Sebuah ruangan yang sangat gelap. Hanya sebuah bola lampu redup yang menerangi sebuah tubuh yang kini tergeletak lemah di lantai. Rambut panjang yang indah dan terurai itu kini telah dibasahi oleh air mata, darah, dan ceceran darah yang membuat rambutnya lengket. Pipinya yang mulus tampak ternoda oleh lebam dan bekas telapak tangan yang memerah. Sudut bibirnya tampak terluka.
Gadis manis itu tampak memprihatinkan.
"kau pikir sampai kapan gadis itu dibiarkan seperti itu". Terdengar suara algojo itu sambil membawa nampan makanan untuk Anora.
"sebenarnya aku sangat mengkhawatirkan keadaan gadis ini, hanya saja",
"sudahlah, jangan terlalu iba pada korban kita. Letakkan saja makanan itu, lalu kita pergi". Ucap salah satu temannya.
"hiks…hiks…aku ingin pulang…aku rindu ayah…aku rindu rumah". Ucap gadis itu lirih.
Seluruh tubuhnya terasa sakit oleh penyiksaan keji bodiguart Mr. Lee.
Sementara itu,
"max tampak babak belur di tangan Rafael.
Kepalanya pecah dan hidungnya berdarah.
"dengar…aku tidak ingin membuat ini semakin sulit. Beritahu aku dimana Mr. lee". Ucap Rafael geram sambil mencengkram leher baju Max.
"hahaha…jangan bilang kau mencari ayahku untuk merebut gadis yang bernama Anora itu". Tawa Max mencela.
Brugh…
Sebuah pukulan keras kembali menghantam pipi lebam itu.
"jangan kau pikir kau akan kulepaskan hidup-hidup Max". ucapnya Rafael benar-benar marah.
Hingga dering ponsel dari saku celana Max mencuri perhatiannya.
Rafael mengambil paksa ponsel itu. Lalu meminta Max untuk membuka sandi ponselnya.
"hahaha…jangan harap kau bisa memerintahku Rafael". Tawa Max.
Tanpa bicara, Rafael mengambil pisau lipat yang ada di sakunya. Lalu memotong hingga putus jari telunjuk Max.
Max tampak histeris kesakitan. Sementara Rafael dengan santainya menyatukan jari yang putus itu ke bagian sidik jari ponsel Max, alhasil sandi ponsel itu terbuka.
Di dalam ponsel itu terdapat lokasi keberadaan Mr. Lee.
"aku pasti akan membawamu kembali Anora. Aku janji. Aku akan membawamu kembali sayang". Ucap Rafael lalu segera membawa laju motornya ke lokasi yang sudah ia temukan.
***
"lepaskan!!!". Teriak Anora saat Mr. Lee menjambak rambutnya secara membabi buta.
"hahahhaa….dengar aku anak pelacur. Hidupmu hanya ada di tanganku. Dan jika kau ingin aku menghentikan penderitaanmu, kau harus memohon untuk membunuhmu". Tawa Mr. Lee.
Anora hanya menangis meratapi penderitaannya.
"teruslah menangis gadis bodoh…tangisanmu bagai irama kemenangan buatku". Ejek Mr. Lee.
"kau akan mati …setelah ini…kau akan mati". Teriak Anora frustasi.
Gadis itu telah frustasi oleh rasa sakit yang memenuhi tubuhnya.
Malam kembali menggantikan siang. Anora kembali dimasukkan kedalam ruangan gelap dan dingin itu.
"Anora". Anora mendengar bisikan lembut yang memanggil namanya.
"Anora….". suara itu semakin jelas. Anora yang kesakitan beranggapan itu adalah imajinasinya sendiri.
"Anora".
Anora tampak kaget saat ia membuka mata, muncul wajah Rafael di hadapannya.
Wajahnya begitu sedih. Pandangnnya sayu dan tampak kerinduan disana.
"Ra…Rafael". Ucap Anora terbata-bata karena menahan rasa sakitnya.
Rafael menyentuh pipi yang penuh luka itu dengan sangat hati-hati.
Ia meniti setiap inci dari kulit mulus yang penuh noda darah itu.
"bawa aku per…pergi Rafael. Tak apa jika aku harus jadi ta..tawanan mu. Bawa aku pergi". Tangis Anora kesakitan.
Rafael tidak sanggup melihat gadisnya yang memohon penuh air mata seperti itu. Ia memeluknya dengan lembut. Dan entah kenapa Anora malah membalas pelukan itu sambil menangis di sana.
"bawa aku pergi. Tak apa jika aku harus terkurung di kastil itu. Tak apa jika aku harus jadi budakmu. Lepaskan aku dari mereka. Aku mohon". Tangis Anora.
Rafael benar-benar pilu mendengar tangisan gadis itu.
"aku akan membawamu pergi Anora. Aku akan menjadikanmu ratuku. Aku janji sayang. Aku berjanji. Aku akan membunuh mereka. Aku akan memotong tangan-tangan yang membuatmu menderita". Ucap Rafael sedih.
Anora tersenyum penuh rasa terimakasih. Lalu ia kehilangan kesadarannya karena rasa sakit yang terlalu menyiksa tubuhnya.
Rafael meletakan tubuh gemulai yang tidak sadarkan diri itu di lantai. Lalu melepas baju yang menutupi dada bidangnya dan membuat baju itu sebagai alas kepala Anora.
"aku akan kembali cantik. Aku janji". Ucap Rafael sambil memberi kecupan singkat di bibir Anora.
Rafael benar-benar jadi iblis oleh amarah.
Ditangan kirinya terdapat batang besi yang sengaja ia bawa untuk membantai mr.Lee dan anak buahnya.
"hei…siapa kau?!!". Sedang apa kau disini". Bentak salah satu pesuruh mr.lee saat melihat Rafael.
Rafael tidak menjawab. Ia hanya memandangi mereka dengan tatapan membunuhnya. Dan tak lama kemudian, tempat itu menjadi riuh oleh keributan dan teriakan kesakitan dan juga makian.
"aku akan membantai kalian hingga habis". Geram Rafael sambil membantingkan tongkat besi itu ke tulang kering salah satu bodyguard yang telah dilumpuhkannya.
Suara teriakan kesakitan begitu akrab di telinga Rafael. Tidak ada lagi yang bisa menghentikan kegilaanya.
"Rafael!!!!". Teriak Mr. lee yang berada satu lantai di atas tempat Rafael berdiri.
Rafael mengarahkan mata iblisnya ke sumber suara itu.
"terntaya benar, kau juga tertarik pada budakku itu">
"tutup mulutmu Lee. Dia bukan bukan budakmu sialan". Teriak Rafael.
"hahaha….aku benar- benar beruntung memperoleh budak berharga seperti itu." Ucapnya sambil tertawa arogan.
"jaga jarakmu denganku Lee. Karna jika aku bisa menggapaimu, aku berjanji tidak akan membiarkanmu bernyawa lagi Lee". Ucap Rafael geram.
"tentu saja kau tidak akan bisa melakukan itu Rafael. Karna gadis ini masih di tanganku". Ucap Lee sambil menjambak Anora yang kini ada bersamanya.
Rafael tampak terperangah. Bagaimana mungkin dia begitu ceroboh membiarkan Anora sendirian.
"kenapa tuan Rafael? Dimana suara aroganmu tadi". Ejek Mr. Lee.
Sementara Rafael hanya terfokus pada Anora yang tampak kesakitan di perlakukan demikian.
"kau tau Rafael, kau membuat aku bingung dengan posisimu. Sesaat aku sempat berfikir, kau hanya mengingini gadisnini untuk menjadi budak dan mainanmu saja. Tetapi setelah melihatmu dengan amarahmu yang demikian, aku kembali berfikir, sebenarnya yang jadi budakmu itu, gadis ini atau dirimu sendiri yang menjadi budak untuk gadis ini". Ucap Mr. Lee sambil menekan keras dagu Anora.
"lep…lepaskan aku". Ucap Anora dengan tenaganya yang masih tersisa.
"kau benar Lee. Akulah yang menjadi budak Anora. Oleh karena itu jangan menyentuh Ratuku lagi. Atau kau akan tau apa yang di perbuat oleh budaknya". Ucap Rafael geram lalu lanjut embanti semua anak buah lee yang berada di lantai yang sama dengannya.
Mr.lee tampak panic oleh tindakan Rafael. Lalu memutuskan untuk pergi dan membawa Anora bersamam mereka.
Segera setelah Rafael membantai seluruh bodyguard Lee yang tinggal. Rafael mengejar mobil Mr.lee dan yang lainnya. Matanya mengisyaratkan kemurkaan yang besar.
"aku benar-benar akan membunuhmu Lee. Hari ini adalah waktu terakhirmu untuk bisa menikmati hidup".