Segelas kopi susu tersedia apik di hadapan jendela yang terbuka lebar. Kopi hangat yang tersaji dengan kepulan asap yang menambah daya tariknya.
Anora tampak terdiam sambil memandangi redupnya matahari di balik awan pagi yang muram. Gadis itu tampak cantik dengan kemeja abu-abu kebesaran dan hotpants miliknya.
"hiii…kau di rumah? aku pikir kau keluar". Ucap Velly sambil melemparkan tubuhnya ke ranjang empuk milik Anora.
Anora tetap diam. Lamunannya seakan telah menelannya jauh dari kenyataan.
Bruhg….
Akh…
Sebuah lemparan kasar mengenai tengkuk Anora.
"kau gila", hardiknya.
"kau mengacuhkan aku". Balas Velly kesal.
"sorry…aku gak tau kamu datang". Ucap Anora menyudahi lamunannya dan bergabung bersama Velly di kasur.
"kau ada masalah apa?", Tanya Velly.
Ya…terkadang kedua gadis itu bisa sangat akrab melebihi mereka yang bersaudara.
"hmmm… apa kau pikir aku sedikit butuh psikiater?". Tanya gadis itu.
"malksudnya?".
Hmmm…dengus gadis itu.
"Vel…beberapa hari ini aku mengalami hal yang aneh."
"hal aneh? Hal aneh apa?".
Anora tanmpak diam. Ia ragu untuk menjelaskannya.
" mau cerita?". Pancing Velly.
"aku merasa ada yang mengikutiku setiap malam. Aku merasa ada yang menemaniku tidur dan memelukku di ranjang ini". Ucap Anora sambil merabah kasurnya itu.
Hahaha...
Tawa Velly pecah.
"aku serius Vell". Balasnya.
"mungkin sudah saatnya kau pacaran". Ucap Velly.
"Vell…ini gak ada hubungannya dengan hal itu".
"ayolah Anora, jangan mencoba untuk mengingkari takdirmu. Sudah saatnya kau menikmati hidup."
Anora tampak terdiam.
"aku tidak membutuhkan psikopat bukan?", gumanya dalam hati.
Teriknya mentari tidak menjadi alasan bagi Anora untuk tidak meninggalakan apartemen mewahnya.
Gadis itu menggunakan one piech berwarna coklat, dilengkapi dengan wedges putih dan bujget bag berwarna hijau.
Ia berjalan sendiri menuju taman kota.
"hai kak…maukah membeli salah satu mawarku?". Ucap salah seorang anak kecil yang berlari kearah Anora sambil menenteng keranjang kecil yang penuh dengan mawar merah segar.
"emm…segar-segar sekali mawarmu. Baiklah, aku akan membeli semuanya". Ucap Anora sambil tersenyum.
Anak kecil itu tampak senang karena mawarnya telah laku terjual.
"terima kasih kakak, kakak sangat baik". Ucap Anak kecil itu.
Anora hanya tersenyum. Ia mengambil seluruh mawar itu lalu membawanya ke taman kota.
"hmm….akan ku apakan mawar ini?". Pikir Anora.
"apa yang akan ku lakukan, aku lupa membawakan hadiah untuk dirinya". Keluh seorang lelaki di sudut taman kota itu.
Anora pun tersenyum manis.
"berbagi mungkin lebih baik". Isi hati gadis itu.
"hai…maaf, aku membeli mawar berlebih. Jadi aku memutuskan untuk membaginya." Ucap gadis itu dengan manis.
Lelaki itu tampak bingung saat menerima perlakuan manis dari Anora.
"apa…apa aku boleh mengambil mawar ini?". Tanya lelaki itu ragu.
"tentu saja, kenapa tidak". Balas Anora.
"terimakasih…terima kasih". Ucap lelaki itu dengan haru.
Anora hanya tersenyum sambil terus memandang lelaki itu yang dengan semangatnya memebawa ikatan mawar kecil itu untuk bertemu dengan kekasihnya.
Eh…
Anora terkejut saat mawarnya di ambil tanpa izin darinya.
"hei…itu milikku". Bentak Anora saat mawar itu di ambil tanpa izin darinya.
Seorang lelaki dengan kemeja putih dan rambut hitam yang tanpak berantakan.
"bukannya kau ingin membaginya pada semua orang", balas lelaki itu.
"Sean….kau?",
Lelaki itu melirik Anora dari garis ekor matanya. Sambil tersenyum sinis penuh arti.
"kau mau apa?". Seru Anora kesal.
"kau pikir apa?". Ucap Sean sambil melempar mawar sisa itu ke tanah lalu menginjaknya.
"Sean??!!! Apa yang kau lakukan? Kau gila!!!". Bentak Anora hendak mengambil mawar yang sudah lecek karena diinjak oleh Sean.
"berhenti disana." Ucap Sean mencegah tangan Anora untuk menyentuh mawar yang sudah kotor itu.
"lepaskan tanganku brengsek!!! Kau tau aku membeli mawar itu dengan uangku".
"untuk apa kau membeli semua mawar itu?".
"itu bukan urusanmu". Bentak Anora.
"kau ingat yang aku katakan!! semua hal yang berhubungan denganmu adalah urusanku". Ucap Sean dengan mata tajamnya.
Anora terdiam seribu kata.
Kapan Sean berkata seperti itu padanya?
"aku ingat kata-kata itu, tetapi…bukan dia. Bukan dia yang mengucapkan". Pikir Anora.
"kenapa kau diam!!". Tanya Sean dengan tatap mata yang tidak berubah.
Anora tidak membalas. Ia melengos lalu pergi meninggalkan Sean yang masih memandang ke arahnya.
"dasar lelaki sialan. Bukannya ini hari libur! Harusnya aku tidak bertemu dengan dia". Ucap Anora kesal.
Setelah berjalan cukup lama, Anora memilih untuk berenti di sebuah café kecil.
Ia memesan kopi dan sebuah mini cake.
Anora bersantai dan mencoba untuk menetralkan suasana hatinya yang telah di rusak oleh Sean.
"kau ingat yang aku katakan!! semua hal yang berhubungan denganmu adalah urusanku".
Deg…
Jantung Anora berdetak. Ia ingat siapa orang yang mengucapkan kata-kata itu padanya.
"lelaki yang datang padaku malam itu". Pikir Anora.
Tanpa memikirkan kopi dan kuenya yang masih utuh, Anora bergegas meningglakan café itu dan kembali ke taman.
Anora celingukan mencari Sean di tempat ia meninggalkannya tadi.
"apa itu kau Sean!! Apa dia yang datang ke kamarku malam itu". Pikir Anora sambil terus memandang sekitarnya.
"untuk apa kau kembali lagi".
Suara itu datang dengan sendirinya hingga mengejutkan Anora.
"Sean". Anora terkejut.
"kenapa kau kembali". Ucap lelaki itu dengan dinginnya.
"ada yang ingin kau tanyakan?". Tambah sean.
Anora masih diam. Ia takut salah ucap.
"baiklah jika begitu". Ucap Sean dan hendak pergi.
"Sean tunggu". Ucap Anora.
Lelaki itu menghentikan langkahnya.
"siapa kau?".
Gadis itu bertanya setelah memposisikan diri di depan Sean.
"Sean!?". Ucapnya dingin.
Anora masih memandangi lelaki itu dengan intens.
"apa yang kau lihat?". Tanya Sean sambil memandang tajam lensa hezel cantik itu.
"apa kau pernah datang ke kamarku secara diam-diam?".
Sean memandang gadis itu dengan tajam. Ia seakan mencari arti dari pertanyaan Anora.
"eemh…lupakan. Aku hanya sedikit bergurau". Ucap Anora tidak enak.
"gurauan yang sangat lucu". Balas Sean tanpa mengubah pandangannya.
"apa maksudmu?".
"apa dengan bebasnya lelaki memasuki kamarmu. Hingga kau tidak tau siapa yang datang padamu?".
Kening Anora berkerut. Tampaknya ia mengerti maksud ucapan Sean.
"apa yang kau ingin katakana Sean?". Ucap Anora dengan nada yang sedikit meninggi.
Sean hanya diam lalu menipiskan jarak antara mereka.
"kau bukan gadis murahan bukan?!!".
Plakk…..
Telapak gadis itu memanas saat melabuhkan sebuah tamparan di wajah Sean.
"jaga ucapanmu Sean". Ucap Anora datar.
Sean memandang nanar gadis yang menamparnya. Pandangan kosong yang penuh arti.
"kau menamparku atas dasar apa Anora?". Tanya santai.
Anora hanya diam. Jauh di lubuk hatinya, ia merasa menyesal telah melakukan hal tersebut.
"jika kau menanyakan pertanyaan yang sama pada orang lain, tentunya mereka akan mengira hal yang sama bukan?".
Anora masih setia dengan tatapan menantangnya dan pandangan dingin.
Sean mendekat satu langkah.
"apa kalimatku salah?". Ucap Sean memastikan.
"tanyakanlah pertanyaan yang sama pada orang lain, dan kau akan menemukan kalimat yang sama persis, atau lebih kasar dari kalimat yang aku lontarkan padamu". Tambah Sean sambil menahan degupan aneh di jantungnya saat melihat secara dekat pada gadis itu.
Malam kembali, Anora tampak cantik dengan baju tidur berwarna tosca miliknya.
Gadis itu tampak diam sambil memandang luas ke seluruh kota.
"apa aku yang terlalu kasar padanya? Aku menamparnya dengan sangat keras". Pikir Anora sambil menatap telapak mungilnya.
"sekarang kau hobby melamun ya".
Mata Anora melongok saat mendapati Velly duduk manis di sampingnya.
"kau seperti hantu ya vel, suka tiba-tiba datang!!!". Seru Anora kesal.
"bukan aku yang hantu, kau saja yang melamunnya keterlaluan". Ucap Velly sambil menyisip kopi Anora tanpa izin.
"kupikir akan lebih baik jika kau tidak disini?".ucap Anora ngambek lalu meninggalkan Velly masuk ke kamarnya.
"hei.. kau tidak sopan". Teriak Velly namun tidak di tanggapi oleh Anora.