Pantang bagi Cyntia untuk menyerah begitu saja, bagaimana pun cintanya harus di perjuangkan.
Maka kali ini Cnytia terpaksa harus mencampurkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaannya.
Bryan memang tak bisa dihubungi bahkan kontak Cyntia pun sudah di blok oleh lelaki itu.
Saat ini Nicko tengah meledek Cyntia habis-habisan, karena wanita itu terlihat frustasi dengan sosok Bryan.
"Come on Tya, kamu pasti bisa," kekeh Nicko.
Cyntia langsung mendelik kesal ke arah Nicko. "Shut up Nicko! Berhenti meledekku," kesalnya.
Nicko kemudian menutup mulutnya rapat-rapat, tetapi matanya menyipit terlihat jika lelaki itu tengah menahan tawanya.
"Bryan kayaknya nggak normal deh, nggak mungkin kalau dia normal nolak kamu." Nicko membuka suaranya kembali setelah terdiam beberapa sata.
Tya lantas mengerutkan keningnya mencoba untuk mencerna semua kalimat yang Nicko ucapkan barusan.
"Itu kemungkinan, tapi bisa jadi dia punya seseorang yang masih mengisi hatinya," sambung Nicko kemudian.
Helaan napas Cyntia kembali terdengar jika sudah menyangkut hal ini akan terasa berat.
Namun sedetik kemudian seulas senyuman terbit mengiasi bibir Cyntia. "Why?" tanya Nicko merasa heran dengan Tya yang tiba-tiba saja tersenyum.
"Emang kalau cowok mahal tuh kayak gitu, kita nggak mungkin tergila-gila dengan seseorang kalau tak meninggalkan kesan yang mendalam," papar Tya kemudian.
Nicko terkekeh. "Yeah, tapi apa kamu yakin Tya? Bryan susah di gapai loh? Kemungkinan besarnya kamu patah hati."
Sebagai seorang teman lama Nicko tak mau jika Cyntia harus menelan kekecewaan meskipun ia sendiri harus bosan mengingatkan Tya dengan hal seperti ini.
Biasanya Tya tak pernah mengejar laki-laki, mereka lah yang akan mengejar Cyntia tetapi orang yang Tya sukai kali ini adalah Bryan.
Semua orang juga sudah tau bagaimana Bryan, gosip dan faktanya memang berbeda dan wajar saja jika Cyntia merasa tertarik dengan lelaki dingin itu.
"Kamu tenang aja Nick, aku yang akan ngebuat dia jatuh cinta lebih dulu," ucap Tya.
Kali ini ia yakin dengan semua rencananya. "Really?" tanya Nicko tak percaya.
"Serius Nicko, jadi aku punya rencana. I mean, ini mungkin terdengar sangat konyol tapi cuman ini caranya agar aku bisa tau seperti apa Bryan."
Lantas Cyntia kemudian mengatakan kepada Nicko jika ia akan melibatkan sebuah pekerjaan dan Cyntia hanya akan pergi berdua dengan Bryan.
Nicko hanya bisa menggelengkan kepalanya merasa tak habis pikir dengan ide gila Cyntia itu.
"Itu bukan tugas kamu, Cyntia," desisnya.
"Yeah, aku tau Nicko. Tapi cuman dengan cara ini, kan?"
Meskipun begitu Nicko tak bisa memungkiri hanya ini jalan satu-satunya agar Cyntia dan Bryan dekat.
"Jadi lo bisa bantu, 'kan?"
Nicko langsung berdecak sebal. "Akan aku bantu Cyntia kamu tenang aja," sahutnya.
Tugas Nicko hanya satu yaitu membuat Kalea sibuk dengan pekerjaannya dan Bryan bisa pergi berdua dengan Cyntia tanpa di temani oleh PA mereka masing-masing.
Suara ketukan pintu terdengar, Cyntia langsung tersenyum seketika. "Mereka datang," ucapnya.
Nicko langsung menganggukan kepalanya ia kemudian keluar dari ruangan bersama Cyntia untuk menyambut kedatangan Bryan dan Kalea.
Wajah Bryan terlihat dingin ketika datang ke perusahaan Cyntia sementara Kalea tersenyum ramah.
Atasan dan bawahan itu memang terlihat berbeda sekali. Seperti air dan api tetapi sebagian orang melihat kecocokan antara Bryan dan Kalea.
"Hai, Bryan? Welcome," sapa Cyntia.
Bryan hanya menganggukan kepalanya saja. "Okay, langsung ke office aja," kata Tya melihat Bryan yang seperti itu.
Nicko kemudian menunjukan tempatnya, Kalea langsung berada di belakang Bryan pun dengan Nicko.
"Kerjaan numpuk Kal," bisik Nicko.
Kalea tersenyum kecil lantas membalas bisikan Nicko. "Udah biasa," sahutnya.
Nicko terkekeh kemudian kembali berbisik lagi. "Udah tau, kan?" Kalea menganggukan kepalanya.
"Beneran nggak apa-apa kalau tanpa PA?" Kalea tentu saja penasaran.
Nicko menatap Kalea kemudian terdiam sejenak. "Entah lah Kal, ini kan urusan mereka kita cuman bawahan."
Kalea hanya bisa tersenyum tipis, pasalnya ia sedikit khawatir dengan Bryan lelaki itu kerap kali membutuhkannya di setiap saat.
"What?" Bryan langsung menatap Cyntia tak percaya.
Kalea dan Nicko yang berada di belakangnya pun langsung saja kaget mendengar suara Bryan itu.
Cyntia mencoba untuk tenang meskipun di dalam hatinya sangat ketakutan, Bryan memang terlihat sangat menakutkan ketika seperti itu padahal Bryan hanya mendesis saja.
Kalea mencoba untuk membuat Bryan paham, jika Cyntia yang menjelaskan Bryan pasti tak akan mungkin percaya.
"Bryan," kata Kalea dengan lembut.
Cyntia langsung menatap Kalea ada rasa tak suka yang menyelinap tetapi Nicko langsung memberikan tanda agar Cyntia segera merubah raut wajahnya.
Kalea terlihat menjelaskan dengan hati-hati suaranya terdengar sangat pelan sementara Cyntia menatap Nicko tajam.
Namun lewat tatapan mata Nicko lelaki itu menjelaskan jika semuanya akan baik-baik saja, lantas Cyntia hanya membuang wajahnya ke arah kaca karena dadanya terasa sesak.
Amarahnya bercampur menjadi satu seharusnya ia dan Bryan yang berbicara seperti itu bukan Kalea.
"Okay," sahut Bryan suaranya terdengar lebih lembut dari tadi.
Cyntia langsung saja menatap ke arah Bryan. "Jadi aku nggak perlu menjelaskan panjang lebar, kan?"
"Lain kali kamu bisa menghubungi Kalea," sahut Bryan.
Cyntia tersenyum masam di dalam hatinya Cyntia itu merutuk sebal, kenapa harus Kalea ia tak suka jika ada orang yang lebih dekat dengan Bryan.
Dan saat ini segala pertanyaan muncul di benak Cyntia, sejak kapan Kalea dan Bryan sedekat itu? Cyntia bahkan mencium sesuatu yang ia benci.
"Jadi?" Cyntia tak mau untuk bertanya panjang lebar.
Bryan hanya menganggukan kepalanya. "Lain kali tolong di teliti lagi Nicko, saya sibuk," ucapnya dingin.
Nicko hanya bisa terdiam sambil menundukan kepalanya. "Nicko sudah berusaha sebisa mungkin Bryan, ini soal masalah lapangan segala sesuatu pasti bisa saja terjadi."
Kini giliran Kalea yang menjawab. "Bryan akan mencoba untuk berpartisipasi Bu Tya, mungkin karena jetlag dan pekerjaan kami masih banyak jadi mohon maklum," tukas Kalea.
Cyntia tak menyahuti ucapan Kalea lantas ia sibuk dengan layar ipad di tangannya meskipun di dalam hati Tya rasa senangnya membuncah.
Satu minggu bersama Bryan dan meninjau lapangan mungkin terlihat sangat konyol tapi Tya akan berusaha untuk menaklukan hati Bryan selama seminggu itu.
Bryan harus bisa melihat semua kemampuan Cyntia dari segala aspek. Nicko lantas mengucapkan terima kasih kepada Kalea dengan pelan.
"Thank you Kal," bisiknya.
Kalea terkekeh. "It's okay Nicko, ini kerja sama 'kan jadi nggak perlu sungkan."
Nicko hanya mengacungkan jempolnya saja karena tak mau terdengar oleh Bryan.
Setelah berdiskusi sebentar Kalea dan Bryan memilih untuk pulang meskipun Tya menawarkan untuk makan siang bersama.
Alasan Bryan terlalu klise sibuk dan pekerjaan menumpuk tapi setelah masuk kedalam mobil laki-laki itu mengatakan lapar.