"Namanya juga ABG Ris, pasti udah gak mau ngikutin orang tuanya jalan, dirumah juga begitu, tadi aku ajak Kevin buat makan malam aja dia gak mau alasannya mau latihan futsal, sudah janji sama teman-temannya. Ya sudah aku mengalah dipaksa juga nanti malah rese," kata Lidya sambil tersenyum.
Mereka lalu duduk di meja yang sudah dipesan dan menikmati makanan malam bersama.
"Mamih aku makan kondro bakarnya pake tangan yah, gak nikmat kalau pakai sendok dan garpu," Pelita menaruh sendok di pinggir piring.
"Ehmm," suara bram seperti mengingatkan Pelita dia menatap ke ayahnya membuat dirinya mengambil sendok dan garpunya kembali.
"Kamu suka makan pakai tangan yah, Om juga. Wahhh kalau begitu aku ada teman Mam," kata Jason, lalu dia meletakan sendoknyakemudian berdiri berjalan ke wastafel untuk mencuci tangan dan kembali lalu duduk dan menikmati konro bakarnya dengan tangan.
"Loh katanya mau makan pakai tangan, kok kamu masih duduk di situ, ayo cuci tanganmu dulu bagaimanapun juga kalau kita pakai tangan kita harus tetap bersih dong," kata Jason sambil mengambil konro bakar yang ada dipiringnya dan menggigitnya.
Pelita menatap ibu dan ayahnya, dia seperti memohon untuk melakukan hal yang sama seperti Jason lakukan. Akhirnya Riska menganggukkan kepalanya mengizinkan dia untuk mencuci tangan ke wastafel karena dia akan menggunakan tangan untuk memakan konro bakarnya.
"Anakmu penurut sepertinya, dia amat takut padamu," kata Jason pada Benni, Benni tertawa mendengar perkataan Jason.
"Asal kau tahu dia itu Badungnya minta ampun, tidak jarang aku dipanggil ke sekolah untuk menghadap guru pembimbingnya, hanya karena dia menghajar teman prianya yang mengganggu teman-teman wanitanya yang lain. Awalnya aku marah, tapi karena dia melakukan itu demi membela teman-temannya yang ditindas, akhirnya aku tidak bisa melakukan apa-apa. Bukan berarti aku mendukung hal yang tidak baik padanya, tapi bagaimanapun juga sifat menolong yang ada pada Pelita, aku rasa itu tidak jauh dari sifat yang diturunkan dari istriku, dia tidak memikirkan apakah dia punya atau tidak, Yang penting dia bisa menolong orang yang seharusnya dia tolong dan ternyata sama halnya dengan Pelita berbahaya atau tidak, buatnya yang penting temannya bisa dia tolong. Bahkan aku ingat Pelita pernah menghajar seorang copet ketika merampok di pasar, padahal awalnya waktu itu dia berada di belakang ibunya, tahu-tahu dia sedang berantem dengan para preman di sekitar situ. Ilmu bela dirinya yang diturunkan kakeknya memang sangat bermanfaat untuk dirinya melindungi dirinya sendiri dan orang sekitarnya, ditambah dia sampai saat ini masih mengikuti latihan untuk ilmu bela diri. Awalnya aku keberatan dia meneruskan ilmu bela dirinya, namun ketika istriku mengijinkan dan aku pikir juga baik untuk dia menjaga diri, Ya….sudah aku biarkan saja. Tapi ya itu, kadang tingkat solidaritas yang terlalu tinggi terhadap teman-temannya tidak jarang dia mengorbankan diri agar temannya bisa terselamatkan, konyol bukan," kata Benny mengingat kelakuan Putri satu-satunya itu.
"Sebenarnya aku juga tidak tega meninggalkan dia sendiri di Indonesia, namun setelah aku pikir-pikir pendidikannya dia juga jauh lebih penting sementara tugasku tidak bisa ditunda lagi. Oleh karena itu aku menitipkan anak ku padamu mas, karena aku percaya kau bisa mendidiknya," kata Benny sambil menatap Jason.
"Ya tidak apa-apa, aku senang Kau mempercayakan anakmu padaku. Apalagi aku tidak memiliki anak perempuan. Kenakalan remaja adalah hal yang wajar selama dia tidak menggunakan obat-obatan yang terlarang, Kita hanya tinggal membimbingnya Ben. Yang penting kita harus menjelaskan pada dirinya, tidak semua yang dilakukan membela temannya adalah baik. kau tidak usah khawatir, aku akan meminta Kevin untuk membantu mengawasinya," kata Jason pada Benni.
"Lagipula selama ini ini kau selalu membantuku, kau juga sama dengan Pelita tidak memikirkan kan Apakah jiwamu terancam atau tidak. Kau ingat tidak waktu masa SMA, ketika ada seorang anak perempuan yang cintanya aku tolak, lalu dia memanggil teman abangnya untuk memukulku, dan aku ingat pula di situ kau yang memasang badan dan akhirnya kita berdua malah babak belur," Jason dan Beni malah tertawa-tawa mengingatkan kejadian itu.
Tak lama Pelita kembali ke bangkunya, Setelah dia mencuci tangannya. Dengan asyiknya dia mengambil konro bakar yang ada di piringnya kemudian makanan sampai habis tak tersisa kecuali tinggal tulang belulangnya.
"Aku melihat kamu makan konro sepertinya nikmat sekali," kata Jason pada Pelita, yang sedang asyik menjilati bumbu yang ada di tangannya, karena konro yang dimakannya telah habis
"Aku bilang bukan asyik, tapi jorok. lihat seorang seseorang anak gadis berkelakuan seperti itu, habis makan itu dilap tangannya dengan tisu lalu kamu cuci bukannya kau jilati," kata Benny mengomeli putrinya tersebut.
"Tidak apa ya, begini memang enak," kata Jason membela Pelita yang malah membuat Benni mendengus kesal karena sahabatnya itu malah membela anaknya.
"Jadi mulai Kapan kamu akan membawa barang-barangmu ke rumah Om? Kalau perlu nanti biar Kevin yang menjemputmu untuk membawa barang-barangmu," kata Jason mengalihkan pembicaraan nya, karena Benni mulai memelototi anak gadisnya, yang tidak juga mau berdiri. Malah asik menjilati jari-jemarinya yang ada sisa bumbu di tangannya, tanpa ada rasa malu dilihat oleh orang-orang.
"Aku sih terserah Papi, Mami. aku tinggal ikut saja," kata Pelita lalu Permisi berdiri untuk mencuci tangannya.
"Tidak usah repot Mas, aku sudah merepotkanmu biar aku sendiri yang membawakan dan mengantar Pelita ke tempatmu," kata Benny lagi sambil menyelesaikan makannya.
"Aku senang mendengar Pelita mau tinggal di rumahku, aku jadi punya teman perempuan paling tidak aku tidak sendiri lagi, kalau dulu itu semua anakku laki-laki temanku hanya Bik Sum sekarang aku punya teman yaitu anakmu," Kata Lidya sambil tersenyum ke arah Riska.
"Aku justru Ingin anak laki-laki seperti Kevin, dia itu sangat sopan dan ramah anaknya, ditambah lagi dia sangat tampan," kata Riska memuji anaknya Lidya.
"Ya tapi dia sudah tidak seperti dulu lagi yang bisa ku ajak kesana kemari, walaupun sekarang dia masih mau mengantarku berbelanja bulanan, setelah itu sisanya mana mau. Apa lagi harus menemaniku ikut arisan, yang ada di akan ngamuk kalau aku memaksanya untuk menemaniku arisan," Kata Lidya mengeluh.
"Jangankan Kevin, aku juga tidak mau menemanimu Arisan, kebayang dong kaum pria mengobrol dan merumpi dengan ibu-ibu yang terkadang obrolannya tidak jelas," kata Jason membela anaknya Kevin.
"Itu kan versi kamu, arisan itu asik tahu melepas kejenuhan dan stres. Apalagi lagi aku di butik sangat sibuk, belum Kalau ada barang yang masuk tidak sesuai dengan apa yang sudah aku pesan dan belum lagi teman yang minta dikreditkan, tidak dikasih salah dikasih aku yang tidak dapat untung apa-apa minta diskon besar lagi, mending lancar bayarnya," Kata Lidya seperti curhat pada yang lainnya.
"Kau terlalu baik sih, sehingga orang memanfaatkan kebaikanmu, Aku ingat ketika Lita minta diskon atas barang yang sudah dibeli padahal Barangnya sudah dia pakai sebulan, dan dia katakan ada sedikit cacat di dipinggirnya. Kan lucu Masa dia baru sadar setelah dia pakai sebulan dan aku lihat dia pakai setiap hari lagi," kata Riska ada seperti ikut kesal padahal yang Berdagang adalah Lidya.
"Wah kalau sudah ngobrolin kayak begini, Aku akan angkat tangan deh. Kalian terkadang menggibahi orang lain, aku juga malas mendengarnya, tapi kalau tidak mau tidak mendengarnya nanti kita tidak dapat jatah," kata Benny Sambil tertawa
Kita tidak sedang ghibah, kita membicarakan realita kok," Kata Riska membela diri.
"Tugas suami itu tidak hanya melindungi menjaga tapi juga harus jadi Pendengar yang baik. Memangnya kamu mau kalau aku curhat pada pria lain," kata Riska Sambil melirik ke arah suaminya.
"Wah ancaman yang tidak main-main itu Ben, Aku tidak ikut-ikutan ah," kata Jason yang diiringi tawa oleh mereka berempat.
Setelah puas mengobrol mereka lalu memutuskan untuk pulang dan Benni mengatakan akan mengantar Pelita sehari sebelum keberangkatan ke Perancis.
*