"Aku tak ingin kita saling menyakiti, kita saling membutuhkan satu sama lain untuk bisa bertahan, Briel," ucap Erland dan seketika air mata Briel luruh dan Erland dapat merasakannya ketika air mata Briel membasahi kemeja yang dia kenakan.
Perlahan tangan Briel terangkat, seolah tangan itu bergerak dengan sendirinya dan kini tangan itu membalas pelukan Erland. Tak tahu kata apa yang harus dia katakan, mulutnya seakan terkunci. Namun, hatinya seakan tergerak setelah mendengarkan banyak penuturan yang keluar dari bibir Erland. Gunungan es yang membekukan hatinya seakan perlahan meleleh ketika mendengar kata demi kata yang keluar dari bibir Erland.
Erland yang merasakan punggungnya tersentuh pun seketika jantungnya berdegup cepat.
'Dia membalas memelukku? Apa aku bermimpi?' batin Erland syok. Erland tak menyangka, dia pikir Briel masih akan menekan egonya dan enggan membalas pelukannya. Merasakan pelukan Briel, Erland lantas memeluk Briel dengan cepat.