Pelita keluar dari kamarnya setelah dia selesai mandi dan berpakaian lalu duduk disofa menunggu ibunya dan ayahnya, Benni keluar kamar terlebih dahulu namun terkejut dengan pakaian yang digunakan oleh Pelita.
"Kok kamu pake baju kaya gituh sih, yang bener dong bajunya. Malu sama Om Jason kalau kamu pakai baju kaya gitu, celana sobek kaos oblong, emang gak ada celana yang bener apa?" tanya Benni protes melihat cara berpakaian anaknya.
"Memangnya sama Om Jason juga Mam? Aku gak jadi ikut deh kirain cuma bertiga." Pelita menjatuhkan tubuhnya di sofa karena malas jika harus makan malam dengan teman orang tuanya.
"Kami sengaja mengundang Om Jason dan Istrinya agar kamu mengenalnya dengan baik, selain itu kamu kan bakal tinggal sama mereka jadi gak ada salahnya kan kamu ketemu dulu dengan mereka, sudah lama kamu gak ketemu mereka terakhir ketemu pas Sd waktu kamu masih ingusan," kata Benni sambil menatap putri tunggalnya itu.
"Males Pie tar aku jadi kambing congek lagi dengerin kalian cerita masa lalu, Ahhh malesin," kata Pelita berusaha agar tidak usah ikut makan malam dengan orang tuanya dan temannya.
"Sudah jangan banyak alasan jadi kambing beneran baru tau rasa kamu," Kata Benni sambil mengusir anaknya untuk segera mengganti bajunya.
"Mam...Tuh Papi masa doain anaknya jadi kambing, kalau aku kambing Papi Bapaknya kambing dong," kata Pelita masih membantah ayahnya.
"Kan kamu tadi yang pengen jadi kambing bukan Papi, sana cepetan jangan lupa pake parfum kan kambing biasanya bau," Ledek Benni pada putrinya tersebut.
"Mamiiii, Papi tuh masa anaknya cantik bin semok begini dibilang kambing," Kata Pelita masih saja membalas perkataan ayahnya.
"Semok dari mana? badan kaya triplek Seperti orang gak pernah dikasih makan aja bilangnya Semok, masih juga semokan Mami kamu kemana-mana," Kata Benni kembali meledek putrinya.
"Sudah-sudah kapan kamu ganti bajunya kalau terus aja bales perkataan Papi kamu sana ganti baju rambutnya disisir gak usah dikuncir biar kelihatan tambah cantik dan anggun," kata Riska Sambil mendorong putrinya untuk masuk kekamar dan ganti baju.
Setelah melalui perdebatan antara Benni dan Pelita, akhirnya Benni mengalah karena ternyata putri semata wayangnya itu tidak memiliki gaun sama sekali. Jangankan gaun, rok saja dia tak punya hampir semua isi lemarinya adalah kaos dan celana Jeans.
"Memang Mami tidak pernah berikan Gaun atau rok barang sebiji gitu?" tanya Benni pada istrinya ketika melihat anaknya kembali keluar dengan kaos Oblong dan celana Jeans walaupun tidak sobek seperti tadi.
"Mami beliin Kok Pi, Kemeja kamu yang warna biru sama baby pink yang Mami beliin kemarin mana? Pake itu lah Ta, bawahan rok yang kotak-kotak yang dulu Mami belikan kemana Ta?" tanya Riska menatap putrinya.
Roknya aku kasihin Dita. Sayang Mi daripada gak dipakai, nanti aku dihisab kenapa bajunya tidak dipakai . Hai Pelita mengapa kau tidak memakai baju yang sudah di belikan Mamimu, kau harus bertanggung jawab untuk itu, gitu katanya Mam dari pada aku dihisab, lebih baik aku kasihkan Dita dia kan sering pake rok," Kata Pelita dengan santainya, sementara Riska hanya mengelus Dada melihat kelakuan anaknya.
"Kemeja nya?" Tanya Riska lagi. Mereka tidak mungkin pergi ke Mall dulu untuk membeli pakaian yang pantas untuk anaknya itu, semenatara waktu sudah menujukan hampir pikul 7 malam.
"Kemejanya tinggal yang Biru yang Pink aku kasih Anggi, jijik Mam pakai baju pink, kaya anak perempuan," Jawab Pelita sambil nyengir memperlihatkan giginya yang putih.
"Kamu itu perempuan, kamu pikir kamu apa? kalau laki-laki kamu harus punya burung perkutut, baru jadi laki-laki Ta," kata Riska kesal mendengar jawaban anaknya, bukan masalah harga namun bagaimanapun juga Pelita adalah anak perempuan dia harus ingat kodratnya.
"Iya Mam," katanya sambil duduk dipinggir kasur.
"Kalau kamu mau jadi lelaki mulai besok pakai baju Papi saja," kata Benni menyambar omongan anak dan ibu tersebut.
"Kamu ngidam apa sih Mam sampe kelakuan anak wadon kamu kaya gini?" Tanya Benni dari depan pintu kamar Pelita.
"Kamu lupa baca doa kali, lagi ngadonnya," sahut Riska menyahut pertanyaan suaminya.
"Bisa Jadi," kata Benni meninggalkan kamar anaknya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sementara Riska masih mencari kemeja biru anaknya yang dia belikan beberapa hari yang lalu.
"Kamu simpan dimana sih Ta, kemejanya. Kok Mami cari gak ada, gantungan juga cuma ada baju sekolah kamu?" Riska masih sibuk mencari kemeja anaknya sementara Pelita malah asyik membaca pesan dari teman-temannya.
"Lita!" panggil Riska kesal karena jam sudah menunjukan pukul 7 kurang 10 menit.
"Iya Apa sih Mam?" tanya Pelita mendekati ibunya.
"Kamu taruh dimana bajunya?" tanya Riska mulai emosi.
"Mami gak usah marah-marah deh liat tuh kerutan dimana-mana, kan malu Mam?" kata Pelita malah menunjuk muka ibunya.
"Kamu tuh yang bikin Mami jadi tua sebelum waktunya." Riska tambah kesal karena disebut tua oleh anaknya.
"Aku simpan disana Mam," Pelita menunjuk ke arah lemari yang paling atas, yang bersatu dengan pakaian yang sudah kekecilan yang biasanya nanti akan diberikan kepada yang membutuhkan.
"Ya ampun Ta kamu kelewatan banget ya," Riska mengambil tas yang berisi baju-baju yang sudah kesempitan versi Pelita yang suka dengan baju atau kemeja longgar.
Riska mengeluarkan baju yang ada disana dia juga menemukan rok berbentuk payung kotak-kotak biru.
Kamu Pakai Ini saja, gak ada alasan. Biiii," Riska kemudian memanggil pembantunya dan memintanya untuk menyetrikan baju kusut milik Pelita , sementara dia sendiri keluar kamar untuk berganti baju dan merapikan sedikit make upnya karena tadi berkeringat akibat mencari baju untuk Pelita.
"Mau kemana kamu gak usah ikutin Bibi, biar dia yang setrika bajunya," kata Riska yang tahu anaknya akan mengacaukan pekerjaan pembantunya jika Pelita menghampiri pembantunya tersebut.
Setelah melalui perdebatan sengit dan setengah ancaman akhirnya Riska berhasil menyuruh putrinya untuk menggunakan kemeja dan rok yang ia temukan di dalam lemari anaknya, semuanya masih terdapat tag di leher beserta harganya. Sementara Sepanjang perjalanan Pelita yang duduk disamping ayahnya yang mengemudi mobil tampak hanya cemberut sedangkan Beni tersenyum-senyum melihat kelakuan anaknya. Benni dan Riska memiliki Pelita ketika usia perkawinan mereka sudah menginjak sepuluh tahun, dengan segala upaya mereka akhirnya memiliki anak juga. Walaupun terkadang membuat ulah Riska hanya bisa pasrah bagaimanapun juga dia dan Benni yang menginginkan Pelita hadir kedunia.
"Malam Mas," Benni menyalami dan memeluk Jason yang sudah dianggapnya Saudara sendiri, mereka bersahabat sejak dibangku SMA dan Jason yang lebih tua usianya dari Benni adalah pindahan dari Inggris yang harus sekolah di sekolah pribumi, karena orang tuanya menginginkan dia beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan sekitarnya. walaupun terkadang sering diledek bule Depok oleh teman-temannya tapi dia tidak peduli namun Benni lah yang selalu membelanya.
"Ini Pelita?" tanya Lidya menanyakan gadis remaja yang berdiri di belakang Benni sambil menarik baju ayahnya.
"Iya Lid ini Pelita," kata Benni sambil menarik lengan anaknya agar bersalaman dengan Jason dan Lidya.
"Cantik banget, dulu terakhir ketemu dengan kamu masih Sekolah Dasar kayanya?" Lidya mengingat-ingat.
"Iya dulu masih nurut, diajak-ajak masih mau kalau sekarang sudah banyak alesan." kata Riska menjawab pertanyaan Lidya.