"Kamu tahu salah kamu, hum? Gita Prameswari si JERUK?" tanya Sean sambil mengeja nama Gita.
"Tidak, Kak!" jawab Gita singkat.
"Salah kamu itu, ya! Kenapa nama saya jadi yang terakhir kamu minta?" ujar Sean meninggikan suaranya.
"Memangnya tadi ada aturan yang mengharuskan minta tanda tangan Ketua duluan? Kan, cuma disuruh minta tanda tangan semua panitia MOS!" jawab Gita santai, karena dia tidak merasa salah.
"Oh gitu! Ya udah, saya gak mau tanda tangani notes kamu! Dan kamu tahu apa artinya?" ucap Sean sedikit mengancam dengan maksud agar Gita takut.
"Cuma lari keliling lapangan sebanyak jumlah nama panitia yang tidak terhitung di notes saya, kan? Makasih ya, Kak! Gak masalah, kok, kalau enggak dikasih tanda tangannya. Aku juga bukan fans Kakak, kok!" jawab Gita santai sambil melangkah pergi membawa notesnya ke arah lapangan.
Saat akan mulai berlari, tiba tiba "Gita!" panggil seseorang itu dari belakang.
Gitapun menoleh mengangkat sebelah alisnya mengetahui siapa orang yang memanggilnya.
"Dimas, kamu di sini juga? Ya ampun, sekecil daun kelor ternyata kota kita ini!" Gita tertawa saat melihat Dimas adalah orang yang memanggilnya.
"Kamu aja yang fokus amat dengarin pengumuman, padahal aku udah bisik-bisik panggil kamu!" ujar Dimas.
"Kalau udah lihat ngapain bisik-bisik segala? Nanti juga ketemu! Lagian ya, kamu tuh kok tau aja aku di mana? Padahal aku baris di sudut!" ucap Gita sambil mulai berjalan dan memulai hukumannya.
"Kamu itu bersinar, yang enggak lihat kamu itu mungkin udah rabun tua, hahaha!" jawab Dimas sambil tertawa.
"Mulai lagi! Sang Pujangga mencari mangsa!" kata Gita sambil meledek Dimas.
"Tapi kamu jadi baper, kan? Gak ada salahnya terus usaha dapetin kamu lagi, gak dosa juga, kok!" sahut Dimas percaya diri karena masih belum tahu kalau Gita sudha menjadi tunangan orang lain.
"Aku enggak bakalan mempan dirayu sama kamu!" jawabnya santai, "Jangan bahas itu, deh! Mendingan lanjut temenin aku keliling!" kata Gita sambil mulai berlari kecil.
Setelah satu putaran, Dimas mengajak Gita mencari warung untuk membeli minuman. Mereka beranjak pergi meninggalkan lapangan, namun dari kejauhan nampak sepasang mata tengah memandang keduanya.
"Gadis unik. Baru kali ini ada anak baru yang cuek sama aku. Bikin penasaran aja!" gumam Sean pelan.
***
Di kantin sekolah duduk Gita dan Dimas menunggu pesanan mereka.
Dugh! Suara botol yang diletakkan di atas meja.
"Dik, ini buat kamu! Permintaan maaf Kakek yang kasih hukuman enggak sesuai peraturan. Maafin aku ya, Dik!" Sean menyapa Gita sambil menyodorkan sebotol minuman dingin dan berjabat tangan padanya.
"Lebaran masih jauh, Kak!" sahut Gita singkat namun tetap menerima jabatan tangan Sean.
"Kenalan lagi boleh, ya? Aku Sean dari kelas Dua belas-Dua IPA," lanjut Sean berkenalan.
"Udah kenal, Kak! Waktu baris tadi. Minumnya aku minum dulu, Kak, terima kasih!" jawab Gita tanpa beban.
"Nama kamu siapa tadi? Gita atau siapa? Kok lupa, ya?" tanya Sean sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Harusnya air ini buat Kakak aja. Biar tambah fokus!" jawab Gita ketus. Dia merasa risih karena sudah hafal trik laki-laki untuk merayunya.
"Gita, Kak! namanya Gita," sahut Dimas yang sudah biasa diacuhkan. Namun ia kasihan pada Sean yang nampak diabaikan Gita.
"Kamu dari kelas mana? Daritadi aku lihat kamu terus sama Gita?" tanya Sean serius. Nampak sekali ketidaksukaannya pada Dimas.
"Aku teman sekelas Gita. Dari SD udah kenal sama Gita!" jawab Dimas bangga.
"Loh, kita sekelas, Mas? Cocok! Pas banget! Aku belum ada teman sebangku!" ajak Gita sambil ber Hi-five dengan Dimas.
"Kok, kalian bisa akrab banget?" tanya Sean curiga dan tidak suka melihat kedekatan antara mereka.
"Ya, iyalah! Kita dulu juga pernah pac-" jawaban Dimas terpotong karena cepat-cepat mulutnya ditutup Gita.
"Mau bilang apa kamu coba?" tanya Gita sambil melotot ke Dimas.
"Hmm hmm hmm!" gumam Dimas yang masih dibekap tangan Gita.
"Apaan sih, Git! Kamu nih kumat lagi kayaknya!" kata Dimas berdecak sebal. Padahal ia ingin membanggakan cinta monyetnya dulu.
"Jangan tanya apa-apa sama dia, Kak! Anaknya suka sembarangan kalau ngomong. Kami pamit, Kak! udah mau Zuhur!" tanpa ucapan salam Gita menarik Dimas keluar dari kantin.
Meninggalkan Sean yang terdiam memperhatikan mereka berdua pulang.
"Naik apa, Git?" tanya Dimas.
"Nungguin angkot, sih!" jawab Gita santai.
"Tunggu sini dulu. Aku bawa motor!" seru Dimas.
"Best, kamu, Mas! Tau aja aku lagi males naik angkot!" jawab Gita yang senang tanpa ada rasa segan. Karena dia merasa Dimas adalah sahabatnya.
Di perjalanan mereka tampak asik bercanda dan tanpa disengaja, candaan mereka membuat sepasang mata mengerahkan otot matanya hingga merah. Sambil mengepalkan tangan, dan tangan sebelahnya mengambil ponsel untuk mengambil foto Dimas dan Gita.
Terdengar bunyi pesan masuk di ponsel Barra.
barra membuka pesan tersebut dan nampak foto Gita yang tengah dibonceng Dimas. Beserta kalimat kejam di bawahnya.
'Paman sudah bilang, saat kamu bekerja, dia malah pergi dengan laki laki lain! Pilihanmu salah, Barra!'
Dilihat olehnya nama si pengirim yang ternyata adalah pamannya sendiri.
'Gita bukan perempuan yang seperti itu, Paman. Barra percaya sama Gita,' gumam Barra dalam hati.
***
"Hmm, jadi gimana tadi hari pertamanya?" tanya Barra pada Gita setelah tadi terputus karena Barra bersih-bersih lebih dulu sehabis pulang bekerja.
"Biasa aja, Mas. Enggak ada yang spesial. Cuma protokol biasa buat MOS anak baru. Enggak banyak bedanya kayak dulu waktu SMP," jawab Gita polos.
"Yang ganteng pasti pada ngajak kenalan, kan?" goda Barra.
"Mas godain Gita, nih? Nyindir-nyindir tapi nanti cemburu kalau Gita ceritain?" sindir Gita tidak mau kalah.
"Masa sih? Palingan pada gak berani, sama Mbak Gita. Dia kan, mengaum, haum!" ejek Fajar yang mendengar video-call mereka.
"Kalau Gita harimau, kok kamu adeknya malah kucing, sih?" tambah Surya yang malah mengejek Fajar.
"Huahaha, rasain! Makanya jangan suka nyamber aja, kayak angkot!" ejek Gita menambahkan, sambil ber Hi-five dengan Surya.
"Oh, gitu ya? Aku diledekin berdua, oke! Awas aja Mas Surya kalau mau pipis bangunin aku. Aku pura-pura gak denger! Bye!" ucap Fajar ketus sambil pergi dan berpura-pura marah.
"Kebalik woi! Siapa yang bangunin siapa hahaha!" jawab Surya terbahak-bahak.
Sementara itu Barra juga tertawa menonton candaan mereka dari layar ponsel menyimak pembicaraan tiga bersaudara itu.
"Memangnya Surya cuti? Pantesan aja rame," ucap Barra.
"Iya, Mas Surya cuti makanya ramai. Ini juga lagi di teras sama Ayah!" sahut Gita sambil mengarahkan kamera ponsel menghadap Pak Hasan.
Nampak oleh Barra, Pak Hasan sedang sibuk dengan tanamannya. Jadi, ia hanya melambai menyapa calon menantunya.
"Sudah mulai belajar tadi?" tanya Barra.
"Belum, Mas. Habis keliling lapangan langsung pulang, kok. Paling hari rabu baru mulai belajar," jawab Gita.
"Lari? Keliling lapangan? Ngapain?" tanya Barra bertubi.
Bersambung...