Chereads / THE ADVENTURES OF EL THE WICHT / Chapter 4 - Sebuah pesan singkat.

Chapter 4 - Sebuah pesan singkat.

Ketika hati kecil yang berbicara, keinginanlah yang mewakili.

~ Elra ~

Aku membuka mataku dengan pelan di saat kudengar panggilan seseorang yang memanggil namaku.

"Eleftheria...Eleftheria..."

Seperti itulah panggilannya. Suara itu terdengar seperti suara seorang wanita. Dan saat aku membuka mataku betapa terkejutnya aku menatap ke sekelilingku. Semuanya hamparan bunga! Dan saat kulihat penampilanku , aku sedang memakai gaun putih polos dan tanpa alas kaki. Saat aku ingin melangkahkan kakiku aku kembali mendengar suara seseorang wanita dan pria memanggil namaku.

"Eleftheria..."

"El ..."

Saat kuedarkan pandanganku ke sekeliling. Tiba-tiba sebuah kabut menutupi segalanya dan aku tidak dapat melihat apapun selain kabut. Hingga aku kembali mendengar suara wanita memanggil namaku dari belakangku. Aku langsung berbalik dan di balik kabut tebal itu aku melihat bayang-bayang dua orang melangkah mendekatiku. Awalnya masih tidak terlalu jelas hingga bayangan itu semakin mendekat, aku semakin yakin bahwa kedua orang itu adalah seorang wanita dan pria. Mereka semakin mendekat... mendekat dan mendekat sehingga dengan mudah aku melihat kedua orang itu meskipun masih terlihat samar.

"S-siapa kalian?" tanyaku saat merasa kedua orang itu tak asing bagiku.

Wanita dan pria itu tetap melangkahkan kakinya hingga aku benar-benar dapat mengenali mereka. aku tak bisa berkata apa-apa melihat semua itu. tanpa sadar air mataku mengalir. Aku sangat ingin memeluk mereka tapi entah kenapa tubuhku tak ingin bergerak sama sekali.

"Eleftheria... putriku"

Tanpa menunggu lagi saat tubuhku sudah dapat di gerakan aku langsung berlari kearah mereka dan memeluk mereka dengan erat.

"Ayah... ibu..." aku menangis di dalam pelukan hangat kedua orang tuaku. ya mereka adalah kedua orang tuaku. ayah dan ibuku, Yorkanozafallen Atreas dan Izabellania. Kedua penyihir hebat yang meninggal di saat aku berusia enam tahun. Dua tahun yang lalu setahun sebelum kepergian kedua saudara laki-lakiku.

Aku masih merasa ini seperti ilusi. aku melepas pelukan mereka dengan pelan walaupun sebenarnya aku tak rela melepas pelukan hangat mereka. aku memandangn wajah ayah dan ibuku. mereka masih saja cantik dan tampan layaknya dewa-dewi. Ibu yang cantik dengan rambut putih keemasan yang ia wariskan kepadaku dengan mata emas yang juga ia wariskan padaku walaupun hanya di kanan mataku, bahkan wajaku lebih dominan mirip ibu dibanding ayah. Sedangkan ayah juga masih sangat tampan. Wajah yang ayah wariskan kepada kedua saudaraku. Rambut coklat yang nampak seperti warna karamel dan warna netra hijau giok yang ayah turunkan pada adikku-Arthur dan aku. lebih tepatnya mata bagian kiriku.

"Apakah ini benar kalian? ini bukan hanya buah mimpi kan? Kalau iya aku harap ini menjadi kenyataan" Lirihku sambil menunduk. kurasakan usapan lembut di puncak kepalaku. Aku mendongak menatap ayah dan ibu yang menatapku dengan tatapan sendu mereka. aku kembali menunduk agar mereka tidak melihat air mataku yang mendesak keluar, tapi percuma kututupi mereka tau bahwa aku menahan air mataku.

"kesayangannya ayah, El. Jangan menangis." Aku kembali mendongak dan menatap ayah dengan mata yang berair. Aku langsung memeluk ayah dengan erat dan di balas ayah tak kalah erat. Ibu juga ikut memelukku dengan sangat erat.

Aku kembali menangis dalam pelukan ayah dan ibu. "Aku sangat merindukan kalian. Sangat-sangat merindukan kalian." Lirihku.

"Kami juga sayang. Maaf sudah meninggalkan kalian semua, Maafkan kami"

Aku menggelang. "Bukan kata itu yang kunantikan di saat kita bertemu lagi. Meskipun ini di dalam mimpi, kumohon jangan meminta maaf, kami lah yang seharusnya yang meminta maaf karena sudah menyusahkan ayah dan ibu. Bukan kami, tapi aku. Aku sungguh minta maaf karena sudah menyusahkan kalian selama ini. kalian melindunguku sampai kalian meningg-"

"Tidak El, tidak!" ucap ibu dengan cepat memotong ucapanku. Ibu tersenyum kemudian ibu mengusap air mataku dengan jempolnya.

"Kau tidak pernah sama sekali menyusahkan kami El. Sama sekali tidak pernah"

Aku menggeleng mendengar ucapan ibu "Aku menyusahkan kalian sedari aku di lahirkan. Hidup kalian di penuhi dengan kejadian yang aneh setelah kehadiranku. Seharusnya aku tidak hadir di dunia ini dan mungkin saja kalian tidak akan pergi dari dunia ini. Ya! Seharusnya aku tidak hadir di dunia ini" ucapku sambil memengangi kepalaku yang serasa pening.

Aku memukul-mukul kepalaku dengan kedua kepaku. "Seharusnya aku tidak hadir. Seharusnya aku tidak bereikarnasi. Seharusnya aku saja yang pergi bukan kalian. Bukan kalian tapi harusnya aku" Lirihku sambil terus memukul kepalaku hingga ayah menahan tanganku dan mengguncang tubuhku dengan kuat sebelum kesadaranku hilang.

Ayah dan ibu langsung membawaku ke dalam pelukan mereka. "Tidak El, tidak. Kami sudah katakankan kalau ini bukan salahmu. Kelahiranmu adalah kebahagian kami, El. Kami bersyukur kau mejadi putri kami El, meskipun kau hanya bereikarnasi. Tapi kami bersyukur kau menjadi putri kami El, kami sangat bersyukur. Dan... tentang pergi atau meninggal yang kau katakan itu tidak benar El" Jelas ayah. Aku langsung mendongak setelah melepas pelukan dari mereka. aku menatap ayah dengan bingung.

"Apa maksud ayah? aku tidak mengerti" Tanyaku dengan sangat bingung. Ayah dan ibu saling memandang, entah kenapa ibu menganguk kemudian ibu menatapku lagi.

"Kami... belum meninggal El"

***

Aku membuka mataku dengan pelan kemudian aku langsung duduk dari baringku. Kutatap kesekeliling. Ini adalah kamarku? Aku sudah kembali atau bisa di bilang aku sudah bangun dari mimpi itu. aku mengusap pelan pipiku yang berair dan menatap telapak tanganku yang berair itu. padahal aku sudah mengusap pipiku tapi pipiku masih saja berair. Mataku tak ingin berhenti berair. Aku mengumamkan sesuatu kemudian dinding kamarku berwarna bertanda sihir yang tadi ku ucapkan sudah berfugsi.

Aku membuat sihir agar kamarku kedap suara setelah itu aku langsung menangis dengan keras melepaskan sesak di dalam hatiku setelah bertemu dengan kedua orang tua ku di dalam mimpi. Senang, sedih dan bingung. Itu lah yang kurasakan. Aku senang ternyata kedua orang tuaku masih hidup di suatu tempat. Sedih karena alasan hilangna mereka adalah karenaku tapi ayah dan ibu menyakinkanku bahwa itu kewajiban mereka melindungiku dari mara bahaya. Dan aku bingung. Karena apa? karena alasan ayah dan ibu harus melindungiku itu karena ada seseorang yang mengincarku, mengincar hidupku dan sihirku. Entah dengan alasan apa tapi ayah dan ibu mengatakan untuk sekarang aku akan baik-baik saja bahkan orang itu juga tidak akan pernah dapat menemukanku karena semua usaha kedua orang tuaku.

Jadi sekarang yang harus kulakukan adalah mewujudkan pesan singkat ayah dan ibu. Pesan yang memintku untuk melindungi hutan yang sekarang menjadi tempat bermain dan berburuku. Hutan yang melidungiku dari mara bahaya.

Hutan keramat magiczend. Aku harus melindungi penghuni hutan itu. entah itu hewan, tumbuhan bahkan monster yang tingal di sana. dan ayah juga mengatakan bahwa aku akan menemukan sesuatu yang berkait dengan ayah jika aku melibatkan diriku dengan hutan itu. dan apapun resikonya aku akan melakukan apapun demi mendapatkan informasi tentang kedua orang tuaku. dan sekarang yang harus kulakukan adalah mendapat ijin dari nenek dan kakek.

***