Di ruangan rapat, Bryan langsung saja masuk bahkan tanpa harus menyapa semua staff terlebih dahulu.
"Rapat di mulai," intonasinya terdengar sangat dingin, namun di telinga Kalea sangat merdu seperti suara Shane Filan.
Fay yang ikut rapat kali ini pun langsung saja meremas paha Kalea, membuat temannya itu menoleh sedikit ke arahnya.
Bryan berdeham karena Kalea tak mendengarkan semua yang dikatakan olehnya, maka Kalea langsung menundukan kepalanya.
"Jadi sudah tau kan apa yang saya bahas tadi," semuanya menjawab serempak, "Tolong Kalea bereskan semua revisi yang kemarin saya minta," pinta Bryan.
"Baik pak," sahut Kalea dengan senyuman mempesonanya.
Bryan keluar dari ruangan meeting dengan Richard yang setia di belakangnya, semua orang menatap kepergian dua lelaki tampan itu.
"Richard udah punya pacar belum sih?" guman Kalea.
"Kerjain tuh revisian, bukan nanyain wakil direktur," cibir Fay kesal.
Kalea mendengus sebal, kenapa Fay selalu saja sensian seperti itu padahal Kalea sedang menatap punggung kokoh milik Richard.
"Terima kasih atas rapatnya hari ini," kata Richrad sambil membungkukan tubuhnya.
Bryan hanya menganggukan kepalanya, setelah kepergian Richard, Bryan langsung memasuki ruangan kemudian menghubungi meja Kalea.
"Hallo,"
"Kalea ke ruangan saya sekarang,"
Kalea langsung memekik senang, jika biasanya di panggil ke ruangan direktur adalah sebuah momok yang menakutkan tapi bagi Kalea tentu saja tidak, karena Kalea bisa puas memandangi wajah Bryan scott yang tampan itu.
"Kenapa lo? Kayak abis dapet undian sabun diterjen aja," Fay melirik Kalea sambil mengetikan sesuatu di layar laptopnya.
Kalea hanya melambaikan tangannya, ia kemudian pergi menuju ruangan Bryan Scott dengan membawa buku dan bolpoint.
Siapa tau saja ada revisi atau pekerjaan yang harus di urus oleh Kalea, tiba di ruangan Bryan Scott, Kalea mengetuk pintunya dua kali kemudian setelah ada suara dari Bryan tangan Kalea mendorong pintu ruangan.
"Duduk Kalea," kata Bryan Scott menyambut kedatangan Kalea.
Kalea langsung duduk di kursi, Bryan Scott langsung menghubungi pihak HRD karena Kalea akan di mutasi menjadi pesonal assistant Bryan Scott.
Kalea yang samar-samar mendengarkan percakapan itu hanya terdiam membisu, otaknya langsung bekerja dengan cepat. Apa yang barusan ia dengar itu benar-benar kenyataan atau hanya mimpi belaka.
Bryan langsung menutup teleponnya, lelaki itu lantas menatap Kalea dengan datar. "Mulai sekarang kamu jadi personal assitant saya Kalea, maaf memberitaukan hal ini mendadak, tadi saya sudah memberi tau HRD untuk mutasi kamu," kata Bryan Scott.
Kalea tentu terdiam sejenak, hal seperti tak boleh Kalea perlihatkan secara gamblang. "Pak, saya belum tau pekerjaan personal assitant apa saja, bapak yakin? Bagaimana dengan pekerjaan saya?" tanya Kalea.
Padahal dalam hatinya Kalea berbunga-bunga, jika kalian ingin tau mungkin hati Kalea sekarang sedang dangdutan saking senangnya.
"Nanti saya akan kasih tau kamu tugas kamu apa saja, sekarang revisi yang saya minta tolong kamu kerjakan hari ini juga, jangan pekerjaan yang kamu sisakan karena mulai besok kamu udah pindah pekerjaan," terang Bryan Scott.
Seperti biasa, lelaki itu tak akan memberikan waktu berlama-lama untuk orang lain duduk di ruangannya, maka Kalea langsung di usir secara halus.
"Silahkan keluar," kata Bryan Scott.
Kalea hanya menganggukan kepalanya, sambil tersenyum Kalea keluar ruangan dengan wajahnya yang berseri-seri.
Fay langsung jengah melihat wajah Kalea, "Bibir lo lama-lama robek, senyum terus kayak gitu," ejek Fay.
"Ya tuhan Fay, lo kenapa sih sensian banget, nggak boleh apa liat temen lo seneng sedikit," ketus Kalea.
Fay hanya menggelengkan kepalanya kemudian kembali menatap layar laptopnya, "Oh ya, mulai besok jangan kangen sama gue, ya?"
"Kenapa?" Fay menaikan satu alisnya.
"Gue udah di mutasi soalnya,"
"Kemana?"
Fay terlihat penasaran sementara Kalea hanya senyam-senyum layaknya orang gila membuat Fay mendengus sebal.
"Kenapa lo malah senyum-senyum kayak orang gila? Mau cerita kagak? Gue pegel nih nengok mulu kayak gini," seru Fay sebal.
Kalea berdecak, Fay memang tak pernah sabaran. "Gue jadi personal assistant-nya lelaki idaman gue, kebayang dong apa yang gue halu-in selama ini jadi kenyataan.
Memang semua itu berawal dari mimpi ya?" Kalea langsung membayangkan menjadi personal assistant Bryan Scott yang kemana-mana akan selalu berada di sampingnya.
Sementara Fay yang mendengar kabar mutasi Kalea menjadi personal assistant Bryan pun hanya bisa mengangga.
"Ini beneran?"
Kalea menganggukan kepalanya, "Gue pikir lo halu," Fay memang jago merusak suasana, padahal Kalea sedang bahagia apalagi merusak suasana hati Kalea yang sedang bagus-bagusnya.
"Baik-baik ya, semoga aja jodoh,"
Entah itu doa tulus atau bukan Kalea hanya mengaminkan saja, kini Kalea langsung segera membereskan revisian yang menggunung itu.
Hari ini ia harus semangat lembur karena mulai besok matanya akan di suguhi dengan pemandangan indah wajah Bryan Scott, Kalea tak peduli dengan banyaknya haters yang akan membencinya.
Saat ini ia menjadi orang terpilih yang langsung di tunjuk oleh Bryan Scott, "Fay, nanti kalau ada anak baru lo jangan lupa, kenalin ke gue ya," mata Kalea masih tertuju ke hadapan layar.
"Hmmm..tapi anak baru sama gilanya kayak lo nggak, ya?" Fay seperti bertanya kepada dirinya sendiri, pasalnya semua karyawan wanita sangat menyukai Bryan Scott.
"Ya jangan lah, Richrad kan masih single tuh, jangan ke Bryan semua saingan gue nambah banyak nanti," kekeh Kalea.
"Aduh, gue kalau jadi lo ya Kalea, mendingan cari anak-anak divisi yang udah jelas suka sama lo," menurut Fay, Kalea itu seperti si pungguk merindukan bulan.
Sekalipun Kalea cantik, tapi Bryan Scott itu terlalu susah untuk di gapai dan terlalu dingin untuk di sentuh, lelaki itu lebih suka mengurung diri ruangan pekerjaannya.
Bahkan sampai saat ini pun Bryan Scott masih penuh dengan misteri karena tak pernah datang ke gala dinner perusahaan atau pun mendatangi perayaan ounting perusahaan.
"Soal hati itu beda Fay, lo tuh belum pernah naksir sama cowok yang lo suka kayak gue, coba deh kalau lo suka sama cowok yang lo idam-idamkan pasti lo juga bakalan kayak gue, mungkin lo belum nemu aja," papar Kalea.
"Maybe, tapi gue mau realistis aja sih hidupnya, gue sadar diri gue nggak langsing gue punya badan semok aduhai, lo tau kan kalau cowok identik nyari cewek yang kayak lo, tinggi, putih dan langsing nah gue sadar diri dari sekarang aja, jadi gue cari cowok yang suka sama gue apa adanya dan mau menerima gue apa adanya juga, gue nggak mau termehek-mehek," masuk akal apa yang Fay katakan, tapi Kalea tetap akan memperjuangkan lelaki idamannya, selama janur kuning belum melengkung hajar terus sampai mampus.
***
Bersambung