Chereads / BROKEN PROMISE / Chapter 16 - POSESIF

Chapter 16 - POSESIF

Anora terus mundur, begitu juga Rafael terus mendekatinya.

Aku bingung dan takut, rasanya aku ingin meraih segala hal yang ada di dekatku untuk dapat menghalangi langkah lelaki di depanku. Namun, bagaimana mungkin. Ia hanya ada selangkah di depanku. Aku tidak tau mimic wajah di balik masker hitamnya. Aku hanya meampu mendapati retina hijau indah dan mematikan miliknya. Tetapi, bagaimana bisa aku merasa ia adalah sosok yang sangat dekat denganku?

"ber..berhenti disana!! Jangan mendekat", tegasku mencoba memberanikan diri sambil terus mundur perlahan. Namun sia-sia, orang itu tetap melangkah mendekatiku.

Hingga dinding sialan di belakangku menghentikan langkahku. Sementara lelaki it uterus melangkah mendekat.

Aku panic dan kalut. Aku tau sosok itu sangat berbahaya. Tetapi apa yang membuat ia mendatangiku?

Sosok itu kini ada satu langkah di depanku. Dan aku masih belum bisa melihat expresinya yang tersembunyi.

"kenapa? Kau takut padaku? Bukannya kau sedang gila-gilanya ingin tau tentangku", tekan lelaki itu dengan suara datarnya yang dingin.

Kuteguk salivaku. Aku selalu berfikir kalau pertemuanku sebelumnya dengan Rafael hanyalah mimpi. Aku selalu berfikir kalau pertemuan itu adalah stimulus dari tugas yang diberikan oleh dosenku yang gila. Tetapi kali pertama aku merasa ragu dengan pikiranku.

"kenapa kau diam Anora? Kau takut padaku?", gumanya yang membuatku terkejut.

Dia tau namaku?!!

Apa ada yang membayarnya untuk membunuhku?!!

"si…siapa yang …siapa yang menyuruhmu", ucapku dengan nada bergetar.

"apa maksudmu", jawabnya sambil menaikkan alisnya.

"Ka…kau mau membunuhku?", simpulku.

Ia tidak menjawab. Ia hanya diam memandanglu dalam kesunyian. Dan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Aku mendorongnya jatuh lalu masuk kedalam lift.

Sempat ku lihat ia meraih tombol lift untuk ikut masuk kedalam lift itu, tetapi dewi keberuntungan sedang berpihak padaku. Lift itu telah bergerak sebelum Ia berhasil menghentikannya.

Desahan nafasku terus memburu.

Aku takut ia bisa mengejarku. Sementara itu aku sibuk menelpon ponsel Velly, namun tidak ada jawaban.

Ting….

Pintu lift itu telah terbuka tepat di lantai 14.

Aku berlari tergesa-gesa, segera aku masuk ke kamar apartemenku. Mengunci semua pintu masuk dan jendela.

Setelah itu aku masuk kekamar. Menguncinya dan mematikan lampu.

Aku bisa gila, akh….

Aku terkejut saat ada tangan yang meraih pinggangku lalu melempar tubuhku ke ranjangku.

"siapa itu!!!", teriakku dalam gelap.

Tuhan…aku menyesal membuat kamarku kedap suara. Sekuat apapun aku berteriak, tak aka ada yang mendengar suaraku.

Akh….

Aku kaget setengah mati saat kakiku ditarik hingga aku sedikit terseret di ranjang itu.

"lepaskan", seruku meronta saat kedua tanganku di tekat di kasur empukku.

"sekali lagi kau melakukan perlawanan, kau akan sangat menyesal", ungkapnya dengan geram.

Aku bisa merasakan bau mint dari nafas orang yang sedang menyekap ku. Saat ini takada jarak antara kami. Dapat ku rasakan bahwa aku sedang berbagi nafas dengan orang itu. Sesekali kurasakan nafasnya yang membelai lembut kulit wajahku.

"kau siapa?", ucapku dengan nada tertekan.

"Rafael … orang yang sangat ingin kau temui", ungkapnya dramatis tepat di telingaku.

Bulu romaku berdiri saat nafanya menyentuh daun telingaku yang menjadi titik sensitif ku.

"ma…mau apa ka..kau". ucapku terbata-bata.

"Aku mau melakukan apapun yang aku ingin Anora. Termasuk memonopolimu", ungkapnya yang membuatku ingin menangis.

Apa aku akan berakhir sebagai gadis yang menjijikkan??

Apa aku akan di nodai oleh objek penelitianku sendiri??

Semua pikiran kotor itu telah berhasil membius cara berfikirku.

Hiks…hiks…

Aku tidak dapat lagi menahan isak tangisku. Aku sungguh takut.

Tolong aku…tolong aku…

"Se…Sean".

Dari sekian banyak nama yang aku ketahui, hanya nama itu yang keluar dari mulutku.

"Sean…", isakku sambil menutup mata.

Tiba-tiba lelaki itu memeluk hangat diriku. Ia tidak mencumbu atau menjilati leherku layaknya bajingan jalanan yang siap merenggut mahkotaku.

Aku masih tersedu saat kebingungan menyelimuti kepalaku.

Ada apa ini?

"jangan mencoba untuk melawan. Aku hanya ingin menghabiskan malamku denganmu". Ucapnya saat aku mulai menggerakkan tanganku. Coba melepas cengkramannya.

Aku hanya diam.

Ia memeluk tubuhku bagai guling tidur yang nyaman. Percayalah, di negaraku, aku bisa di kenai hukuman karena tidur satu kamar dan satu ranjang dengan lelaki yang bukan suami ku. Dan parahnya kami berpelukan layaknya suami istri.

"kenapa kau belum tidur?". Ucapnya tiba-tiba.

Aku hanya dia sambil berpura-pura menutup mata. Dan bagaimana mungkin aku bisa tidur, sedari tadi nafasnya menyapu leher belakangku. Sensasi geli terus menguasaiku. Dan membuat kepalaku tidak berhenti berfikir tentang hal negative.

"jangan berpura-pura Anora, aku tau kau sedang tidur atau tidak". Balasnya.

Damn…ia tau aku pura-pura. Lagian mana mungkin aku bisa tidur, sementara ada pembunuh yang sedang bersarang di kamarku. Dan aku dipeluk !!!! huft…

"percayalah, aku hanyan ingin menghabiskan malamku dengan tidur dalam pelukanmu. Tidak lebih. Dan aku minta jangan melawan atau sengaja menolakku. Aku tidak tau sampai kapan aku bisa menahan hasratku untuk menyentuhmu".

Deg….jantungku berdetak mendengar ucapannya.

Ia menahan diri untuk menyentuhku??? Benarkah???

Malam semakin larut. Tidak ada suara, tidak ada perlawanan. Untuk sedetik aku bisa mendengar hembusan nafas kami yang tenang.

Ia menepati ucapannya. Ia hanya memelukku sambil ber-rebah di kasurku.

Hrrrr....hrrrrr,

Terdengar dengkuran halusnya. Ia tertidur?

Yang benar saja? Ia bisa tertidur dalam kondisi seperti ini?

Dengan sangat pelan, aku mencoba melepas tangannya yang ada di pinggangku.

Paling tidak aku bisa mengenali siapa lelaki yang saat ini sedang bersamaku.

"percayalah, kau akan sangat menyesal jika mencoba berbuat macam-macam".

Ia tersadar dengan tingkahku.

"kau siapa?". Tanyaku dengan hati-hati.

Eh…

Lelaki itu mempererat pelukannya.

"kau hanya boleh tau, aku akan selalu datang meski kau menolak, aku akan tetap datang meski kau tidak ingin aku datang. Aku akan menyentuhmu meski tanpa izinmu".

"kau melecehkanku". Balasku dengan suara geram.

"aku tidak perduli dengan tanggapanmu . jangan ada yang menyentuhmu selain aku".

"aku tidak mengenalmu. Lepaskan aku". Teriakku namun sia-sia. Saat ia mulai mengemut daun telingaku dengan lembut.

"jangan…eh…

Aku mendesah kegelian.

Siapa lelaki ini??

"Kau akan menjadi milikku." Lirihnya panjang.

Bulu romaku merinding. Ucapan itu seperti pisau yang menusuk ulu hatiku.

Apa ia seorang psikopat bodoh yang sedang tertarik padaku?

Tetapi bagaimana bisa. Aku baru di Negara ini. Bagaimana bisa secepat itu ia tertarik?

****

Pagi kembali, embun pagi tampak menempel di jendela kaca kamar Anora.

Gadis itu masih tertidur dengan pulasnya. Ia tidak sadar bahwa jam bangunnya telah terlewat.

Wajah indah dan tenangnya tampak berubah saat kelopak indah itu mulai terbuka secara perlahan.

Hah….ia tersentak sesaat ia mengingat bahwa malamnya tidak hanya sendirian.

Anora bangun lalu melihat sekelilingnya.

Tidak ada siapapun. Ia sendirian. Bahkan tidak ada pintu atau jendela yang terbuka.

Apa mungkin ia mimpi seperti biasa?