"Ayok, masuk! Beruangmu merindukanmu!" teriak Erland seraya memberikan isyarat dengan jari telunjuknya agar Briel mendekat. Erland pun menyeringai.
Briel mendengus kesal. Erland lagi-lagi mengerjainya. Briel bergegas menghampiri Erland. Erland pun berniat merangkul bahu Briel tetapi Briel dengan cepat menghindar.
"Jangan dekat-dekat!" kesal Briel.
"Hem... Kamu kenapa? Aku pria normal, lho. Kamu masih mau dekat denganku saat kamu mengira diriku gay," ucap Erland.
"Ish! Jangan di bahas lagi!" kesal Briel dan bergegas menuju kamar.
Erland tersenyum kecil, jika di perhatikan, Briel sangat lucu ketika sedang marah. Benar-benar menggemaskan.
Erland menghela napas ketika dia menyadari pemikirannya adalah salah.
'Dia tetap saja menyebalkan! Ayolah, menggemaskan apanya?' batin Erland.
Sesampainya di kamar, Erland tak melihat Briel. Namun, pintu menuju balkon terbuka. Erland pun mencoba mencari Briel ke balkon. Benar saja, Briel tengah berada di balkon.