Chereads / SCARLET'S MY WIFE / Chapter 10 - Salah Sen Mobil

Chapter 10 - Salah Sen Mobil

"Luzon, apa yang kau katakan padanya, huh!" hardik Alexander dengan geram yang juga mencengkeram kuat kerah jas hitamnya, "Aku ingin dia yang menjadi Sekretarisku, bukan yang lainnya!"

"Ma—maafkan saya tu—tuan muda, sungguh saya tidak bermaksud untuk mengatakannya..."

"Tuan muda tolong lepaskan dia," pinta Loudy dan Glen bersamaan.

Bruk!

"Och!" Luzon bahkan sampai meringis kesakitan saat tubuhnya di hempaskan hingga ke lantai, "Maafkan saya tuan."

"Apa yang sudah kau katakan padanya?" Alexander mendesak asisten sekretaris itu dengan pertanyaan yang sama.

Lalu Luzon menatap kedua rekannya, tatapan matanya seolah sedang berkata untuk tidak mengatakan hal yang sebenarnya.

Karena Luzon takut jika hal itu malah akan mengancam nyawanya sendiri.

"Kami hanya menanyakan hal yang—"

"Tuan muda," Ken muncul di balik pintu, waktu yang tepat untuk mengalihkan pembicaraan sekarang.

Alexander pun berbalik menatap Ken, "Ada apa?"

"Tuan besar Gong menelefon dan kembali bersikukuh untuk menikahkan tuan muda dengan nona Ling..."

"Cih! Dasar tuan Bangka bau tanah, sudah mau mati pun masih ingin memaksa."

Lalu tuan muda Alexander menatap Luzon melalui ekor matanya, dan berkata, "Tutup interviewnya karena aku telah menemukan orang yang tepat!" kemudian Alexander pergi begitu saja usai membuat onar.

"Baik tuan muda, interviewnya akan kami tutup segera," ucap Loudy, lalu ia mendekat mengulurkan tangan ke hadapan Luzon, "Bangunlah, kau ini selalu saja membuat masalah."

"Mana aku tahu, cih!"

"Kalian berdua jangan bertengkar lagi, lagi pula tuan muda dan tuan Ken yang tidak di ruangan ini lagi, ayo cepat minta pada Magret untuk menutup interviewnya," tutur Glen.

Dan, pada akhirnya interview ini pun di bubarkan, yang sudah pasti menimbulkan banyak tanda tanya dari semua peserta yang tersisa.

***

Matahari sudah bergeser di arah jam dua siang di mana saat ini Arlet tengah duduk di sebuah kafe, dia duduk di dekat dinding kaca sambil menikmati teh lemon kesukaannya.

"Huuuh... bagaimana ini kenapa hari ini aku merasa begitu sial, sih? Ya Tuhan, tidak kah aku di takdir kan untuk memiliki hidup yang lebih baik lagi?"

Gadis itu menggerutu menyesali takdir hidupnya bahkan selama lima tahun ini ia sudah tak tahu seperti apa kabar sang ayah—Aldrich.

Di tempat lain namun di waktu yang sama mobil hitam mewah melaju dengan kecepatan sedang menuju kediaman Alexander.

Tentu saja itu adalah tuan muda sendiri yang di sopiri oleh Ken, "Tuan muda kenapa? Saya perhatikan sejak masuk ke mobil terlihat murung..."

"Kau jangan pura-pura bodoh, Ken, pokoknya aku mau gadis itu yang menjadi sekretaris kedua ku."

"Akan saya usahakan tuan, saya tidak pernah mengecewakan anda, kan?"

"Hm, maka menyetir lah dengan benar... sebelum kau menabrakkan mobil mewah ku ini dengan sesuatu—"

Brak!

"Ken! Sialan kau!" pekik Alexander, baru saja di peringati namun lihatlah ini... tidak ada satu menit pun dan sudah terjadi juga.

"Ma—maafkan saya tuan, saya salah menyalakan sen mobil—"

"Huh? Kau ini bukan orang yang baru belajar menyetir mobil, kan?" lalu Alexander melihat si pemilik mobil putih di depan mobil mereka yang baru saja di tabrak, "Turun dan selesaikan sendiri!"

Ken melepas sabuk pengamannya, "Akan saya selesaikan, tuan...," dan, ya, memang mau tak mau Ken harus menyelesaikannya sendirian.

Seorang gadis dengan tinggi tubuh 159 cm, kulit sawo matang yang berbanding terbalik dengan Ken—si berkulit putih, "Kau pemilik mobil ini?"

"Maaf nona, saya benar-benar tidak sengaja—"

Lalu dengan cepat gadis berkulit sawo matang itu memotongnya, "Di lihat dari style mu sepertinya tidak mungkin jika kau adalah pria yang baru belajar menyetir, kan, hm?" gadis itu menaikkan satu alisnya ke atas.

"Khanza?"

Wanita tua renta menurunkan kaca mobil dan memanggilnya, gadis itu bernama Khanza, nama yang indah bahkan wajah gadis itu juga manis.

"Iya mom? Tunggu sebentar di situ biar Khanza selesaikan dulu yang di sini."

"Nona, mobil anda terlihat baik-baik saja... saya benar-benar minta maaf atas kelalaian saya."

Wajah tenang Ken membuat Khanza menyudahi kesalahpahaman ini dengan cepat, "Hm, ya, baiklah... berikutnya tolong lebih berhati-hati lagi karena kau tidak tahu siapa yang ada di dalam mobil."

Ken memasang wajah senyum yang kikuk, dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa.