Pagi ini sama dengan sebelumnya, hening.
Emil masih setia meniru apapun yang Atta lakukan, Atta menatapnya dia juga menatap Atta, Atta memalingkan muka dia juga ikut memalingkan muka, dan sekarang mereka terjebak di kemacetan ibu kota dalam sepi tanpa bicara.
Lelaki itu bosan? Jawabannya tidak, dia tenggelam dalam suasana tenang bersama Atta, walaupun setiap hari hanya sedikit saja yang mereka bicarakan, ya basa-basi semata.
Tapi Emil tetap bertahan dengan perasaannya, umurnya sudah 16 tahun, walaupun sebenarnya masih belum layak untuk menyandang status sebagai calon tunangan dari gadis yang bahkan masih seumuran anak SMP kelas 3 itu, tapi apa mau dikata bahkan mereka sendiri yang memilih terjebak dalam keadaan ini.
Gawai gadis berbibir hati itu bergetar, mengalihkan atensi Emil kepadanya, wajah Atta berubah sumringah, dia tau siapa yang menghubungi gadis itu sekarang.
"Iya sayang aku mau sampe kok, kamu masakin apa?"