Azam menjadi saksi mata tindakan Isabel yang telah melakukan hal diluar perkiraan. Azam baru mengetahui sisi Isabel yang seperti itu. Dia tidak menyangka, Isabel bisa berbuat hal nekat yang menakutkan.
Seketika itu juga, tubuh Azam langsung melemas. Rasanya Azam masih belum percaya dengan apa yang telah ia lihat barusan. Azam menjadi sangat merinding jika mengingatnya kembali. Azam takut tindakan yang Isabel lakukan akan menjadi bumerang untuknya dan Isabel nanti.
Tubuh Azam bergetar hebat memikirkan hal buruk yang akan terjadi nantinya. Azam takut masalah ini akan menjadi kasus polisi. Apalagi hanya ada Azam dan Isabel di sana. Sedangkan kelima berandal itu, pasti akan semakin mempersulitnya.
Azam melihat Isabel dari atas sampai bawah. Azam masih tidak yakin bahwa yang melakukan hal tadi adalah Isabel, istrinya. Wanita yang sangat dicintai dan dipujanya.
Azam tidak tahu alasan mengapa Isabel begitu tega melakukan hal kejam seperti tadi. Jika saja Azam tahu, mungkin dia akan melakukan hal yang lebih kejam dari yang Isabel lakukan.
Isabel tersenyum bahagia. Dia begitu senang bisa meluapkan emosinya. Isabel sangat geram dan dendam atas tindakan yang berandal itu lakukan padanya. Apalagi saat Isabel memikirkan mereka yang akan melakukan tindakan kurang ajar padanya. Rasanya Isabel ingin membunuh mereka satu persatu dengan cara yang menyakitkan.
Azam yang melihat senyum Isabel, dibuat semakin merinding. Azam takut Isabel telah memiliki jiwa psikopat.
'Aku ingin sekali memotong jari-jari tangan mereka yang telah berani menyentuh tubuhku. Aku ingin merobek mulutnya, karena mereka telah berani berbicara tidak sopan padaku'. Batin Isabel.
Dengan emosi yang menggelora, Isabel segera mengambil sebuah pemukul. Tanpa fikir panjang, Isabel segera berniat memukul wajah para berandal itu satu persatu. Beruntung tindakan Isabel yang sekarang dapat dicegah oleh Azam. Azam segera memegangi tangan Isabel yang memegang pemukul dan menahannya sekuat tenaga.
"Jangan! Jangan lakukan itu! Cepat buang benda itu! Buang, Isabel!" titah Azam tegas. Namun Isabel tetap kekeh dengan niat awalnya. Sekarang Isabel sudah dikuasai oleh amarah.
"Ga! Aku tidak akan membuangnya! Aku akan membunuh mereka satu-persatu! Aku akan buat hidup mereka berakhir sekarang juga!" kekeh Isabel.
"Isabel, jangan seperti itu! Ini sangat berbahaya. Mas mohon buang pemukulnya," pinta Azam.
"Tidak! Aku tidak mau! Mas Azam ga usah ikut campur!" tegas Isabel.
"Isabel, tidak baik melakukan hal seperti itu. Ini namanya kejahatan. Tolong dengarkan kata-kata, Mas. Mas tidak ingin kamu mendapat masalah," terang Azam.
"Aku ga peduli!"
Karena emosi yang berlebih, Isabel sampai tidak memikirkan apapun yang akan terjadi nantinya. Dia juga sudah tidak mendengarkan perkataan Azam sedikit pun. Azam bingung harus melakukan apalagi untuk mencegah Isabel melakukan tindakan kejahatan. Azam mulai memikirkan cara untuk mencegah Isabel.
'Bagaimana ini? Isabel sudah tidak bisa dikendalikan. Apa yang harus aku lakukan? Ayo Azam berfikir! Oh ya, aku akan membawa paksa Isabel menjauh dari tempat ini. Tapi caranya bagaimana? Mmm ... terpaksa aku harus melakukannya'. Batin Azam.
Dengan sangat terpaksa Azam harus melakukan ide yang dia buat. Meski sedikit ragu untuk melakukannya, tapi Azam harus tetap menjalankannya. Ini semua demi kebaikan Isabel.
Dan dengan segera Azam menggendong paksa Isabel. Dengan tenaga penuh Azam merebut paksa pemukulnya, lalu segera menyingkirkan jauh-jauh dari Isabel.
Isabel yang digendong Azam secara tiba-tiba merasa kaget, sampai dia lengah dan tidak bisa berkutik. Azam memanfaatkan kesempatan itu untuk segera membawa Isabel menjauh dari para berandal. Untung lah Azam memiliki tenaga yang sangat kuat. Jadi meskipun dia sedikit kurang sehat, Azam tetap mampu berlari sembari menggendong Isabel.
Isabel sangat kesal dengan tindakan Azam yang menggendongnya sembarangan. Dia begitu marah pada Azam. Isabel memukul-mukul bahu Azam, tapi karena Azam lelaki yang kuat, jadi dia tidak merasakan apapun saat Isabel pukul.
"Mas Azam! Turunkan aku! Cepat turunkan!" teriak Isabel tepat didekat telinga Azam.
"Stttt ... diam, Isabel. Udah diem," pinta Azam.
"Ga mau! Turunkan aku dulu! Mas Azam! Cepat!" teriak Isabel yang semakin keras. Azam yang sudah tidak tahan mendengar suara Isabel yang sangat keras tepat didekat telinganya, akhirnya Azam mengalah dan menurunkan Isabel.
"Mas Azam! Kurang ajar!" bentak Isabel.
Isabel memukul-mukul dada bidang Azam berkali-kali tanpa henti. Azam yang tidak biasa melihat prilaku Isabel yang tidak seperti biasanya, mengira bahwa Isabel telah dirasuki suatu makhluk tak kasat mata.
"Isabel, nyebut! Ayo nyebut!" titah Azam.
"Nyebut? Nyebut apa? Nyebut ... tuh udah, aku udah nyebut," ucap Isabel.
"Maksud, Mas, istighfar. Ayo cepat istighfar," pinta Azam.
"Apa maksud, Mas Azam? Mas azam fikir aku kesurupan?" kesal Isabel.
"Bukan! Bukan seperti itu. Mas hanya ...."
"Hanya apa? Nih ya ... astagfirullah. Nah, udah, kan? Aku udah istighfar. Mas fikir imanku lemah?" marah Isabel.
"Ya abis, kamu kayak orang kesetanan," ucap Azam tanpa sadar.
"Apa?"
"Eh, bukan. Maksud Mas, bukan itu," takut Azam.
"Terus?"
"Emm ..." Azam menjadi bingung sendiri menghadapi Isabel yang seperti ini.
Isabel kembali melakukan hal tak terduga. Dia mendorong Azam kesebuah pohon dibelakang Azam. Lalu Isabel menahan Azam dengan kedua tangannya, sehingga Azam tidak bisa bergerak. Isabel menatap Azam dengan begitu lekatnya. Tatapan Isabel sangat berbeda dari biasanya. Isabel mendekatkan wajahnya dengan wajah Azam. Lalu Isabel mengusap pipi Azam dengan menggunakan jari-jemarinya. Isabel melentikan jari-jarinya dan terus memberikan usapan lembut dipipi Azam. Azam menjadi sangat merinding dengan tingkah laku Isabel yang tak wajar. Azam menjadi semakin yakin dengan tebakannya yang mengira Isabel telah dirasuki sesuatu.
Isabel meniup wajah Azam pelan, sehingga memberikan sensasi yang berbeda untuk Azam. Azam menjadi semakin tak karuan.
Seketika itu juga, Isabel semakin mendekat pada Azam. Lalu dia mendekatkan bibirnya ditelinga Azam, dan dia membisikan sesuatu ditelinganya.
"Mas Azam, mau? Apa Mas Azam, menginginkannya?" bisik Isabel dengan nada suara lirih.
Azam deg-degan tak karuan mendapat perlakuan semacam itu dari Isabel.
"Ayo, Mas," bisik Isabel kembali.
"Isabel," ucap Azam. Keringat dingin mulai bercucuran diwajah dan seluruh tubuhnya.
"Iya, Mas Azam?" sahut Isabel lembut.
"Jangan begini!" takut Azam.
"Jawab dulu pertanyaanku! Mas Azam, mau?" ucap Isabel, mengulangi pertanyaannya.
"Mau? Mau apa?" Azam masih bingung dengan ucapan Isabel. Sebenarnya Azam sudah menebak sesuatu, tapi dia takut tebakannya salah.
"Mas Azam, mau? Mau bernasib sama seperti berandal tadi? Mas Azam mau aku injak? Jawab!" bentak Isabel. Kali ini nada suaranya jauh berbeda dari sebelumnya.
"Apa?" Azam menjadi takut mendengar perkataan Isabel barusan. Ternyata tebakannya salah besar. Ternyata Isabel menawarkan, tawaran yang sangat merugikannya.