CETAR!
CETAR! CETAR! CETAR!
Suara pukulan kain panjang berlilit yang dijadikannya sebagai pecut modern itu tergesek antara punggung dan pinggang seorang wanita yang baru saja keluar dari rumah besi milik mereka masing-masing.
Pukulan berbunyi nyaring itu membuat orang yang baru pertama kali datang akan merasakan seberapa pedas dan sakitnya pembuluh darah di dalam kulit mereka yang di pukul membiru dan memerah karena pembuluh darah hampir pecah.
Pukulan tidak main-main. Empat kali untuk satu orang yang keluar dari kandang besi seperti tempat hewan singa di keluarkan dari tempatnya yang terkesan buas.
"Kau pria kecil!" tunjuk pria berbadan berbadan besar itu pada satu pria sedikit kurus yang Eun Ra lihat jika pria itu lebih muda darinya.
Satu pria gendut itu menarik pria yang menurut Eun Ra masih berusia limabelas tahun dan mendapat enam kali pukulan pecut karena terlalu lambat berjalan keluar.
Sekarang giliran Eun Ra, dia keluar dan mendapat satu kali pukulan yang membuat punggungnya bergetar.
CETAR! Itu yang pertama, Eun Ra bergetar sampai dia tidak bisa fokus pada kakinya yang berjalan.
CETAR! Untuk yang kedua. Sekarang lebih keras, bahkan telinga yang mendengarnya akan terasa sakit. Begitupun tubuhnya yang hampir limbun.
CETAR! CETAR! Akhirnya selesai.
"Masuk! Sudah satu tahun kau bergabung di tempat pelelangan ini dan tidak ada yang mau membelimu, jika di pelelangan terakhir ini kau tidak terjual dengan mahal. Kami akan merusak semua tubuhmu dengan mengambil organmu untuk kami jual dengan harga umum," Mendengarnya saja membuat Eun Ra bergiding ngeri.
Eun Ra selalu berdoa dengan sangat serius dan sepenuh hati agar dia segera mendapatkan Tuan yang baik untuknya.
Dicambuk setiap di keluarkan dari kandang dan di masukkan ke dalam kandang benar-benar membuat Eun Ra hampir merasa gagal. Tidak ada harapan sekalipun, pihak kedua menjualnya dengan harga mahal pada tempat pelelangan. Dan saat ada beberapa yang ingin membelinya, beberapa dari mereka (petugas pelelangan) selalu membatalkan karena nominalnya kurang sepuluh kali lipat dimana pihak mereka membeli Eun Ra.
Eun Ra sama sekali tidak bisa mengatakan apapun selain banyak diam dan tidak banyak bicara. Berbicarapun seperti membuat seorang Eun Ra merasa trauma. Setiap hari Eun Ra menangis meminta pertolongan tidak ada satupun yang mau menolongnya karena semua dari mereka adalah korban.
"Bisa berikan aku air minum? Aku sangat haus," minta Eun Ra saat berhenti untuk meminta minum karena selain satu besi tersebut mendapat satu botol air itu saja tidak cukup.
Masalahnya di dalam kandang besi itu ada limabelas manusia yang saling menempel dengan gaya egoisnya menghabiskan hampir semuanya dan Eun Ra selalu tidak bisa mendapatkan minum sama sekali.
"Baiklah," jawab pria bertubuh lebih tinggi dan kurus dari pria yang memaki ke arahnya tadi dengan kesal. "Minumlah dengan tenang karena kau akan kami pekerjakan untuk mendapatkan uang, minumlah banyak-banyak dan carilah majikan. Kami butuh uang," jelas pria gendut yang sama membuat perasaa Eun Ra mencelos.
"Sebisa mungkin aku mendapatkannya untuk pelelangan hari ini, dan sejujurnya. Aku juga sudah sangat muak dan lelah makan seperti anjing yang dikurung dan semua ikatan besi yang menjerat tubuh, leher, kedua tangan dan kakiku ini."
"Percaya padaku, aku akan mendapatkan pria baik hati di pelelangan hari ini," ucap Eun Ra membuat pria tadi hanya bisa memutar bola matanya malas.
"Perbaiki cara bicaramu, tidak berguna!"
â—‹â—‹â—‹
"Jadi kau akan ke tempat pelelangan untuk mencari istri?" tanya Ji Kang yang berjalan di belakang Tuan Kim nya. "Mulutmu!" sumpah serapahi Tae Jung pada sepupunya.
"Lalu apa? Lihatlah umurmu, Duapuluh tujuh memang terlalu muda untuk menikah di usia Korea. Setidaknya berkencanlah satu kali agar kau tidak dianggap gay oleh kebanyakan orang," nasihat Ji Kang pada Kim Tae Jung anak dari adik ibunya.
Yang dinasihati hanya menganggapnya angin lalu dan mengangkat kedua bahunya malas. "Apa kau bisa melihat wajahku perduli dengan omongan orang lain? Mereka terlalu sibuk mengurusiku sampai-sampai mereka lupa jika hidupnya saja sangat berantakan," sahut Tae Jung membuat Ji Kang terdiam.
"Kau menyindirku?" tanya Ji Kang begitu saja, Tae Jung terkekeh mendengarnya. "Senang melihat kau menyadari kesalahan hidupmu sendiri," anggap tidak penting dari Tae Jung untuk sepupunya.
"Jadi kau kemari untuk apa? Tidak ada senjata yang bisa kau dapatkan di tempat ini, hanya manusia. Apa kau menginginkan perlindungan lagi? Kau memiliki banyak, kenapa harus mengambilnya dari tempat pelelangan ilegal seperti ini," keluh Ji Kang yang sebenarnya sudah sejak tadi tidak senang melihat sepupunya datang ke tempat kotor seperti ini.
"Tempatnya saja sudah membuatku penasaran, aku harus mendapatkan beberapa orang untuk ku jadikan penghilang sperma meresahkan penisku." Ji Kang tersedak ludahnya sendiri begitu Tae Jung mengatakannya dengan wajah dan suara sangat serius.
"Brengsek," umpat Ji Kang yang terasa sekali jika Tae Jung benar-benar niat melakukannya. "Kau akan mati di tangan bibi," ucapnya lagi memberi peringatan pada Tae Jung agar jangan melakukannya.
"Ayo putar balik, kau akan mendapat masalah besar jika paman juga mengetahui ini," sambung Ji Kang yang mendapat tugas menjaga kakak sepupu dari ayahnya dengan benar.
"Yak!" teriak Tae Jung berusaha menghentikan Ji Kang sejak tadi yang terus memilih menghalangi jalannya. "Sebentar lagi sampai, jangan membuat masalah," ucap Tae Jung yang merasa Ji Kang sangat berlebihan.
Ji Kang menghela nafasnya berat, dia tidak bisa melakukan apapun selain diam saja. Marahnya Tae Jung membuat Ji Kang malas menanggapi. Tidak hanya satu dua kali, melainkan sembilanbelas kali.
Bukankah ini memalukan? Kakak sepupu yang harus menangani keras kepala milik adik sepupunya?
Pelelangannya dimulai, dimana hampir dari beberapa pria dewasa yang memiliki kebutuhan manusia datang untuk membelinya. Mereka memilih ke tempat pelalangan karena mereka yakin jika antara hidup, biografi dan masa lalunya adalah yang terbaik.
Yang memiiki banyak uang akan mendapatkan apa yang dielangkan. "Untuk yang nomor dua terakhir kami memperlihatkan pada kalian pria limabelas tahun, uke cantik dan sangat polos. Dia selalu melayani pria sesuai posisinya. Dan juga. Dia nomor 1098, mulai dari 500.000.000 Won," jelas pria gendut yang sama dimana dia berbicara pada Eun Ra tadi. Satu pria mengangkat papan nama miliknya.
"1.0000.000.000 Won," ucap pria di pojok itu langsung dengan nominal tinggi. Yang lain tidak bisa berbicara apapun dan langsung diam. Palu diketuk, dan terjual dengan sanaht cepat.
"Yang terakhir, wanita cantik. Dia sangat pintar melakukan apapun, mulutnya bisa mengulum penis dalam waktu limabelas menit tanpa berhenti dan pantatnya bisa menampung dua dildo sekaligus dan juga suara desahannya sangat keras dan merdu."
"Karena ini yang terakhir, kami menginginkannya dari 1.000.000.000 Won," ucap pria gila itu langsung pada angka tinggi membuat yang lainnya harus berpikir ratusan kali mendapatkannya.
"10.598.000.000 Won." Angkat papan itu, dia pria yang sama yang membeli namja kecil dengan nilai 1.000.000.000 Won.
Ji Kang berbisik ke arah Tae Jung dengan serius. "Kau menginginkannya atau tidak, katakan sekarang," ucap Ji Kang membuat Tae Jung memutar bola matanya malas.
Mata elang Tae Jung melihat wajah dan tatapan mata wanita yang diperjual belikan itu dengan senyum miring miliknya.
"11.999 999.002.000 Won." Langsung Tae Jung mematenkan semuanya dengan cepat.
"Kau milikku, jalang."