Chereads / Plagiat Cinta / Chapter 32 - Dipertemukan Kembali

Chapter 32 - Dipertemukan Kembali

Azam dan Isabel terkejut melihat siapa yang datang. Mereka tidak menyangka akan dipertemukan ditempat ini. Niatnya mereka akan pergi langsung untuk menemui orang tersebut. Mata Isabel berkaca-kaca menahan tangis bahagianya. Dia segera berdiri untuk mendekat kepada anak tersebut. Isabel segera berhambur memeluk si anak dan menggendongnya dengan penuh kasih sayang.

Isabel menangis tersedu-sedu saat memeluk anak itu, dia menciumi dan mengusap kepala anak tersebut. Isak tangis Isabel pecah begitu saja.

"Hiks ... hiks ... Mamah, Ali rindu. Ali rindu, Mamah," ucap anak tersebut yang bernama Ali.

"Anakku sayang, Mamah juga sangat merindukanmu, sangat rindu, Nak," terang Isabel.

Ternyata Ali adalah anak Isabel dan Arav. Isabel terharu bisa dipertemukan kembali dengan anaknya yang selama ini dia rindukan. Sudah hampir 6 bulan Isabel dan Aliansyah terpisah, karena saat itu Ali diambil oleh orang tua Arav. Orang tua Arav sangat menginginkan cucu mereka untuk tinggal bersamanya, karena mereka sangat merasa terpuruk atas kepergian putra mereka. Jadi mereka putuskan untuk mengambil Ali saja. Mereka tidak memikirkin bagaimana perasaan Isabel saat itu, saat dirinya harus terpisah dengan anak kandungnya.

Rasanya Isabel tidak ingin melepas pelukannya dari Ali. Dia ingin terus mendekap Ali, Isabel takut Ali akan direbut lagi darinya. Dia jadi mengingat kejadian 6 bulan lalu.

Flashback on ....

Isabel sedang asik bermain bersama anaknya diteras rumah, meski hatinya masih sangat sedih setelah kepergian suaminya 1 tahun lalu, tetapi dia tetap harus terlihat tegar didepan anak semata wayangnya. Untuk saat ini anaknya sangat membutuhkan dirinya. Isabel akan kesampingkan dulu luka hatinya, yang penting anaknya tidak kekurangan kasih sayang dari orang tua. Setelah 1 tahun Isabel menelantarkan anaknya karena kesedihannya itu, sekarang dia akan menebus dosanya. Dia akan melakukan apapun agar anaknya bahagia, dia juga rela memberikan apa saja untuk anaknya.

"Mamah," ucap Ali.

"Iya sayang, kenapa, Nak? Ali ingin apa?" tanya Isabel.

"Ali ingin Papah, di mana Papah, Mah? Ali kangen Papah!" terang Ali dengan polosnya. Ali masih sangat kecil untuk memahami kepergian Arav.

Tetes air mata Isabel sudah tak terbendung lagi. Dia menangis, hatinya terasa seperti teriris pisau. Tanpa fikir panjang Isabel pergi meninggalkan Ali diteras rumah sendirian. Dia tidak berfikir apa yang akan terjadi kedepannya.

"Mamah, Mamah tungguin, Ali," teriak Ali dengan nada suaranya yang nyaring. Namun Isabel tidak memperdulikan putranya lagi. Dia membiarkan putranya begitu saja.

"Mamah ... huwa ... Mamah ... hiks ... hiks ..." tangis Ali pecah melihat ibunya meninggalkannya.

Untuk beberapa saat Ali menangis, tapi tangisan itu berhenti saat dia melihat tukang balon melewati rumahnya. Ali segera mengejar tukang balon tersebut sampai keluar gerbang.

Ali yang tidak tahu apa-apa terus berjalan ketengah jalan sampai akhirnya, tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang lewat dan hampir menabrak Ali. Beruntung mobil tersebut langsung mengerem mendadak.

"Aaaa ... Mamah!" teriak Ali yang ketakutan.

Saat pemilik mobil itu keluar, ternyata mereka adalah orang tua Arav, yang tak lain adalah kakek dan neneknya Ali. Mereka sangat geram melihat cucu yang sangat mereka sayangi berkeliaran dijalanan tanpa ada yang mendampingi. Mereka pun tanpa memberi tahu Isabel lebih dulu, langsung membawa Ali pergi dari rumah Isabel. Memang niat awal mereka datang kerumah Isabel pun hanya untuk mengambil Ali agar tinggal bersama mereka.

Setelah mereka sampai rumah, mereka hanya mengabari orang tua Isabel lewat telepon, bahwa Ali telah dibawa pergi oleh mereka. Isabel yang awalnya panik mencari Ali, menjadi hancur saat tahu Ali telah dibawa pergi oleh mertuanya. Kesedihan Isabel semakin menjadi saat dirinya harus dipisahkan dengan putranya. Isabel hampir saja depresi saat itu.

Flashback off ....

Orang tua Isabel hanya tersenyum senang melihat anaknya begitu bahagia dapat dipertemukan kembali dengan putranya. Memang mereka lah yang berbicara kepada orang tua Arav untuk mengizinkan Ali bertemu dengan Isabel. Walau sedikit susah membujuk Ibunya Arav, akhirnya mereka bisa juga membujuknya.

Setelah selesai menciumi dan memeluk anaknya, Isabel beralih kepada wanita paruh baya yang tadi datang bersama Ali. Wanita tersebut adalah mantan mertua Isabel, ibunya Arav. Isabel mencium tangan wanita tersebut dengan sopan.

"Mamah, makasih telah membawa Ali ke sini. Isabel mohon, izinkan Isabel merawat Ali, Mah," pinta Isabel.

Ibu Arav hanya membelai rambut Isabel lembut. Dia menatap Isabel dan tersenyum lembut.

"Maafkan Mamah, Nak. Mamah tidak bisa memberikan Ali padamu. Bukan Mamah tidak memikirkan perasaanmu, tapi Mamah juga sangat sedih dengan kepergian Arav, Mamah ingin merawat anaknya Arav sebagai pengganti Arav," tutur wanita itu.

"Hiks ... Mamah, Isabel mohon, Mah!" bujuk Isabel.

"Maafkan Mamah, Sayang. Mamah tidak bisa. Kamu bisa merawat Ali, tapi hanya saat kamu berada di sini saja. Saat kamu sudah kembali kerumah mertuamu, Mamah akan mengambil Ali kembali. Maafkan Mamah ya, Sayang," ucapnya sembari mencium kening Isabel.

Isabel tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya menangis dan mendekat kepelukan orang tuanya. Orang tua Isabel mencoba menenangkan Isabel, dia memberikan Isabel pelukan hangat.

"Berhubung saya masih ada urusan, jadi saya harus segera pergi dari sini. Mohon maaf tidak bisa berlama-lama. Saya titip Ali pada kalian. Nanti saya akan ambil lagi," pamit wanita tersebut. Setelah itu dia segera pergi meninggalkan semua orang yang ada di sana.

"Ibu, Bapak, bagaimana ini? Isabel ingin merawat Ali selamanya. Bantu Isabel, Bu, Pak," pinta Isabel.

"Sayang, Ibu dan Bapak juga tidak bisa berbuat apa-apa. Maafkan kami ya, Nak. Untuk sekarang kamu nikmati saja waktu kamu bersama putramu. Siapa tahu nanti kita memiliki cara supaya anakmu bisa ikut denganmu," ucap Pak Heru.

"Iya, Pak," pasrah Isabel.

Azam yang sedari tadi hanya diam, kini tersenyum kearah Ali dan merentangkan tangannya untuk menggendong Ali. Ali yang masih polos pun langsung mau untuk digendong oleh Azam. Azam memberikan kecupan penuh kasih sayang dikening Ali dan memberikan usapan lembut dirambutnya.

"Papah," ucap Ali yang menganggap Azam adalah ayahnya, Arav.

Semua yang ada di sana pun terkejut mendengar perkataan Ali yang begitu polos. Terutama Isabel, dia begitu syok mendengar anaknya memanggil Papah kepada pria lain selain ayah kandungnya.

"Ali, dia ...."

Saat Isabel ingin menjelaskan segalanya pada Ali, pak Heru mencegah Isabel untuk mengungkapkanya. Pak Heru menggelangkan kepalanya sebagai isyarat untuk Isabel. Isabel pun kembali mengurungkan niatnya untuk berkata jujur kepada Ali anaknya.

"Hai Ali sayang, anak Papah. Papah rindu Ali," ucap Azam.

"Ali juga rindu Papah," sahut Ali.

Mereka berdua benar-benar terlihat seperti anak dan ayahnya. Sama-sama memiliki wajah yang tampan dan kulit putih, membuat siapa saja yang melihatnya akan mengira mereka anak dan ayah kandung.