HAI HULA HULA.. UP GUYS…
MAAF YA… TYPO MASIH BETEBARAN.
YUK RAMAIKAN KOMENT DAN POWER STONENYA GUYS… YANG PALING BANYAK KASIH, NANTI KU KASIH HADIAH BALIK. AYO GUYS.. RAMAIKAN LAPAK INI.
HAPPY READING…
Zia langsung mengajak Kia pulang, ia yang malas berbicara dengan Fadgham karena tidak mau di anggap manja pun tidak mau menatap Fadgham sama sekali. "Salam ke bibi, sama semoga bokap lo cepet sembuh," ucap Kia kemudian ia pun segera menyusul Zia yang sudah lebih dulu pergi.
Bahkan Zia tidak peduli dengan rambutnya yang belum mengering dan juga berantakannya. Ia merasa Fadgham akan semakin mencemoohnya karena kejadian ini. Tiba-tiba Fadgham memegang pergelangan tangan Zia yang akan melewati pintu ke luar rumah. Kia yang sedang mengambil handphonenya terdiam melihat Fadgham yang memegang pergelangan tangan Zia.
"Istirahat dulu disini," ucap Fadgham menatap manik mata Zia.
Dengan kasar Zia melepaskan pegangan tangan Fadgham padanya. "Gak usah sok peduli. Mual gua!" ketus Zia kemudian ia membalikkan tubuhnya untuk melangkah ke luar dari rumah Fadgham. Zia sempat menghentikan langkahnya ketika ke luar dari rumah Fadgham, mataharinya begitu terik. Padahal masih pukul 9 pagi, tapi panasnya begitu menyengat.
Kia yang melihatnya pun ingin berkata, tetapi Qia melangkahkan kakinya seraya kedua tangannya ia letakkan di atas kepala dan berlari. "Zi, tungguin gua!" teriak Kia.
Kia memiliki tinggi badan 158 sentimeter sedangkan Zia memiliki tinggi bdan 165 sentimeter. Langkah kakinya lebih besar di bandingkan dengan Kia. Kia mengejar Zia seraya menggurutu kesal dan Fadgham terdiam di depan pintu. Namun, setelah itu ia memutuskan untuk mengikuti Zia dan Kia. Melihat tadi Zia mimisan entah mengapa ia menjadi kepikiran. Takut ada apa-apa dengan Zia dan keluarganya nanti di salahkan.
Zia terus berlari supaya terhidar dari terik matahari yang cukup menyengat di pagi hari ini. Kia sudah kelelahan mengejar Zia sehingga ia memutuskan untuk berjalan saja, membiarkan Zia berlari terlebih dahulu. Kia mengatur napasnya supaya lebih normal. Ia mendongakkan kepalanya menatap langit yang sudah sangat cerah dan panasnya begitu menyengat ini. Kemudian ia menatap Zia yang masih berlari tidak terlihat lelah sama sekali.
Fadgham masih mengikuti Kia dari jarak yang aman dan berusaha tidak ketahuan. Karena ia tidak mau sampai ketahuan sedang mengikuti mereka berdua. Kia kembali berlari ketika napasnya sudah mulai teratur untuk segera sampai di rumah. Ia sendiri takut ada apa-apa dengan Zia, karena terik matahari yang menyengat ini bisa saja membuat Zia pingsan. Apalagi Zia yang terus berlari akan membuat Zia kelelahan.
Kia bisa melihat Zia tetapi itu membuat langkah Kia melambat. Seharusnya dengan Zia yang terus berlari akan membuat Zia sudah sampai, kenapa Zia malah belum sampai. Ia pun mempercepat langkahnya untuk segera menghampiri Zia. Mereka berdua termasuk Fadgham yang masih di belakang Kia yang belum menyadari kehadirannya sudah sampai di gang rumah Kia, hanya berjarak sekitar 3 meter lagi mereka akan sampai di depan rumah Kia.
"Zia!" pekik Kia yang melihat Zia tiba-tiba terjatuh.
Ia semakin mempercepat langkahnya begitu pun Fadgham yang ikut berlari, bahkan dirinya sudah mendahului Kia. Namun, langkahnya kalah cepat dengan seseorang yang menghampiri Zia. "Den, buruan bawa masuk Zia!" perintah Kia cepat ketika ia sudah berdiri di hadapan Denis yang sedang memangku kepala Zia yang pingsan.
Denis si pria lentik itu segera melangkah seraya menggendong tubuh Zia ala bridal style. Piyama tidur berwarna merah maroon yang dibalut dengan cardigan itu masih melekat di tubuhnya. Sepertinya mendengar Zia ke rumah Fadgham membuatnya segera menyusul Zia ke rumah Kia. Karena Denis hanya tahu jika ibu Fadgham bekerja di rumah Kia. Kenapa Denis bisa tahu, semua karena Denis sudah di jodohkan dengan Kia. Ia sering datang ke rumah Kia karena mama Denis yang sering meminta Denis untuk mengirimkan makanan atau apapun itu ke rumah orang tua Kia.
Denis dan Kia sendiri sudah menolak perjodohan ini, walau mereka dekat tetapi mereka sama sekali tidak mau di jodohkan. Denis dan Kia sama-sama tidak pernah menganggap perjodohan ini ada. Bahkan mereka sama sekali belum bertunangan, karena Denis dan Kia menolak keras sebuah pertunangan dengan alasan karena mereka masih kuliah.
Fadgham terdiam di tempatnya dan Kia pun baru menyadari jika ada Fadgham di sampingnya saat ini. "Jangan kasihan sama Zia, dia bukan perempuan lemah seperti yang lo bilang!" tegas Kia menatap fadgham marah. Ia pun kemudian melangkahkan kakinya untuk segera mengejar Denis yang membawa Zia.
Fadgham pun terdiam dan memperhatikan kepergian Kia. Ia terdiam karena melihat darah di hidung Zia, selain itu Denis yang terlihat tidak seperti pria lentik yang selama ini ia lihat di kampus. Fadgham itu jarang sekali ke rumah Kia, hanya sesekali jika ada perlu dengan ibunya ia baru datang ke rumah Kia. Itu sebabnya ia pun jarang bertemu dengan Zia, Denis dan juga Puput. Di balik kelentikannya ternyata Denis bisa bersikap jantan, itulah yang di pikirkan Fadgham saat ini
Dia pun kemudian membalikkan tubuhnya untuk kembali ke rumah. Tidak perlu peduli lagi dengan Zia karena sudah ada teman-temannya. Keluarganya tidak akan di salahkan lagi jika terjadi sesuatu dengan Zia. Ia pulang begitu saja, tetapi otaknya tanpa sadar terus memikirkan Zia apalagi melihat darah di hidung Zia membuatnya terus memikirkan Zia.
Sampai di rumah Kia, Zia seger di baringkan di tempat tidur Kia. Kia pun segera mengambilkan haduk untuk mengelap darah di hidung Zia. "Kenapa enggak bawa mobil, sih?" tanya Denis seraya berkacak pinggang menatap ke arah Zia yang masih pingsan.
"Zia enggak mau, katanya mau jalan kaki aja sekalian olahraga," jawab Kia yang tangannya bergerak untuk membersihkan dari dai hidung Zia.
"Sekalian olah raga, tapi ujung-ujungnya begini. Kalau udah seperti ini siapa yang mau di salahin?" tanya Denis kesal.
"Mending lo keluar deh, dari pada ngomel aja kayak emak-emak anak sebelas!" kesal Kia seraya menoleh ke arah Denis yang sedang bersedekap.
"Sialan, lo!" umpat Denis pada Kia.
Denis pun tanpa berucap keluar dari kamar Kia. Lebih baik ia menunggu di luar saja dari pada menjadi kesal sendiri karena kedua temannya membuat dirinya khawatir. Ia sampai belum mencuci wajah ataupun menyikat giginya karena tergesa-gesa kesini. Menyadari hal itu, mulutnya tidak berhenti mengomel ketika ia menuruni tangga dari lantai dua menuju lantai satu.
Denis pergi ke dapur, di sana ada Leha wanita muda berusia 20 tahun yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah itu. "Leha!" panggil Denis membuat Leha tersentak kaget hingga si gadis itu latah.
"Eh burung, eh burung." Latah Leha.
"Burungnya siapa Leha?" tanya Denis sedikit terkekeh.
"Burungnya mas," jawab Leha spontan dan ia langsung membekap mulutnya karena sudah salah menjawab. Denis langsung tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban spontan dari Leha. Ah, rasa kesalnya pada Kia dan Zia pun akhirnya berkurang.
TBC…
YO YO YO… GIMANA GUYS… SUDAHKAN ADA BENIH-BENIH CINTA PADA FADGHAM? WEHEHEHE…
YUKSLAH, RAMAIKAN KOMENT, LOVE DAN POWER STONENYA YA GUYS….