Clara keluar dari ruang rawat Briel, kini hanya tinggal Erland dan Briel yang masih terlelap di atas brankar sana.
Dengan langkah pelan Erland mendekati kursi di dekat brankar dan mengambil kursi itu, dia semakin mendekatkan kursi tersebut ke brankar dan duduk di atas kursi tersebut seraya terus menatap lekat wajah Briel.
Terenyuh dan hancur. Ya, itulah yang hati Erland rasakan saat ini. Dia benar-benar sedih melihat keadaan Briel sekarang ini. Erland mengusap kepala Briel dengan pelan, berharap Briel takan terbangun. Dia tak ingin pergi ke manapun, dia ingin tetap menemani Briel di ruangan itu.
'Maafkan aku, Briel. Aku sungguh menyesal. Aku tahu, kamu pantas marah padaku, kamu pantas memakiku, aku takan pernah mengeluh untuk itu, tapi jangan mengusirku lagi ketika kamu bangun nanti. Aku ingin kita menghadapi masalah ini bersama-sama, aku janji takan meninggalkan dirimu lagi,' gumam Erland sedih.