Eun Ra melirik beberapa kali tempat yang dia pijak saat ini dengan mata berbinar.
"Apa aku akan mendapatkan kamar?" tanyanya yang membuat Tae Jung hanya bisa terkekeh. "Kau belum bekerja, dan juga belum mendapatkan penghasilan apapun. Tapi kau berusaha tidak tahu diri, hem?" Eun Ra menelan ludahnya sukar.
"Berlututlah dan lepas sepatuku," perintah Tae Jung dengan egois, sekarang mereka berdua sedang berada di kamar Tae Jung, kamar utama. Dan kenapa juga Tae Jung harus memberikan kamar? Bukankah itu namanya pemborosan?
Eun Ra sama sekali tidak bisa melawan, dia mengambil posisi bersimpuh dan mengambil kaki salah satu milik tuannya (Tae Jung) dengan pelan dan hati-hati. "Aku akan melakukannya," ucap Eun Ra sebagai tanda syukur jika dia sudah dibebaskan dari tempat menyeramkan dan yang selalu dia repotkan sejak satu tahun terakhir.
"Nah, lakukan pekerjaanmu dengan benar," ucap Tae Jung memintanya melakukan tugasnya tanpa kesalahan. "Siapkan aku air, aku harus mandi dan bersiap-siap." Merasa hal aneh mulai menyelimutinya, Eun Ra hanya bisa menggaruk belakang telinganya canggung.
"Sepertinya aku tidak bisa membantumu," ucap Eun Ra membuat Tae Jung menatapnya tajam. "Kau berusaha membantah?" tanya Tae Jung langsung emosi begitu saja.
Eun Ra yang merasa salah mengatakan apa yang dia katakan merasa sedikit tidak nyaman. "Maafkan aku," ucap Eun Ra cepat.
"Apapun yang sedang berusaha aku lawan adalah cara bagaimana aku keluar dari hidup burukku. Bisa ajarkan aku mengisi air kamar mandi mewah milikmu?" Tae Jung menelan ludahnya cukup terkejut mendengarnya.
"Apa kau benar-benar tidak tahu apapun?" tanya Tae Jung yang masih tidak percaya, Eun Ra menganggukan kepalanya pelan. "Iya, rumahku dulu saat aku tinggal tidak sebagus ini. Kami tinggal di rumah kecil dekat gang sempit. Dan juga, aku baru saja melihat barang mahal milikmu." Tae Jung memutar bola matanya malas.
"Ternyata aku salah membeli orang," keluhnya lagi, Eun Ra menundukkan kepalanya pelan. Merasa sangat bersalah, setelah dia berhasil menghabiskan uang tuannya, Eun Ra sama sekali tidak bisa membantu apapun untuk tuannya.
"Maafkan aku, aku akan mulai belajar sedikit-sedikit. Tolong ajari aku," minta Eun Ra pada Tae Jung yang sudah terlanjur muak menatap malas Eun Ra.
"Keluar dari kamarku, berdiri di depan kamarku tanpa menguping," perintah Tae Jung pada Eun Ra untuk meninggalkannya beberapa waktu.
Eun Ra keluar dari ruangan yang sama, berusaha menuruti apa yang tuannya inginkan dan memilih berdiri di depan samping kamar Tae Jung.
Beberapa saat berdiri Eun Ra melihat orang yang sama dimana dia ikut ke tempat pelelangan tadi malam saat dia berhasil di beli oleh pria kaya (tuannya) yang bernama Kim Tae Jung.
"Kau berdiri di sini? Dimana Tae Jung, sepupu laki-lakiku?" tanya pria bernama Ji Kang itu pada Eun Ra.
Eun Ra menunjuk kamar milik tuannya tanpa mengatakan apapun. Ji Kang menggelengkan kepalanya begitu Eun Ra memilih diam, Ji Kang masuk ke kamar Tae Jung karena mendapat perintah untuk datang.
"Apalagi sekarang, bukankah kau sudah mendapatkan apa yang kau minta? Kenapa kau terus merepotkanku, sialan!" umpat Ji Kang memakinya.
Tae Jung melihat wajah sepupunya dengan mata datar. "Jalang itu benar-benar tidak berguna. Tahukah kau jika wanita kecil itu bahkan tidak bisa menyiapkan air mandiku sama sekali?" Ji Kang merotasikan matanya malas.
"Kau memiliki banyak pembantu jadi untuk apa kau membuang uangmu untuk membeli wanita sepertinya, kau bisa meminta menyiapkan air mandi untukmu?"
"Perintahkan saja pembantu yang biasa kau pekerjakan biasanya," sambung Ji Kang membuat Tae Jung memutar bola matanya malas.
"Kau pikir aku akan membiarkannya hidup tenang seperti ratu? Bakar tempat pelelangan tadi, dan ambil kembali uang milikku!" minta Tae Jung membuat Ji Kang mengeluh bukan main.
"Anak bodoh ini," kesal Ji Kang tidak bisa mengatakan kemarahannya dengan umpatan yang lebih sopan.
○○○
"Jadi kau menjual anakku?" tanya seseorang yang sudah hampir duapuluh tahun mencari adiknya beberapa kali melarikan diri membuat dirinya dan istrinya sangat kelelahan dan seperti tidak memiliki hasrat untuk mendapatkan putrinya kembali.
"Ya, satu tahun yang lalu," jawab seorang adik pada kakaknya, pria yang sedang menatap tajam adiknya itu memukul keras rahang adiknya. "Apa kau gila? Dimana hati nuranimu! Kau mencuri keponakanmu sendiri dan menjualnya?" marah kakaknya.
Pria dewasa itu hanya memilih diam tidak mengatakan apapun sama sekali. "Apa kakak, tidak ingin berterimakasih karena aku sudah membesarkan setidaknya sampai anakmu berusia duapuluh satu tahun? Semua uang sudah aku berikan padanya, untuk sekolah setidaknya. Tapi ini balasanmu padaku?" Istri dari kakaknya mengepalkan tangannya erat sekali.
"Adik ipar," panggilnya sangat formal, sebagai kakak ipar yang ingin menasihati adik iparnya.
"Apa kau tidak pernah berpikir satu kali saja jika kami menginginkan putri kami kembali? Kami tidak menginginkan anak kami diasuh oleh pamannya begitupun yang kamu lakukan sekarang. Bukankah ini bisa dinamakan sebagai penculikan," jelas wanita cantik itu dengan wajah memelas pada adik suaminya.
"Waktu itu kalian tidak menginginkannya bukan? Aku hanya menawarkan diri mengurusnya, walaupun dengan kemiskinan setidaknya dia bahagia. Walaupun aku harus menjualnya sebagai uang menggantikan biaya hidupnya yang bergantung kepadaku." Sungguh. Tidak ada yang lebih gila dari pada ini.
Seorang paman, mengambil keponakannya untuk membesarkannya karena dia pikir lebih baik keponakannya hidup miskin bersamanya namun bahagia daripada dengan kedua orang tuanya yang tidak menginginkannya hidup di dunia ini.
Maksudnya adalah baik, hanya saja. Caranya yang sangat salah.
"Tae Gwang," panggil seorang ayah untuk adiknya yang sudah mengambil anaknya darinya. "Apapun yang berusaha kau lakukan saat itu, kami tidak bisa mengatakan banyak hal karena sudah terjadi."
"Tapi, bisakah kau memberitahu dimana tempatmu menjual anakku? Kami membutuhkannya," mohonnya sebagai seorang ayah yang baik pada adiknya sendiri. Dia mengemis seperti gelandangan sekarang.
"Kenapa aku harus memberitahumu Kak?" tanya seorang paman itu pada ayah yang anaknya sudah dia ambil secara paksa duapuluh tahun yang lalu.
"Kenapa? Tentu saja karena kami orang tuanya, dan juga putriku adalah hak kami," jawab istrinya pada adik iparnya berusaha menegaskan statusnya. Dia adalah ibu yang melahirkan Eun Ra, tapi dalam satu hari cepat dia kehilangan anaknya.
Terlalu cepat memang, tapi adik iparnya benar-benar membuatnya hampir gila.
"Untuk tempatnya aku bisa memberitahu kalian keberadaannya. Tapi untuk keadaan dan apakah mereka sudah menjual anak kalian apa belum. Aku tidak bisa menjelaskannya," jawabnya dengan wajah sama sekali tidak keberatan sama sekali dan merasa sangat bersalah walaupun hanya sedikit saja.
"Kau menjual keponakanmu pada tempat pelelangan?" tanya kakak laki-lakinya dengan wajah terkejut tidak habis pikir dengan pola pikir adiknya sama sekali. "Iya, aku melakukannya. Karena di sana lah aku bisa mendapatkan uang dengan nominal besar yang tidak akan membuatku miskin," jawabnya cepat sama sekali tidak menghilangkan wajah tidak bersalahnya.
"Gong Tae Gwang! Bukankah ini keterlaluan?" marah istrinya dengan meneriakkan nama adiknya dengan sangat keras, kencang penuh kekecewaan.
"Kakak ipar, tidak ada yang bisa memberiku uang sebanyak ini. Jika itu kalian pun aku tidak akan yakin bisa membayarnya, aku menjual anak yang sudah aku besarkan sendirian dengan keringatku agar aku bisa menjualnya kembali."
"Apa kalian pikir aku akan mengadopsinya? Lelucon sekali," komentar Gong Tae Gwang dengan sedikit terkekeh menunjukan pada kedua kakaknya jika dia tidak akan bisa menjadi malaikat. Jiwanya bebas, dan Tae Gwang tidak ada batas apapun sama sekali.
"Berikan kami alamatnya," minta kakak Tae Gwang dengan mendesaknya, namun adiknya menggelengkan kepalanya pelan.
"Beri aku uang, aku akan memberitahu dimana tempatnya jika kalian memberiku uang."