Chereads / Hasrat Cinta: Menemukan Suami Pendamping / Chapter 7 - Ara yang kesal dengan steve

Chapter 7 - Ara yang kesal dengan steve

"Cincin, aku rasa orang yang membawa ini seperti dari zaman dulu. Bagaimana menurutmu? tapi bentuk kotaknya tidak asing di mataku, apakah aku berhubungan dengan hal ini? apakah yang melakukan Pengeboman di gedung ini hanya iseng saja, Dia sebenarnya mau memberikan kotak ini padaku." Ujarku secara menerka-nerka. aku memang suka sekali bersikap konyol dan sangat percaya diri.

apalagi jika melihat kotak yang sangat familiar ini, membuat tingkat percaya diriku semakin meningkat saja.

"Mungkin saja itu memang kotak yang biasa terlihat di acara televisi yang bercerita tentang kerajaan, Jadi kau merasa tidak asing. Sudahlah, Simpan saja atau berikan pada petugas keamanan yang akan menelisik lebih lanjut tentang kasus Pengeboman itu. Ini minumnya." Steve berkata dengan sangat masuk akal, membuatku akhirnya mengangguk saja.

"Simpan disini saja ya, siapa tau sewaktu-waktu aku bisa mengingatnya kembali." Aku berkata lagi, Lalu mengambil air putih yang Steve tawarkan. aku sebenarnya tidak haus, tapi karena sudah di tawarkan air minum. tentu saja aku langsung menerimanya dengan baik.

"Oh ya Steve, apakah setelah ini aku bisa melakukan hal lain? sepertinya aku mau berjalan-jalan di negara ini, apakah kau punya waktu? kita bisa berjalan-jalan bersama." aku mencoba menawarkan sesuatu yang menyenangkan padanya, namun Steve langsung menggelengkan kepalanya pelan.

"Kenapa!!?." Tanyaku langsung kesal.

"Aku disini hanya bekerja saja, Bukan untuk berjalan-jalan. jadi jangan Memaksa diriku untuk menuruti apa yang kau mau. jika mau mau berjalan-jalan ada pengawal lain yang akan membantu dirimu." Ucapan Steve sangat tegas, aku sampai berdecak pelan mendengar apa yang dia katakan.

"Ya!! Bagaimana bisa kau Berkata seperti itu padaku? ini hanya tentang jalan-jalan saja! selama aku disini seharusnya kau mau melakukan apa saja! Ck! menyebalkan sekali! baru pertama kali aku melihat laki-laki seperti dirimu. tidak ada asyik-asyiknya sama sekali!." Aku berkata dengan suara yang cukup kencang, namun Steve hanya diam saja dan berdiri di tempatnya tanpa merasa terganggu sama sekali.

"aku cukup Profesional dalam bekerja, jadi aku Tidak mau lengah sama sekali. Lagipula Kakakmu sudah berkata padaku untuk tidak masuk dalam jebakan yang kau buat." Ucapan Steve membuatku merasa tersinggung, bagaimana bisa dia terlalu penurut pada kakakku? padahal aku tidak yakin kakak sialanku itu bisa tau apa yang aku dan Steve Lakukan disini.

"Aku tau, tapi setidaknya bermain-main sebentar tidak masalah kan? lagian pekerjaanmu adalah memastikan aku baik-baik saja, lalu bagaimana jika saat aku berjalan-jalan nanti aku mendapatkan banyak keadaan yang sulit? bagaimana jika aku Terluka? bagaimana jika aku terjatuh? bagaimana jika aku tertabrak mobil?." Tanyaku dengan semua isi kepalaku yang sangat banyak.

"Kalau begitu jangan pergi, duduk saja disini dan mengurus beberapa pekerjaan yang memang harus kita urus. ada banyak berkas yang harus tandatangani juga, bertemu klien juga harus kau lakukan, Bukankah semua itu sangat penting? dibandingkan berjalan-jalan tidak jelas?." Tanya Steve padaku, aku langsung memijat keningku dengan pelan. Bagaimana bisa dia mengatakan semuanya Dengan semudah itu? apakah dia memang selalu kaku dalam hidupnya?

Bagaimana bisa dia menyuruh diriku untuk bekerja terus? padahal aku juga butuh liburan disini, aku butuh udara segar dengan sesuatu yang bisa membuat pikiranku tenang.

"Ck! aku tidak suka cara bekerja yang kau katakan, aku juga tidak suka kau selalu kaku dan hanya menuruti apa yang kakakku katakan!!! jadi jangan katakan lagi! aku kesal sekali denganmu! astaga!!!! mood yang aku rasakan langsung buruk!! aku mau makan siang, ayo kita makan siang. Jangan katakan tidak! atau aku akan memotong gajimu!." Kataku dengan emosi yang meledak-ledak.

"Tapi ini masih pagi, belum jam makan siang." Ucap Steve lagi..

"Ya!!!!! Suka-suka aku saja! bagiku ini sudah siang di belahan bumi lain! jadi aku mau makan siang! makan siang pokoknya!!." aku mengambil bantal yang ada di samping sofa, lalu membuangnya ke depan wajah Steve. dan beruntungnya benar-benar mengenai wajah Steve yang terlihat sangat datar sekali!

Aku semakin benci melihat wajahnya itu, bagaimana bisa dia punya wajah tampan dan mengesalkan secara bersamaan? Aku ingin berpaling dari wajahnya itu, tapi aku malah terus saja menatap Wajahnya.

Lihat saja bagaimana dia hanya menatap bantal yang aku lempar tadi dengan pandangan tanpa arti Sama sekali.

"Ayo!! apa lagi yang kau tunggu!! apakah kau mau aku mati kelaparan!?." Ujarku sekali lagi.

"Tapi kau baru saja..."

"Jangan berkata apa-apa lagi! aku lapar, aku sangat lapar sekali sekarang! ayo kita pergi ke sebuah restauran yang enak disini." aku sudah berjalan cepat keluar dari ruangan kerja, masa bodo jika memang Steve tidak mau mengikuti diriku. aku sudah benar-benar kesal dengannya.

"Nona Arabella? Nona.. Bisakah kau jalan pelan-pelan? Nona Ara?." Steve sudah Berteriak padaku. dia mengikuti aku dari belakang dan mencoba untuk mengejar diriku. aku berusaha berjalan' lebih cepat lagi, aku malah sudah berlari sekarang. aku tidak memperdulikan lagi dia yang memang benar-benar berlari untuk menyamai langkah kakiku.

Aku hampir sampai di depan lift, namun entah bagaimana ceritanya. kakiku yang memakai high heels cukup tinggi langsung tersandung dengan kakiku yang sebelahnya lagi. Hal tersebut membuatku sedikit tersentak kaget dan hampir menjatuhkan diriku ke lantai.

Aku sudah akan merasakan sakit Karena Terjatuh, tapi ternyata Steve lebih dulu menarik pinggangku dan memeluk diriku, hingga aku tidak terjatuh lagi. Aku mencium aroma tubuhnya dari dekat, sangat harum dan begitu menenangkan. apalagi otot di dadanya yang langsung bisa aku Rasakan dengan jelas. Astaga!! aku seperti menyentuh dada keras yang sangat sempurna.

Aku tau bahwa Steve pasti sering sekali melakukan olahraga berat, hingga membentuk tubuhnya dengan begitu luar biasa. Aku mencoba memegang dadanya untuk merasakan semua keindahan itu lebih jelas lagi.

Namun tanganku langsung di tahan olehnya, aku mengangkat kepalaku langsung menghadapnya. dan hanya wajah datarnya saja yang benar-benar aku lihat saat ini.

"Sudah selesai menikmati semuanya? bisakah kau berdiri dengan baik agar aku bisa melepaskan dirimu." Tanya Steve padaku, kata-katanya sepertinya bukan sebuah pertanyaan. Tapi lebih tepatnya pernyataan yang sangat menyakiti jiwa.

Ck! Aku langsung mendorong tumbuhnya Dengan kesal, lalu mulai berdiri dengan baik di tempatku.

"Aku tidak butuh bantuan darimu, kenapa juga kau menolong diriku. Ish! Jangan bersikap pahlawan!." ujarku sombong, aku sudah memalingkan wajahku darinya, Steve masih saja berwajah datar. aku jadi merasa bahwa dia hanya punya satu ekspresi wajah saja.

Aku kembali melanjutkan langkah kakiku, melihat bagaimana Steve yang hanya diam saja dan sekarang berjalan berdampingan disisiku.