Veranda tersenyum melihat Alena, memang sangat wajar kalau gadis yang ada di hadapannya ini canggung. Namun, sebisa mungkin Veranda tidak akan membuat Alena canggung seperti ini. Veranda menarik tangan gadis itu yang membawanya untuk duduk di sofa.
"Te-terima kasih, bu. Terima kasih sudah menolong saya."
Veranda tersenyum. "Kenapa harus berterima kasih? Saya yang harusnya berterima kasih, dan mempunyai hutang budi kepada mu. Oh, iya. Kenapa kamu berada di taman malam-malam?"
"Sa-saya diusir dari rumah," jawab Alena dengan lirih.
Veranda sendiri terkejut ketika mendengar kalau Alena di usir dari rumahnya, "Siapa yang berani mengusir anak sebaik Alena? Dasar!" dumel Veranda dalam hati.
"Len, saya tau kamu masih canggung dengan saya. Tapi setidaknya kamu ceritakan semua itu ke saya. Selain hati kamu lebih tenang, saya juga akan membantu mu," kata Veranda itu dengan tersenyum hangat.