-Live Tomorrow by Laleh-
Di tempat lain.
Satu jam setelahnya.
Sambil terduduk penuh memandang poster besar bergambar Annabeth Heller dengan brand yang diiklankannya kembali, mobil yang dinaikinya ini juga disuarakan oleh suara seseorang yang sedang menghubunginya dengan suara speaker mobil yang cukup dibesarkan.
Siapa yang menghubunginya, tidak lain adalah wanita tua itu. Memarahinya seakan dia mulai tidak becus dengan misi utamanya, namun hanya dianggap sepele dari si pria tersebut dengan sikapnya yang dibuat setenang mungkin.
Wanita tua itu terus berbicara panjang dalam bahasa Swedish yang dia lontarkan. Suara kekesalan yang juga terlontar di bibirnya juga terus pria itu dengar, walau sebenarnya tidak ingin dilakukannya.
Lalu, dengan diri yang masih tampak tidak terganggu sama sekali dengan segala ucapan yang terasa tidak ada akhirnya itu, pada akhirnya dia mulai berbicara saat pandangan masih belum dia alihkan ke arah lain memandang Annabeth Heller.
"Du tror fortfarande inte på mig?"[1]
"Du slösar för mycket av min tid![2] Kau tidak tahu bagaimana bosannya aku menunggu gerakanmu, huh?!"
"Ada banyak hal yang tidak seutuhnya kau ketahui di sini. Kau selalu pandai memerintahku tanpa memikirkan bagaimana aku yang berada di sini langsung. Jika kau ingin menghasilkan sesuatu yang sempurna, kupikir Du vet hur man kan vara mer tålmodig,[3]" jelas pria dengan sikap dinginnya.
Wanita tua itu pun akhirnya terdiam sesaat. Entah apa yang dirasakan wanita tua itu saat ini, sepertinya pria tersebut tahu apa yang dirasakan wanita tua saat ini. Namun, dia menolak untuk mengerti. Mengabaikannya kemudian, dengan pandangan yang terus terarah ke poster besar tersebut.
"Kau ingin aku segera melakukan semuanya?"
"JANGAN MENGUJIKU! Aku tidak ingin lebih banyak bersabar lagi! Lakukan, atau aku akan mengerahkan orang-orangku untuk menggantikanmu!"
Tapi, pria itu malah terlihat menyunggingkan sedikit senyuman miringnya ketika tatapan itu teralih ke arah lainnya.
"Kau tidak bisa menekanku jika kau tidak tahu apa yang telah aku lakukan di sini."
Lalu, suara panggilan dari wanita tua itu pun langsung terdengar sangat ditekankan dengan membawa ucapan,
"Jadi apa rencanamu sebenarnya?! Apa yang kau tunggu lagi, huh?! Sudah waktunya kedua pasien sakit jiwa itu masuk kembali ke rumah tahanan mereka! Katakan kepadaku apa yang sebenarnya kau pikirkan. Apa kenanganmu yang lalu masih menghantuimu kembali selama di sana, huh?!"
Kali ini pria itu tidak berniat untuk menjawabnya. Dia malah terkesan mengejek ucapan itu dengan senyuman miring yang semakin dia keluarkan.
"Ingatlah. Masa lalumu itu hanya akan menyesatkanmu. Kau telah menjadi korban dari semua yang telah mereka lakukan kepadamu. Begitu juga denganku! Apa kau masih tetap tidak berpikir seperti itu, huh?!"
Yang kemudian, dengan geraman kecil yang kini terlihat, membuat pria itu mulai mendatarkan rautnya, hingga keluarlah beberapa bersitan kata untuk membela sedikit dirinya.
"Kau hanya berbicara berdasarkan apa yang kaupikirkan saja. Jadi, tidak perlu berpikir yang macam-macam kepadaku."
"KURT WORRELL!"
"Apa kau sudah bernegosiasi dengan para nippon[4] itu? Kuharap, semuanya berjalan sesuai dengan yang kita rencanakan."
"JANGAN MEMERINTAHKU, KURT! Aku tahu apa yang harus aku lakukan! Dan mereka sudah berada di pihak kita!"
Namun, pria itu menghelakan penuh napasnya kali ini. Mendengar kembali lontaran demi lontaran kata yang menyulut, hingga membuatnya kembali berkata dalam mulut yang sedikit dia katupkan.
"Ingatlah, wanita tua. Semua yang kau lakukan ini adalah dasar perintahku. Jika aku tidak mengeluarkan ide brilliant-ku untuk kau mengambil hati mereka, kita tidak akan pernah bisa melangkah sampai seperti ini."
"Kurt Worrell!"
"Ini adalah giliranku. Kau hanya tetap duduk manis saja di rumahmu, sambil mendengar kabar yang akan aku sampaikan selanjutnya. Jika kau berbuat aneh di belakangku, aku bisa mengetahuinya sendiri, wanita tua."
Yang akhirnya, pria yang dipanggil Kurt Worrell itu langsung menghentikan panggilannya kemudian. Menyandarkan penuh punggungnya pada bangku yang didudukinya dan memejamkan sesaat kedua matanya dalam helaan tertahan yang kini dia hempaskan.
Suasana sunyi kembali dihadapinya. Pandangan yang kembali diarahkan ke poster besar itu, semakin membuatnya menghelakan lebih dalam napasnya dalam balutan emosi yang mulai dirasakannya kembali. Kemelut pikiran juga terus menyerang dirinya hingga tak ada lagi celah untuk dirinya bisa merasakan senang. Hingga membuatnya memukul kuat setir mobilnya beberapa kali, untuk melampiaskan kuat kemarahan tertahan yang sejak tadi telah dia rasakan.
Lalu di detik setelahnya, dengan alihan kecil atas pikirannya ini, dia langsung memutar radio sadapannya. Kurt hanya ingin mengetahui kembali segala informasi lainnya yang bisa dia dapatkan secara langsung melalui seluruh tempat yang telah dia sadap. Dan akhirnya, saat dia mencari saluran yang cukup bisa membuat pikirannya terpaku pada satu suara yang terdengar, di sanalah Kurt mendengar isi suara dari saluran itu dari seseorang yang diketahuinya memiliki kedekatan yang cukup kepada Annabeth Heller.
Sudah bisa dipastikan jika Nona Abeth akan datang menghadiri acara fashion show di JCC mereka minggu depan nanti. Dia juga sudah mengatakan jika dia telah mempersiapkan semuanya sebaik mungkin. Dan— untuk Mister Mark, sudah tidak mungkin diragukan kembali. Ada Nona Abeth, tentu juga akan ada Mister Mark. Dan kali ini, nama kita pasti akan lebih besar lagi jika Mister Mark juga ikut hadir di acara itu!
Lebih tepatnya, membesarkan nama besar dari managemen industri hiburan kita.
Hahaha—!
Ya—ya. Aku tahu risikonya. Mister Mark bukanlah orang yang sangat bodoh dan sembarang. Ssssh! Jangan terlalu keras-keras mengatakannya. Dia punya banyak sekali telinga di kota ini.
Jangan lupakan jika dia ini ketua mafia yang paling ditakuti di kelompok mafia pecundang lainnya. Jadi, hati-hati dengan ucapanmu. Jika kau tidak ingin dia menebas langsung lehermu.
Oh, ya. Kau tahu jika dalam beberapa hari ini kelompok besar mafia dari—. Emem, dari Jepang akan datang ke negara ini?
Tentu saja!
Mister Mark akan datang menemui mereka di … di … entahlah. Aku lupa di mana tempat itu berada. Tapi, kita bisa menjamin jika salah satu kaki tangan si mafia itu, akan datang untuk bertemu dengan Mister Mark, dan melakukan perundingan besar-besaran yang mungkin akan menjadi berita besar untuk kita.
Aku bahkan tidak menyangka jika aku akan diundang oleh Mister Mark di rapat rahasia itu!
Haha …!
Apa?
Kau tidak ingat siapa namanya?
Beruntung sekali dia di negeri asingnya itu. Masih menjadi anak ingusan, tapi dia sudah diangkat menjadi kepercayaan kuat dari bos terbesar yakuza di sana.
Geez!
Marco Ulises Anthony. Itu namanya!
Kudengar, negara asalnya di Brazil. Dan— dia sama freak-nya dengan Mister Mark yang … yang … oh! Yang tidak waras!
Ha—ha!
Sudahlah! Aku tidak ingin menjemput kematianku hanya karena aku mengatakan hal ini. Jadi, akhiri saja panggilan ini. Dan bersenang-senanglah dengan para wanitamu!
Kurasa, aku juga ingin melakukannya sama sepertimu saat ini.
Jelas, Kurt Worrell mengerti sekali apa yang mereka katakan dalam bahasa asing yang telah dianggapnya ini. Senyuman kecil pun juga dia keluarkan ketika ada beberapa kalimat ucapan yang terdengar tidak asing di telinganya.
Lalu, dengan perasaan tenang yang kembali dirasakan pria itu saat ini, dia mendetak-detakkan jemarinya di sisi bagian jendela pintu dalam pikiran rahasia yang tetap tidak dia ucapkan.
Yang kemudian, dengan membawa apa yang dipikirkannya ini, pria tersebut memberikan senyuman kecilnya kepada poster besar itu, dan menyalakan kemudian mesin mobilnya untuk berkelana kembali ke mana yang ingin ditujunya saat ini.
Namun, bukannya langsung melajukan mobil, pria itu justru kembali menyuarakan beberapa kata yang dilintaskan di bibirnya. Entah apa yang dimaksud dari ucapannya itu, tentu itulah yang hanya bisa dia ucapkan dalam sikap santai yang kali ini menyerang dirinya.
"A—beth. Annabeth Heller, Annabeth Corbin, dan— Annabeth Burton. Burton? Bukankah itu nama asli belakangmu? Kenapa kau mengubahnya?" Senyum kembali pria itu, dengan helaan kecilnya yang dia keluarkan.
[1] Kau masih belum memercayaiku?
[2] Kau terlalu membuang banyak waktuku!
[3] Kau tahu bagaimana caranya untuk lebih bersabar.
[4] Orang Jepang