Briel hanya diam, dan tak membalas pelukan itu. Hingga akhirnya Erland melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Briel.
"Maafkan aku, Briel. Percayalah, apa yang kamu rasakan saat ini, akupun ikut merasakannya. Aku juga terluka melihatmu terluka, aku hancur melihatmu hancur. Aku sangat menyayangimu, Briel. Bahkan lebih dari pada itu, aku benar-benar mencintaimu. Kamu berhak marah padaku, aku akan menerima kemarahanmu. Tapi, kumohon biarkan aku terus menemanimu, aku tak akan pergi dari sisimu," ucap Erland.
Briel memalingkan wajahnya.
"Aku sudah baik-baik saja, perutku sudah jauh lebih baik. Jadi menyingkirlah," ucap Briel dengan nada bicara yang jelas sekali terdengar dingin. Bahkan rasanya lebih dingin dari saat pertama kali Erland mengenal Briel beberapa bulan lalu. Terdengar adanya kebencian dan kemarahan dalam nada bicara Briel membuat Erland benat-benar merasa frustrasi menghadapi Briel.