Nathan dan Tarno sudah seperti lebah yang terperangkap dalam botol, mereka berdengung senewen sambil sesekali melihat ke jendela.
"Buset, kayaknya si Jojo beli minumnya ke Baghdad kali ya, lama banget dari tadi," Nathan mendesah kesal. Dia kembali menjatuhkan badannya di atas sofa.
Tarno angkat bahu, "apa mungkin dia nyasar? Atau jangan-jangan si Jojo teh di culik, Than," katanya lagi dengan berlagak cemas.
"Ngaco, Lo kira dia beli minum ke benua Antartika pake nyasar segala, lagian ini kan daerah rumahnya. Terus ya, kalau ada penculik yang mau nyulik si Jojo gue kasih duit tuh penculik," jawab Nathan seenaknya.
"Wah, parah banget kamu mah, Nathan. Yaudah atuh, sok geura di chat itu si Jojonya," Tarno kini duduk di atas tempat tidur Jojo.
saat pulang sekolah mereka biasanya berkumpul di rumah Jojo, karena jaraknya dari sekolah cukup dekat.
Jojo adalah anak pemilik toko butik terkenal se-Banten. Dulu, di rumah Jojo banyak sekali mesin jahit, karena memang ibunya memproduksi baju-bajunya sendiri. Oleh karena itu, seringkali rumahnya bising karena suara mesin jahit dan mesin obrasan. Itulah kenapa Jojo mengalami gangguan telinga ringan sejak kecil, ya meskipun sekarang keadaannya sudah jauh lebih baik. Itu karena saat ini, semua mesin-mesin itu telah di pindahkan ke sebuah tempat khusus yang dekat dengan butiknya. Jadi, rumah Jojo tidak lagi bising seperti dulu.
Sementara itu, Jojo masih berdiri di samping pohon besar. Dia mengalihkan pandangannya ketika sesuatu terasa bergetar di dalam sakunya. Jojo mengeluarkan sebuah benda pipih dan melihat siapa yang sedari tadi mengiriminya pesan, hingga benda itu tak berhenti bergetar. Padahal saat itu, Jojo tengah melakukan sebuah misi.
Nathan Imut : "Sayang, kamu di mana?"
Jojo bergidik ngeri saat membaca pesan dari Nathan.
"Iihh, Jijik gue. Gak nyangka si Nathan lesbi,"
Jojo membaca pesan kedua,
Nathan Imut : "Cepet pulang dong, aku haus nih bee"
"Bucin banget woi, Lo kira gue lebah apa,"
Nathan Imut : "Woii, buset, lama banget, Njir!!!"
Senyum Jojo mengembang saat membaca pesan terakhir, "pasti mereka udah kesel banget nungguin gue,"
Jojo melihat sekilas, ternyata targetnya sudah tidak ada di sana. Dia pun bergegas kembali ke rumahnya, sebelum Tarno dan Nathan tambah bertanduk.
Jojo melewati pekarangan rumah dengan sedikit berlari, dia langsung masuk ke dalam kamarnya dengan wajah tanpa dosa.
"Nah, ini dia, yang di tunggu-tunggu dateng juga," ujar Tarno.
"Dari mana Lo? Dari zaman Fir'aun ngojek sampe zaman Fir'aun maen tiktok Lo gak dateng-dateng," Nathan bangkit dari duduknya, dia menjitak kepala Jojo main-main.
"Sorry, sorry, soalnya tadi gue ada misi dulu," kata Jojo sambil mengusap-usap kepalanya yang bekas di jitak Nathan.
"Eleuh-eleuh, gayamu, Jo ... jo," Tarno mencibir tak percaya.
"Eh, gue serius, tadi gue abis jadi sky," Jojo mendongakkan kepalanya sambil memainkan jambul, bak seorang mafia yang berhasil membunuh lawan.
Tarno dan Nathan membulatkan matanya secara bersamaan. Bukan, bukan karena bangga pada Jojo, tapi mereka justru sangat heran mendengar perkataannya.
"Nanti, nanti, maksudnya kumaha sih? Jadi sky? Maksudnya kamu teh jadi langit kitu? Kamu beli minumannya di atas langit? Apa gimana?" Tarno menggaruk-garuk kepalanya sambil berpikir keras.
"Masa Lo gak tau sky? Wah, gue tau nih, pasti tiap pelajaran bahasa Inggris Lo tidur kan? Parah banget,"
"Jo, sini deh. Duduk sini samping gue," Nathan menarik Jojo ke sofa, "coba, maksud Lo gimana sih? Jadi sky? Gimana maksudnya?" lanjutnya.
"Lo juga gak tau artinya sky? Ya ampun, Nathan," Jojo geleng-geleng kepala, ternyata kedua temannya itu sangat lemah dalam bahasa Inggris.
"Bukan gak tau, lebih tepatnya gue gak paham, suer deh," Nathan menatap Jojo dengan penuh selidik.
"Nih, gue kasih tau, catet baik-baik, sky itu artinya MATA-MATA, tadi gue abis jadi mata-mata," Jojo berkata dengan penuh percaya diri.
Jleb!! Nathan melorotkan badannya dari sofa sementara Tarno menutup wajahnya dengan bantal sambil memukul-mukul tempat tidur.
"ITU SPY JOJO, BUKAN SKY," teriak Tarno.
"Huaa, nangis kejer gue, punya temen kaya dia,"
Sementara Jojo malah cengar cengir tanpa rasa bersalah. "Ya kan, gue dengernya kalau mata-mata bahasa Inggrisnya sky,"
"Wajar, No. Temen Lo yang ini kan, emang budek," kata Nathan sambil meringis melihat kelakuan si Jojo.
"Eh, tapi gue serius, tadi gue abis jadi mata-mata, kalian tau siapa targetnya?" Jojo mengalihkan pembicaraan, kali ini dia menunjukkan keseriusan yang hakiki.
"Siapa?" Tanya Tarno dari balik bantal.
"Targetnya itu ... Jeng,jeng,jeng," Jojo sengaja menghentikan ucapannya.
"Pacar lo, Nathan," katanya dengan cepat sambil menunjuk ke arah Nathan yang duduk di bawah sofa.
"Maksud Lo apa?" Nathan menyipitkan iris matanya, menatap tajam ke arah Jojo.
"Iya, tadi gue liat Nayla lagi jalan," jawab Jojo.
Nathan kembali menepuk jidatnya, "Astaga, Nayla kan manusia, normal, bukan kuntilanak. Wajar dong kalau dia jalan, apa anehnya coba sampe harus di mata-matain"
"Eh, Lo gak tau, dia jalan sama siapa?" Jojo tersenyum licik.
"Maksud Lo? Dia jalan sama siapa?" Tanya Nathan dengan antusias, kini Tarno pun sudah tidak menutup wajahnya lagi demi mendengar jawaban dari Jojo.
"Tadi gue liat dia jalan sama anak baru itu, si Reno! Mangkanya gue mata-matain. Gue rasa, mereka cukup akrab sih," seketika Jojo berubah menjadi kompor meleduk.
"Wah, Nantangin gue tuh anak. Padahal, gue udah maafin dia, tapi malah nusuk dari belakang," kata Nathan berapi-api.
"Kalau dulu sih, wajar ya. Lo kalah, secara saingannya seorang Arkanio Gibson. Tapi masa iya, sekarang Lo kalah lagi sama si cupu Reno,"
"GAK USAH KOMPOR JOJO!" teriak Tarno. Kata-kata Jojo itu akan tambah menyulut amarah Nathan, dia yang dasarnya memang tidak bisa menahan emosi akan semakin menjadi-jadi, seperti kobaran api yang disiram bensin.
"Pokoknya gue harus kasih pelajaran sama dia," Nathan mengepalkan kedua tangannya.
"Bentar deh, emang Lo bisa kasih dia pelajaran? Secara dia kan, lebih pinter dari Lo, dia sering juara olimpiade tau," sekali lagi, mimik muka Jojo menunjukkan seolah kata-katanya tidak mengandung unsur bensin, dengan santainya dia berkata demikian pada Nathan yang sedang berapi-api.
Kali ini, Tarno benar-benar melemparkan bantal yang sejak tadi di genggamannya hingga tepat mengenai wajah Jojo sampai dia terjengkang ke belakang.
"Aw, sakit, Tarno," teriak Jojo.
"Mangkanya diem," Tarno tampak sangat geram pada bocah satu ini.
"Gue mau kasih pelajaran yang gak akan dia lupain seumur hidupnya," Nathan beranjak dan mengambil jaket kulit yang tergeletak di atas meja belajar Jojo.
"Than, Lo mau ke mana?" Tanya Tarno.
"Di mana tadi Lo liat mereka?" Nathan malah balik bertanya kepada Jojo.
"Tadi mereka makan siomay di deket toko buku itu, terus abis itu Nayla pulang di jemput. Si Reno, gue gak tau dia ke mana, tapi kayaknya dia gak langsung pulang ke rumahnya deh," jawab Jojo.
"Emang Lo tau, Jo. Di mana rumahnya?" Tanya Tarno.
"Ya, nggak sih," jawab Jojo.
Nathan terlihat berpikir sejenak,
"gue tau harus ke mana," ujar Nathan kemudian, dia bergegas pergi.
""Than, Nathan, gue ikut," teriak Tarno seraya berlari menyusul Nathan.
"Eh, gue juga ikut," Jojo pun tak mau ketinggalan.
Nathan berjalan dengan penuh amarah, dia sudah sangat berbaik hati memaafkan Reno, tapi justru ini yang dia dapat. Anak itu malah semakin berani padanya.
***
Nathan tau ke mana dia harus pergi. Selang beberapa hari setelah kejadian di restoran itu, Nathan mendapatkan laporan dari seseorang yang mengaku sebagai manager restoran tersebut. Dia mengirimkan sebuah surat resmi atas pemberhentian karyawan atas nama Reno, di sana tertulis alamat lengkap Reno. Manager tersebut juga meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada Nathan atas kejadian tersebut. Tapi, kabar itu tidak juga membuat Nathan memaafkan Reno sebelum berhasil menghajarnya.
Jadi, Nathan tau di mana Reno tinggal. Dia akan menunggu di sebuah jalan yang menuju ke rumah Reno, dia yakin bahwa Reno pasti akan melewati jalan tersebut.
"Lo yakin ini jalannya?" Tanya Tarno yang sedikit ragu.
"Iya, gue yakin," Nathan mengangguk mantap.
Mereka bertiga menunggu di dalam mobil Nathan.
"Than, kayanya Lo salah deh, masa sampe sore gini, dia gak dateng juga," kata Jojo, dia sudah beberapa kali menguap kini matanya pun sudah tampak semakin mengecil.
"Gue yakin, kok," kata Nathan. Dia bisa lebih keras ketimbang cadas saat sedang marah seperti itu.
Setelah beberapa saat kemudian ...
"Nah, itu dia tuh," tunjuk Tarno pada seorang laki-laki yang perlahan berjalan mendekat.
"Nah, kan, bener," Nathan segera bersiap-siap, tangannya sudah sangat gatal ingin menghajar anak itu.
Saat Reno sudah semakin dekat, Nathan segera keluar dari mobilnya di ikuti oleh Tarno, sementara Jojo, anak itu sudah terlelap di jok belakang, dia begitu terbuai dengan mimpi indahnya sampai tidak sadar apa yang terjadi.
"Hei, cupu!" Bentak Nathan.
"Nathan," Reno yang melihat Nathan tiba-tiba berada di hadapannya sangat terkejut, dia sudah memiliki firasat buruk saat itu.
"Hayo loh, dia pasti marah karena ceweknya jalan sama Lo," ujar Arkan.
"Hus, berisik kamu. Lagian, tadi aku emang beneran mau ke toko buku kok," kata Reno setengah berbisik.
"Oh, punya nyali juga Lo, ya. Buat Nantangin gue," Nathan mengusap pundak Reno seolah sedang membersihkan debu yang menempel di sana.
"Eh, Nathan. Assalamu'alaikum," Reno tersenyum manis pada Nathan, walaupun sesungguhnya dia benar-benar takut saat itu.
"Gak usah, sok manis," Nathan langsung menarik kerah baju Reno.
"Ikut gue," lanjutnya, seraya membawa Reno ke sebuah gang sempit yang sangat jarang di lalui orang.
"Aduh, Reno. Woi, Lo bisa berantem kan, Ren?" Arkan kalang kabut, jujur saja dia cemas melihat Reno yang di bawa seperti itu. Sementara Tarno hanya bisa mengikuti Nathan, akan sangat percuma menghalangi laki-laki itu.
"Ini ada apa ya?" Tanya Reno berlagak tidak mengerti, jantungnya sudah seperti mau copot karena ketakutan.
"Gak usah banyak omong," Nathan menatap nanar ke arah Reno. Kemarahannya sudah mencapai puncak ubun-ubun.
Tanpa banyak bicara lagi, dia melayangkan sebuah pukulan keras ke pipi kiri Reno, hingga dia sedikit terhuyung, kacamata yang bertengger pun sudah lepas entah ke mana. Darah segar mengalir dari ujung bibir Reno yang sobek.
"Gue udah baik karena mau maafin Lo. Tapi justru Lo malah jalan sama cewek gue, brengsek!" kata Nathan sambil menghajar Reno dengan sebuah pukulan tepat di perutnya. Tangan kiri Nathan masih mencengkram erat kerah baju Reno.
"Arghh," Reno meringis kesakitan, sambil memegangi perutnya.
"Ren, lawan, Ren. Lo jangan mau jadi bulan-bulanan dia kaya gitu," kata Arkan, dia sangat kesal karena Reno tidak juga mau melawan. Reno itu bukan tidak bisa berkelahi, hanya saja dia terlalu takut untuk melawan. Sementara, apalah daya dirinya hanya seorang arwah sekarang, dia sama sekali tidak bisa melakukan apa pun meski dia sangat ingin menolong.
"Jangan pernah berani-beraninya deketin Nayla lagi. Lo tau kan, dia itu cewek gue," teriak Nathan tepat di depan wajah Reno.
"Ih, belagu banget dia. Berasa Nayla cuma milik dia seorang," Arkan terus mencibir, ada kemarahan dalam jiwanya saat Nathan berkata seperti itu.
Nathan terus meluapkan emosinya dengan memukuli Reno. Kini wajah Reno sudah babak belur, terlihat banyak lebam di sana sini. Keadaannya sudah sangat memprihatinkan. Melihat itu, Tarno segera bertindak, Reno bisa mati jika Nathan terus menghajarnya seperti itu.
"Cukup, Than. Udah, dia bisa mati kalau terus-terusan kamu hajar kaya gitu," Tarno menahan tangan Nathan. Beruntung, amarahnya sudah sedikit mereda.
"Ini peringatan pertama dan terakhir buat Lo. Satu lagi, jangan sampe Nayla tau tentang ini. Kalau sampe dia tau. Abis Lo sama gue," terakhir Nathan menendang lutut Reno cukup keras Sebelum dia pergi. Itu cukup membuat Reno tersungkur di tanah.
"Ih, coba kalau gue masih idup. Gue hajar Lo, brengsek, sok jagoan, possessive, Nayla gak pantes sama Lo," teriak Arkan sambil berusaha menendang Nathan yang sudah semakin menjauh, dia sangat kesal kepada cowok sok jagoan itu.
"Lo gak apa-apa, Ren. Lagian Lo malah diem aja. Harusnya Lo lawan dong," Arkan masih mengomel, menyayangkan tingkah Reno.
"U-udah, a-aku gak apa-apa," ujar Reno, napasnya masih tersengal-sengal sambil menahan rasa sakit, dia tertatih-tatih dan mencoba untuk bangun.
"Yaudah, yuk. Kita pulang," ajak Arkan.
Sementara itu, Nathan dan Tarno kembali masuk ke dalam mobil.
"Puas gue akhirnya bisa ngehajar dia," kini senyum Nathan kembali mengembang. Dia menyalakan mesin mobilnya.
"Than, loh kok mau pergi. Lo emang gak jadi ngasih Reno pelajaran?" Tanya Jojo dengan suara khas orang bangun tidur, tangannya sibuk mengucek kedua matanya yang masih belum terbuka sempurna.
"Eleuh-eleuh, udah, kamu tidur aja, Jo. Gak usah bangun-bangun, hidup tenang kalau gak ada kamu," kata Tarno.
"Berisik banget Lo, Jo. Udah sana tidur lagi," kata Nathan sambil melakukan mobilnya.
"Gue serius. Ini ceritanya gak jadi, apa gimana?" Jojo masih kebingungan sambil tangan sebelahnya menggaruk kepalanya.
"Stt ... Diem," Tarno membungkam mulut Nathan dengan kedua tangannya.
Mobil melaju dengan kencang, meninggalkan perkampungan itu dengan senyum puas tersungging di wajah Nathan.