"Aku akan mempertimbangkan permintaan Ayah, karena mau bagaimanapun memang benar, bahwa Ayah sudah mengizinkanku memimpin Big Golden selama satu tahun ini. Tapi, meski begitu, bukan berarti aku akan lapang dada menerima semua kesalahan Ayah dengan keadaan hati baik-baik saja. Setidaknya kini aku tahu bahwa aku adalah cucu asli dari pendiri Big Golden," ucap Febiana sesaat setelah berdiri dari duduknya.
Edwin berangsur mengikuti sikap sang putri. "Ayah akan lakukan apa pun yang kamu inginkan, Nak. Saat ini bukan waktunya lagi bagi Ayah untuk mempertahankan harga diri. Ayah sudah tua dan sangat lelah. Seluruh hidup Ayah akan diberikan sepenuhnya padamu," jawabnya.
Febiana tersenyum tipis kemudian melipat kedua tangannya ke depan. Ia melangkahkan salah satu kakinya agar lebih dekat dengan Edwin Aditya. Febiana menemukan sebuah ketulusan yang memancar di sorot mata ayahnya itu. Namun tetap saja, pancaran itu tidak lantas mempengaruhi hati Febiana, sebab ia bukanlah orang yang pemaaf.