Alena masih terdiam mematung di depan pagar yang tertutup dengan rapat, matanya melihat punggung Dion yang sudah belok di pertigaan. Dan sekarang ia menatap pintu pagar itu, tangannya meremas tali tas selempang yang ia kenakan. Mengingat pesan yang di kirimkan pada Meika tadi.
Hari ini Alena pulang terlambat, sangat terlambat. Awalnya Alena ingin pulang lebih cepat, hanya saja Dion mengajaknya makan terlebih dahulu. Alena tak bisa menolaknya, karena dia tak ingin membuatnya kecewa yang kedua kalinya.
Alena maju selangkah, tangannya merogoh celah pagar untuk membuka kuncinya itu. Ia membuka perlahan pintu pagar itu, dan masuk ke dalam halaman rumah. Sebisa mungkin ia berjalan tanpa mengeluarkan suara langkah kaki.
