Chereads / Back 2 You / Chapter 3 - 3. HIDE

Chapter 3 - 3. HIDE

"Kau mencariku?"

Aku berbalik dan melihat gadis itu ada disana, duduk di kursi taman. Aku melewatkannya tadi.

Ia berjalan menghampiriku sambil mencari sesuatu dari dalam tasnya. Barang yang ia keluarkan justru membuatku lebih terkejut. Itu kunci motorku?

Kenapa ia bisa membawa kunci motorku? Aku saja tidak sadar jika barang itu hilang.

"Ini milikmu, kan?", Nadya menyerahkan kuncinya padaku.

"Ehm, kenapa ini ada sama kamu?"

"Tadi saat istirahat kedua, kamu melihatku duduk di bawah pohon, kan? Itu dari ruang perpustakaan. Jam pelajaranku setelahnya adalah bahasa Indonesia, dan guruku menyuruh kami untuk pergi kesana. Aku ingat tempat kamu duduk, dan aku duduk disana. Kuncimu ada di samping sepatuku saat aku duduk tadi"

Nadya menjelaskan panjang lebar dengan ekspresi polosnya, dia tidak bohong.

"Aku sudah pergi ke tempat parkir, ada satu motor yang masih disana, berarti itu milikmu. Aku punya dua kesimpulan, pertama kamu tau kuncimu hilang dan kamu memilih pulang dulu dengan bis atau yang kedua, kamu akan berada di sekolah untuk waktu yang lama karena mencari kuncimu"

Tanpa sadar aku tersenyum, caranya menjelaskan padaku lebih seperti Detective Conan yang pernah aku tonton. Jadi dia benar menungguku.

"Kebetulan aku dipanggil guru untuk membantu sebentar tadi, dan ketika pergi aku melihatmu berlari masuk ke ruang guru. Kufikir mungkin akan lama, jadi aku memutuskan untuk menunggu disini"

Aku masih mempertahankan senyumku. Entah kenapa rasanya menyenangkan, melihatnya berbicara padaku dan dengan polosnya berusaha menjelaskan semuanya. Dia yang biasanya pendiam dan selalu menyendiri.

"Kamu orang baik"

Tanpa sadar aku mengucapkannya, dan itu membuat pipinya bersemu merah untuk sesaat. Kemudian ia menyembunyikan wajahnya dengan menunduk.

"Ah! Apa kamu pulang naik bis?"

Nadya menatapku dengan wajah bertanya, "Iya. Kenapa?"

"Aku akan mengantarmu pulang, sebagai ucapan terimakasih juga karena sudah menemukan kunci motorku"

Ia tampak berfikir sebentar sebelum menerima tawaranku. Dan ketika dia mengangguk, aku tak bisa menyembunyikan senyumku.

POV End

***

Mereka baru pergi selama 20 menit, tetapi Nadya dengan tiba-tiba meminta Tony untuk berhenti. Ini bukan di daerah perumahan, mereka masih berada di jalan umum, dengan komplek toko disekitarnya.

Dengan kebingungan Tony tetap menepikan motornya. Dan begitu ia berhenti, Nadya langsung berlari tanpa menoleh sedikitpun ke arah Tony.

Melihat sikap terburu-buru Nadya, Tony yang awalnya biasa saja kini merasa khawatir. Nadya terlihat seperti seseorang yang ingin menangis, itu yang membuatnya bingung.

Apa ia melakukan kesalahan?

Setelah memarkirkan motor dengan benar dan menguncinya, Tony mulai berlari mengikuti Nadya yang sudah hampir tidak terlihat.

Celakanya Tony bisa melihat segorombolan orang baru saja keluar dari sebuah restoran dan mereka menutupi pandangannya. Nadya menghilang dalam sekejap.

Tony berusaha berlari lebih kencang dan mendahului gerombolan orang itu, tapi Nadya tetap tidak terlihat, seakan benar-benar menghilang.

Ia bahkan lupa untuk melepas helm nya tadi. Tony baru menyadarinya setelah berhenti berlari, beberapa orang melihatnya dengan aneh.

Menyingkirkan rasa malunya, ia melepas helm dengan pelan dan berusaha keras untuk cuek. Mencoba mencari lagi kemana Nadya pergi.

"Psst..hei..!"

Sebuah suara datang dari sebelah toko es krim yang ada di belakangnya. Disana, Nadya terlihat menyembunyikan badannya dan hanya memperlihatkan kepalanya karena sedang memanggilnya.

Menyadari kondisinya, Tony mendekati Nadya tanpa mengucapkan apapun. Hal pertama yang ia lakukan adalah mengusap air mata Nadya. Ia benar-benar menangis.

Tony tak tau apa yang terjadi, tapi melihat Nadya yang sepertinya sedang berusaha menahan air matanya, Nadya pasti melihat sesuatu yang menyakitkan.

Tanpa aba-aba, Nadya memeluknya.

"Tu..tunggu! Kenapa tiba-tiba-"

"Sebentar saja. Maaf, tolong sembunyikan aku sebentar saja", Tony bisa mendengar isakan tangis Nadya.

Sembunyikan aku?

Kini Tony jelas tau jika Nadya mungkin sedang dikejar oleh seseorang, tepatnya orang yang dia kenal. Tony tidak membalas pelukan itu, tangannya mengambang di belakang punggung Nadya.

Dan ia tidak mengatakan apapun, ia lebih memilih untuk menunggu Nadya sendiri yang nantinya akan menjelaskan.

Tony bisa merasakan Nadya mencoba mengintip sedikit dari sela lengannya yang terangkat. Setelah memastikan dirinya aman, akhirnya Nadya pun melepaskan pelukannya dan menunduk di depan Tony.

"Maafkan aku"

Tony sendiri merasa canggung setelah pelukan itu, jadi ia hanya bisa menggaruk bagian belakang kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Ia bingung, haruskah ia menanyakan hal itu sekarang?

"Sebenarnya, apa yang sedang terjadi?", akhirnya keluarkan kata-kata yang sejak tadi berusaha ia ucapkan.

Gadis mungil di depannya ini terlihat ragu mengatakannya pada Tony, dan ia memilih untuk bungkam dan menggelengkan kepala. Menolak untuk menjelaskan apapun.

Tony faham, mungkin ini adalah batasannya.

"Maaf, kamu bisa pulang. Aku akan pergi ke halte terdekat saja"

"Nggak. Aku bakal anter kamu pulang", bagaimana mungkin dia meninggalkan Nadya yang mungkin saja masih terguncang dengan apa yang baru saja terjadi. Meski ia tak tau apapun itu.

"Maaf, jika aku merepotkanmu"

"Kamu nggak ngerepotin sama sekali. Ayo pulang". Dan tanpa berkata apapun lagi, mereka melanjutkan perjalanan pulang.

Nadya tidak mengarahkan Tony untuk berhenti di depan rumahnya, ia meminta untuk berhenti di gerbang masuk komplek perumahan.

Setelah turun, Nadya berulang kali meminta maaf pada Tony. Dan hal itu sedikit membuat Tony tak nyaman, hingga ia menyuruh Nadya untuk berhenti.

Tony memahami kenapa Nadya tak ingin di antarkan ke rumahnya. Selain karena ini adalah pertemuan pertama mereka, yang pastinya mereka tidak sedekat itu sampai Tony bisa ke rumahnya.

Selain itu, kejadian tak terduga yang terjadi saat di perjalanan tadi pasti membuat Nadya juga menjaga jarak dengannya.

Tapi tetap saja, Tony merasa tak tega.

"Ehm..namamu.. Nadya, kan?", tanpa curiga Nadya hanya menganggukkan kepalanya. Mungkin masih tidak fokus karena hal tadi.

"Jika ada yang sesuatu yang ingin kamu ceritakan, kamu bisa menceritakannya padaku. Aku akan berusaha menjadi pendengar yang baik", tawar Tony.

Kali ini Nadya hanya menatapnya agak lama sebelum tersenyum tipis, "Terimakasih".

Senyuman terakhir Nadya saat itu cukup untuk membuat Tony merasa lega. Setidaknya ia bisa membuat Nadya tersenyum sebelum ia pergi.

Saat Tony berbalik untuk menaiki motornya lagi, Nadya menarik kecil seragam bagian belakang Tony.

"Na- namamu.. Siapa?"

Tony berbalik untuk melihat Nadya yang malu bertanya di belakangnya.

"Namaku Anthony. Kamu bisa panggil aku Tony"

***

Suara motor terdengar masuk ke garasi, itu berarti Tony sudah pulang. Tapi mengingat waktunya lebih lama dari yang seharusnya, Arsen jadi curiga.

Tanpa menunggu Tony masuk, Arsen langsung lari dan menghampiri Tony yang masih di garasi. Bersandar di pintu seakan memarahi Tony yang pulang terlambat.

"Kenapa lama sekali?! Aku sampai bosan main sendiri!"

Tony yang melihat Arsen bertingkah hanya menggelengkan kepala dan berjalan melewatinya.

"Aku sudah pulang dari tadi, lebih dulu daripada 3 orang lainnya. Jadi seharusnya kamu bisa pulang paling lama mungkin 30 menit yang lalu. Kenapa baru pulang?"

Tony berhenti, kali ini ia berbalik sebentar untuk melihat Arsen yang masih cerewet di belakangnya.

"Aku nganter Nadya pulang"

"WHAT?!"

***

tbc