Chereads / Plagiat Cinta / Chapter 34 - Bermain Bersama

Chapter 34 - Bermain Bersama

Azam dan Isabel telah menyelesaikan shalat subuhnya, kini mereka bersiap untuk mengaji bersama dan mengajarkan Ali mengaji. Mereka bertiga pun kini mengaji bersama, namun setelah hampir setengah jam mereka mengaji, Ali mengeluh cape. Dia mengatakan sudah lapar dan ingin segera sarapan.

"Mamah, Ali cape, Ali ingin makan roti coklat sama sosis," pinta Ali.

"Ya ampun, rupanya anak Mamah sudah lapar, ya? Hmm ... ya udah, ayo sayang kita sarapan! Kita udahan dulu ngajinya," ucap Isabel.

Isabel pun membereskan perlengkapan shalatnya. Dia segera menggendong Ali dan akan mengajaknya keluar dari kamar untuk sarapan, namun saat akan keluar, Ali menolak untuk diajak oleh Isabel.

"Mamah, kenapa Papah ga ikut sama kita? Papah harus ikut," rengek Ali.

"Eh, iya Sayang, Papah juga pasti ikut. Papah lagi beres-beres dulu sebentar, nanti Papah nyusul kita, kok," jelas Isabel. Ali pun mengerti dan mau diajak oleh Isabel.

Ali dan Isabel telah berada dimeja makan, di sana hanya ada Bu Karin saja. Entah ke mana perginya Pak Heru sepagi ini.

"Loh, Ibu kok sendirian. Bapak mana, Bu?" tanya Isabel heran.

"Bapak tadi katanya mau lari pagi dulu. Biasa lah, untuk kesehatan tubuhnya," terang Bu Karin.

"Oh, keren ya, Bapak. Udah tua masih kuat lari. Hehe ..." canda Isabel.

"Huss, ga boleh ngomong gitu. Kalau Bapak denger kamu memanggilnya tua, Bapak pasti marah dan ngambek. Haha ..." ucap Bu Karin.

"Hehe ... gapapa, Bu. Kali-kali bikin Bapak marah," tutur Isabel.

"Ga boleh gitu kamu. Nanti dikutuk," ucap Karin.

"Bercanda atuh, Bu. Ibu mah, serius mulu," terang Isabel.

"Iya Sayang, Ibu tahu kok," tutur Bu Karin dibarengi dengan senyumannya. Lalu Bu Karin beralih kepada cucunya yang sudah duduk dengan manisnya diatas kursi.

"Cucu Nenek mau apa? Mau Nenek masakin apa, Nak?" tanya Bu Karin. Karena gemas dia mencium pipi tembem Ali dan sedikit memberikan gigitan kecil yang membuat Ali cemberut tidak suka diperlakukan seperti itu. Melihat cucunya yang cemberut, Bu Karin menjadi semakin gemas dan mengacak-ngacak rambut Ali.

"Nenek, jangan gitu. Ali ga suka," keluh Ali. Isabel dan Bu Karin tertawa mendengar ucapan Ali.

"Ups, maafkan Nenek, Sayang. Ya udah deh, Nenek ga akan gitu lagi," ucap Bu Karin.

"Ok," sahut Ali singkat.

"Ali mau makan apa, Nak?" tanya Bu Karin..

"Ali mau roti coklat dan sosis," jawab Ali.

"Oh, siap Sayang, bentar ya, Nenek buatkan dulu untuk Ali," tutur Bu Karin.

"Hem ... enggak usah, Bu. Isabel yang akan melakukannya. Ibu duduk saja temani Ali," ungkap Isabel.

"Iya, Sayang," turut Bu Karin.

Sambil menunggu Isabel masak, Bu Karin duduk menemani Ali. Hingga beberapa saat, Isabel telah menyelesaikan masaknya. Sekarang Isabel kembali mengurus Ali dan menyuapinya makan.

"Mamah, di mana, Papah?" tanya Ali.

"Mungkin Papah masih didalam kamar, Nak," jelas Isabel.

"Kenapa, Papah ga ke sini? Suruh Papah ke sini, Mah!" pinta Ali.

"Iya, Nak, Papah sebentar lagi keluar, kok. Udah ya, Ali makan saja," tutur Isabel.

"Ga mau, Ali mau Papah. Ayo, Mah, ajak Papah," paksa Ali.

"Iya Sayang, Mamah panggilkan Papah sekarang, ya," pasrah Isabel. Isabel pun pergi kedalam kamar untuk memanggil Azam.

Didalam kamar, ternyata Azam sedang mengaji. Tadi Azam melanjutkan untuk mengaji terlebih dulu sebelum sarapan.

"Mas Azam," panggil Isabel. Azam pun melirik kearah suara yang memanggilnya.

"Iya, ada apa, Isabel?" sahut Azam.

"Ali ingin, Mas Azam menemaninya," ucap Isabel.

"Oh, ya sudah, sebentar lagi Mas akan keluar," terang Azam.

"Sekarang, Mas. Ali maunya sekarang," titah Isabel.

"Iya, Mas keluar sekarang," pasrah Azam.

"Nah gitu dong. Aku keluar duluan, Mas," tutur Isabel.

Azam dan Isabel pun keluar dari dalam kamar. Mereka berdua segera menemani Ali dimeja makan. Seperti biasa, Azam yang mendudukan Ali dilahunannya, dan Isabel yang menyuapi Ali. Beberapa saat kemudian, mereka telah selesai sarapan.

"Mamah, Papah, Ali ingin pergi bermain. Bermain bersama Mamah dan Papah," ungkap Ali.

"Siap, Nak. Apapun yang Ali inginkan, akan Papah laksanakan," terang Azam.

"Yeay, asik. Ali akan main bersama Mamah dan Papah," senang Ali.

Mereka pun bersiap-siap untuk pergi bermain bersama disebuah taman yang tidak terlalu jauh dari rumah orang tua Isabel.

Azam menggendong Ali dipangkuannya dibarengi dengan Isabel yang berjalan disampingnya, sungguh keluarga yang sempurna dan harmonis. Setiap orang yang melihat mereka pasti akan terkagum-kagum, dan dibuat berbinar melihat kecantikan Isabel dan ketampanan Azam serta Ali.

Azam segera mencari sebuah tempat duduk yang teduh untuk mereka bermain. Lalu Azam melihat ada sebuah tempat duduk yang kosong disamping pohon yang besar. Azam memutuskan untuk duduk di sana saja.

Mereka kini telah duduk bersama dibawah pohon yang sangat besar. Sepoi angin memainkan rambut Isabel. Azam mulai bermain bersama Ali, mereka bermain bola bersama. Isabel tidak ingin ikut mereka bermain, dia lebih memilih untuk duduk saja sembari menyiapkan makanan untuk Ali.

"Mamah, kenapa Mamah tidak ikut bermain?" tanya Ali yang melihat ibunya hanya duduk saja.

"Mamah tidak bisa main bola, Sayang. Jadi kamu aja sama Papah," terang Isabel.

"Yah, ga seru kalau Mamah ga ikutan," ucap Ali yang sudah tidak bersemangat lagi untuk bermain. Isabel yang tidak ingin Ali terlihat murung seperti itu pun, akhirnya memutuskan untuk bermain bersama. Saat ini ketiganya tengah bermain bola bersama. Untuk beberapa saat mereka bermain, sampai Ali akhirnya merasa kelelahan dan ingin duduk saja.

"Mamah, Papah, Ali cape. Kita udahan saja mainnya," terang Ali.

"Ok," ucap Azam dan Isabel bersamaan. Mereka juga sudah merasa cape. Jadi sangat senang saat Ali mengatakan ingin berhenti bermain.

"Mamah, Ali lapar, ingin makan," ucap Ali.

Isabel pun segera menyiapkan makanan untuk Ali. Dan mereka makan bersama dibawah pohon. Setelah selesai makan, Ali ingin kembali melanjutkan berkeliling taman, dia tidak ingin hanya duduk-duduk saja. Ali merasa bosan dengan itu.

"Papah, ayo kita lanjutkan jalan saja. Ali tidak ingin duduk, Ali bosan," terang Ali.

"Mari, Nak. Kita lanjutkan perjalanan kita," ucap Azam. Tanpa menunggu Isabel, Azam langsung saja menggendong Ali dan membawanya berkeliling taman.

"Mas Azam, tungguin aku!" teriak Isabel yang memanggil Azam. Isabel buru-buru merapikan barang-barang yang tadi dibawanya dari rumah. Setelah itu dia segera mengejar Azam. Saat sudah berada disamping Azam, Azam meminta barang bawaan Isabel untuk ia bawa.

"Biar Mas saja yang bawa," ucap Azam.

"Tidak perlu, biar aku saja," tolak Isabel. Azam langsung merebut paksa barang tersebut dari tangan Isabel dan membawanya. Azam tidak lagi memperhatikan Isabel, dia fokus melanjutkan perjalanan bersama Ali dan menikmati waktu bermain bersamanya dengan Ali.