Gaun yang indah, bibir merah ranum yang mengkilat, bulu mata yang menggoda dan leher jenjang yang indah. Gadis itu kini tengah siap untuk mencuri seluruh perhatian orang dalam pesta.
"hei…kau sedang apa? Sedari tadi aku menunggumu nona". Ucap Velly dengan gaun seksi yang cukup mencolok. "kau yakin akan menggunakan gaun itu Vel?". Tanya Anora saat melihat penampilan sepupunya itu.
"sekarang kau menjadi juri atas penampilanku nona?". Ucapnya dengan mata malas.
Anora hanya diam sambil memandangi gadis dengan gaun maron yang seksi itu.
"cukup mengagumiku nona. Sekarang ayo kita pergi". Desaknya sambil menarik tangan Anora agar segera beranjak dari tempat ia melamun.
Mereka berangkat dengan menggunakan mobil Anora. Gadis itu mengemudi dengan angannya. Tampak sekali isi kepala gadis itu sedang menguasainya. Jika saja ada mobil yang kehilangan kendali dari arah yang berlawanan, mungkin Anora tidak bisa mengelak.
"hentikan mobilnya Anora". Ucap Velly dengan kesal. Namun Anora tidak mendengarnya.
"Anora apa kau mendengarku". Bentak Velly hingga membuat Anora mengijak remnya secara mendadak.
"Vell…apaan sih?!! Kau mau kita mati muda". Bentak Anora marah.
"hah..!!! bukan aku. Tetapi kau Anora. Sedari tadi kau tidak memperhatikan jalan. Jika aku tidak menghentikanmu, bisa-bisa kita tidak sampai ketempat pesta. Tetapi ke neraka. Kau paham !!!". ucap Velly berapi-api.
Anora hanya diam. Kini ia faham dimana letak kesalahannya.
"aku minta maaf". Ucap Anora menunduk menyesal.
"hah..kau membuat riasanku rusak. Pindah. Biar aku yang menyetir". Ucap gadis seksi itu. Dan Anora hanya menurut.
Sementara itu di pesta,
Seorang pria mapan dengan jas dan dasi berwarna putih yang menambah wibawanya.
Ia tampak tertawa dengan elegannya bersama kolegan-kolegan kaya yang tak kalah megah stylenya.
"Aryan …bukankah kau bilang putrimu akan datang?". Tanya salah seorang pria paruh baya pada Aryan yang tak lain adalah ayah Anora.
"tentu saja, aku juga bingung kenapa sampai detik ini gadis kecilku itu belum juga tampak. Biasanya ia adalah seorang yang tepat waktu". Balas pria berkelas itu.
Tiba-tiba…,
"Ayah". Hampir seluruh kolegan Aryan mengarahkan pandangan mereka pada asal suara itu.
"hei…kau terlambat sayang". Sambut Aryan sambil mengecup kening gadis kesayangannya itu.
"putrimu sangat menawan Aryan. Mungkin aku akan jatuh cinta padanya jika aku masih seumuran dia".
"hahah…jangan harap kau mendapatkan restu dariku Richard". Canda ayah Anora.
Anora hanya tersenyum di sela-sela pelukan ayahnya.
Alunan music klasik memenuhi ruangan nan megah itu. Perlahan- lahan, cahaya lampu meredup, menyisakan suasana romanis yang mengundang setiap orang untuk segera membawa pasangannya untuk berdansa.
"Mau berdansa denganku cantik?". Tanya seorang lelaki tampan yang mendekati Anora yang duduk di samping ayahnya.
"dia Max, anakkku". Ucap Richard sambil menyentnuh bahu anaknya.
"wah..ternyata kau sumber bibit unggul juga Richard". Ungkap Aryan bercandan.
"bagaimana cantik? Mau menerima tawaranku?". Ucap Max kembali.
"kau seperti tidak tau bagaimana seorang wanita nak ! kau butuh banyak belajar dari ayahmu". Ucap Aryan sambil menaruhkan tangan Anora di tepak tangan Max.
Anora tetap saja menurut. Walaupun sebenarnyania tidak ingin berdansa.
Lagi pula, dimana Velly, seharusnya ia bersama dengan Anora bukan?
Ia ke pesta ini untuk menemani Anora.
Selingan music yang sangat romantis, dan menghanyutkan terus mengalun. Membalut setiap gerakan pasangan yang tengah terlena dengan keromantisan sentuhan lembut di kulit mereka. Kecuali,
"kelihatannya kau tidak menikmati situasi ini". Ucap Max dengan nada kekecewaan, tanpa melepas lingkaran tangannya di pinggang ramping Anora.
"aku tidak terbiasa dengan suasana seperti ini". Balas Anora tanpa melihat mata lawan bicaranya.
"tubuhmu tampak lihai berdansa. Bagaimana bisa kau tidak nyaman? Atau…kau tidak suka berdansa denganku?",
Peryataan Max berhasil membuat Anora jenuh. Ia berhenti dan melepas tubuhnya dari Max.
"kau tau Max. ini akan menjadi first efek terbrukmu. aku memang kuurang nyaman dengan mu. Maaf ini sedikit arogan. Hanya saja aku tidak tertarik untuk menjaga perasaan orang lain dengan cara membohongi perasaanku sendiri. Aku harap kau paham itu". Ucap Anora lalu pergi meninggalkan Max di atas lantai dansa.
Bukannya marah di perlakukan demikian, Max malah tersenyum sinis.
Ia tampak menikmati setiap gerakan tubuh gadis itu saat meningalkannya.
"hah….gadis sombong yang arogan. Aku ingin tau sejauh mana kau bisa menolak seorang Max. jangan panggil aku Maxsauther jika aku tidak bisa membawamu ke rajangku manis". Ucap Max sambil menggigit dramatis ujung bibirnya.
Brugh…
Anora membanting tubuhnya di kursi tinggi depan bar. Ia tampak sangat kesal.
"ada yang bisa saya bantu nona cantik?". Tanya sang bartender bertubuh tinggi dengan topi hitam yang menutupi wajahnya.
"beri aku juice stroberi". Ucap Anora yang mengundang tawa sang bartender.
"apanya yang lucu?". Tanya Anora mulai marah.
"kau bercanda? Atau kau memang salah tempat? Ini bar nona, bukan cafetarian". Ejeknya.
"kau tinggal bilang kalau kalian tidak menyediakan minuman seperti itu. Tidak perlu merendahkanku". Ucap Anora dan hendak pergi.
Namun, brugh…
Lelaki itu menarik tangan Anora, hingga anora tersngkur diatas meja. Jarak mereka sangat dekat. Anora bahkan bisa mendengar desahan nafas lelaki itu.
"kau pemarah sekali sayang". Ucapnya dengan sedikit desahan.
Mata Anora terbelalak. Betapa kagetnya gadis itu.
Ia sangat mengenal suara itu.
Lelaki yang semalam ada di kamarnya. Lelaki yang memperingatinya untuk tidak datang ke pesta.
"kau".
"aku sudah memperingatkanmu Anora. Kenapa kau tetap pergi". Bisiknya dengan dramatis.
Anora tampak ketakutan,
"hei…aku mencarimu dari tadi". Ucap Velly yang tiba-tiba datang.
Spontan pegangan itu terlepas. Anora tampak bingung.
"nora, are you ok?". Tanya Velly melihat tingkah aneh sahabatnya itu.
Anora hanya diam sambil melihat kearah bartender yang memeganginya tadi. Orang itu tampak sudah bergabung dengan bartender lain.
"bagaimana ia bisa sesantai itu?". Pikir Anora penasaran.
"halo nona, kau mendengarku?". ucapVelly kesal.
"hmm…ok maaf.". ucap Anora.
"siapa lelaki tadi? Dia sangat tampan".
"apa kau melihat wajahnya?". Tanya Anora yang tidak melihat wajah lelaki yang tadi sedang ngobrol dengannya.
"tentu saja. Tetapi aku seperti mengenal wajah itu". Ucap Velly.
Anora memicingkan matanya.
Tiba-tiba semua lampu padam. Orang-orang diruangan mewah itu tampak panik.
"Velly…velly….",
Anora coba meraih Velly di kegelapan. Namun sia-sia.
Tiba-tiba,
Emmmmm...
***
Gelap, panas…
Aku bisa merasakan keringat yang membasahi seluruh tubuhku.
Kulitku terasa perih di lilit oleh tambang kasar yang mengikatku. Mulutku ditutup oleh slotip yang merekat erat disana.
"hahah….hebat sekali tuan. Dengan mudah kau membawa gaids itu kemari tanpa menyebapkan keributan".
Aku mendengar tawa seringai mengerikan. Namun aku tidak dapat melihat apa-apa. Mataku tertutupi oleh paper bag coklat.
Emmm….
Aku meronta. Berharap mereka mau melepas paperbag sialan ini.
"ouh…gadis manis. Sepertinya ia harus berkenalan dengan kita". Tawa mereka.
"jangan sentuh dia." Ucap salah satu deri mereka. Sepertinya aku sangat familiar dengan suara itu.
"selamat datang di istana barumu cantik". Ucap pria paruh baya yang menyeramkan.
Ia melepas paperbag itu sambil menyeringai seram terhadapku.
"siapa kalian?? Lepaskan aku". Rontaku saat mulutku terlepas dari perekat sialan itu.
Ha..ha..ha…
Mereka tertawa senang.
Tawa itu bagai gemuruh yang menyeramkan bagiku. Siapa mereka? Apa yang mereka inginkan dariku.
" jangan takut sayang. Kami hanya membutuhkanmu untuk melemahkan Aryan". Ucap lelaki paruh baya itu.
"ayah?".
"ya…ayahmu. Si Aryan bodoh itu. Kami membutuhkanmu untuk melemahkannya".
"sialan…siapa kalian". Teriakku kesal.
Hahahha…..
Mereka hanya menertawakanku. Sial…sial..sial…
"dengar.. kau cukup diam dan ikuti semua perintahku. Aku berjanji semua akan baik-baik saja. Tetapi, melihat kau yang seksi seperti ini, aku ingin melanggar janjiku". Ucap lelaki sialan itu sambil menyentuh daguku.
"jangan keterlaluan mr.lee".
Aku melihat ke asal suara itu.
Tubuh itu, topeng hitam?
Dia lelaki yang beberapa hari lalu aku perban lukanya.
Jadi dia komplotan dari mereka?
"haha…Rafael…Rafael….ku pikir kerja sama kita telah selesai. Gadis itu kini jadi milikku. Jadi kau bisa pergi sekarang". Ucap mr. lee.
apa katanya? Rafael?
Lelaki itu Rafael!!!
***
Aku benar-benar geram melihat si bandot tua menyentuh Anora.
"aku telah mentransfer uang ke rekeningmu. Sudah waktunya kau pergi dan lupakan masalah ini tuan Rafae". Ucapnya.
Aku hanya menatap dingin pada mr.lee dan anak buahnya.
Ada rasa menyesal dalah hatiku. Tetapi pantang bagiku untuk mundur saat persetujuan telah terjadi.
"aku ingin gadis itu".
Hahhaha…
Mereka semua menertawakanku.
"ternyata kau juga tergoda pada gadis manis ini Rafael. Tetapi sayang. Dia telah jadi milikku. Dan kau tidak bisa mengambil peliharaanku". Ucapnya menjijikkan.
"pria sialan. Siapa yang kau sebut peliharaan." Teriak Anora tidak terima.
Plak!!!!
Sebuah tamparan mendarat di wajah Anora.
Pipi cantik itu kini memerah.
"beraninya kau berkata seperti itu pada majikanmu". Bentak seorang lelaki bertubuh kekar.
"berani kau sentuh dia". Teriak ku seiring dengan suara tembakan.
Lelaki bertubuh kekar itu kini terbaring di samping Anora dengan tubuh tertembus timah panas.
Tampak titik darah berserak di sekitar pipi Anora. Gadis itu tampak syok. Sementara mr. lee dan anak buahnya tengah siaga dengan perbuatanku selanjutnya.
"kau benar-benar berani Rafael". Teriak Mr. lee.
"kalian bunuh tikus jalanan itu". Tambahnya memberi perintah untuk menyerangku.
Sesaat kemudian, kegaduhan terjadi di gedung itu. Sekilas aku melihat Anora di bawa paksa oleh Mr. lee dan beberapa anggotanya.
"kau tidak akan kulepaskan Anora".