Nyatanya, masih ada dewa yang lebih dari dewa. Mr. Hector, misalnya. Dalam kebersamaannya dengan seorang Edward Sinclair detik ini, menampilkan bahwa dirinya jauh lebih berkuasa. Sementara, Edward hanya tertunduk sejak tadi. Ia tampak sangat menghormati pengusaha besar dari Jerman tersebut, pengusaha yang juga merambah pada bidang real estate. Namun, Mr. Hector juga memiliki banyak saham di beberapa bidang yang berbeda.
Pria paruh baya itu sudah pasti memiliki jam terbang sangat tinggi. Edward masih belum ada apa-apanya. Hal itu pula, yang membuat Edward sempat terobsesi untuk mendapatkan sebuah ikatan kerja sama dari Mr. Hector demi meningkatkan kinerja perusahaannya. Namun, belum sempat terealisasikan, Febiana justru merampas semuanya, bahkan lahan strategis yang masih dalam proses tawar-menawar diambil oleh wanita itu tanpa segan-segan.
"Saya pikir, Anda masih ingin mendesak saya agar menjadi investor tunggal perusahaan Anda, Mr. Sinclair," celetuk Mr. Hector sesaat setelah menyesap kopi kedua yang ia pesan hari ini.
Edward tersenyum. "Tentu saja tidak, jika Anda sudah menjalin hubungan dengan perusahaan sahabat saya, Mr. Hector," jawabnya berbohong. "Saya justru ingin bergabung dan menjadi investor atas nama saya sendiri."
"Atas nama Anda sendiri?" tanya Mr. Hector sembari mengernyitkan dahi lantaran heran pada pengakuan Edward.
"Ya, atas nama saya sendiri sebagai Edward Sinclair, bukan CEO Sinclair Group."
Mr. Hector menatap manik mata biru milik Edward dengan pancaran tidak percaya. Muncul kecurigaan lain jika saat ini Sinclair Group sedang ada masalah dari dalam. Namun, ia memilih mengabaikannya saja, sebab tak ada untungnya dalam memikirkan. Dan jika pengajuan dana yang Edward berikan cocok dengan penawarannya, tentu saja akan lebih baik.
"Berapa dana yang hendak Anda investasikan atas nama sendiri?" tanya Mr. Hector.
Edward terdiam sejenak, setelah sekian detik berpikir, ia membuka tas yang berisi uang di hadapan Mr. Hector. "Ini baru baru terhitung ratusan juta dalam rupiah, saya akan segera mengirimkan dana asli pada Anda disertai adanya Nona Febiana. Saya akan menginvestasikan sepuluh juta dollar Amerika, Mr. Hector," jelasnya.
Senyum menarik kedua sudut bibir Mr. Hector. Ia akan sangat senang jika penawaran itu bisa dibuktikan. Namun, karena ingin berhati-hati terlebih dahulu, Mr. Hector tidak berancana langsung setuju. Akan lebih baik jika Febiana juga hadir dalam pertemuan mereka.
Kemudian, Mr. Hector menarik tas berisi uang ratusan juta rupiah itu dan segera menutupnya dengan baik. Mr. Hector menyerahkan kembali benda itu pada pemiliknya, sehingga menimbulkan tanda tanya di hati Edward. Paras blasterannya mendadak linglung dengan segala rasa heran yang tiba-tiba datang.
"Saya sangat mempercayai, Anda, Mr. Sinclair. Tapi, ada beberapa hal yang perlu saya pertimbangkan lagi dan harus bersama Nona Febiana. Untuk dana berkisar sepuluh juta dollar Amerika itu tidak sedikit, saya akan percaya jika Anda benar-benar membawa dana itu secara seluruhnya," jelas Mr. Hector agar tidak ada kesalahpahaman.
Edward terdiam. Setidaknya, ia memahami apa yang diucapkan oleh tuan dari Jerman tersebut. Pasalnya, di luar nama perusahaan, dana sebesar itu sudah pasti perlu dipertanyakan. Apalagi Sinclair Real Estate masih dimiliki oleh ayahnya. Sekalipun ia bisa berinvestasi, tetap saja Mr. Hector belum sepenuhnya percaya. Maka dari itu belum ada kesepakatan di antara keduanya.
Hingga beberapa saat hanya bergeming, Edward berdeham. Ia menatap wajah Mr. Hector sembari tersenyum. "Saya akan menemui Anda lagi dan ketika Nona Febiana juga turut hadir, Mr. Hector. Pada saat itu, saya akan membawa dana yang telah saya ajukan. Dan akan menepis keraguan di hati Anda," ucapnya.
"Tentu, saya akan mengatur jadwalnya dan persiapkan diri Anda, Mr. Sinclair," sahut Mr. Hector.
Edward tersenyum. Atas kesepakatan perihal janji temu itupun dibuat dan saat tiba nanti, Febiana akan turut hadir. Tidak masalah bagi Edward, selama dana yang ia ajukan memang benar-benar ada. Dua puluh juta dollar Amerika yang nyaris senilai 150 Milyar rupiah itu sudah diperhitungkan sebaik mungkin oleh Edward. Jujur saja, sangat berat! Harta pribadinya saya belum mencapai 1 triliyun. Namun, apa boleh buat, jika bukan karena Febiana, mungkin ia tidak akan bertindak sampai sejauh ini.
Benar, jika Edward tetap diam dan seolah tidak menganggap keberadaan wanita itu, tahtanya di Sinclair Real Estate juga akan terancam. Ia tidak mau hal itu terjadi, ia harus bergegas melumpuhkan kekuatan serta kepicikan Febiana sebelum wanita itu berbuat lebih banyak. Selama ia masih menjadi CEO dari Sinclair Group, biaya makan sudah pasti masih terjamin, meski harus mengeluarkan banyak dana untuk investasi.
Di sisi lain, ketika Edward mendapatkan beberapa persen saham dari proyek yang sedang direncanakan oleh Mr. Hector, ia sudah pasti memiliki tabungan pribadi. Ia juga yakin jika Big Golden berinvestasi sebanyak dana yang ia ajukan, atau bisa dikatakan sama dan beda tipis. Sebab dalam proyek tersebut, Mr. Hector merupakan dewa yang paling berkuasa. Mr. Hector yang akan mendapatkan saham terbesar, bukan Febiana.
Edward menghela napas, kemudian menyesap kopinya. Kemudian, ia memperbincangkan dengan Mr. Hector hal-hal ringan untuk sekadar mengusir rasa bosan. Namun tetap saja, obrolan mereka hanya seputar bisnis dan bangunan. Kecuali, dalam beberapa menit setelah itu, Mr. Hector mulai membahas hal yang tidak perlu.
"Ada rumor yang mengatakan bahwa Anda memiliki fobia wanita, Mr. Sinclair." Begitu santai dan tampak tak terbebani, Mr. Hector mengatakan hal itu.
Edward menelan saliva. Rasa malu kini menangkup hatinya. Ingin sekali mengalihkan pembicaraan, tetapi ia takut jika dinilai tidak sopan.
"Itu hanya rumor, Mr. Hector. Tak ada hal semacam itu, saya juga masih sering mengunjungi klub malam, meski hanya singgah sebentar," ungkap Edward.
Mr. Hector tersenyum. "Saya pikir, Anda justru memiliki hubungan spesial dengan Miss Febiana. Sampai-sampai Anda merencanakan kejutan tersebut, apa asumsi saya adalah kebenaran?"
"Tidak!" sanggah Edward cepat dan tegas. Ia menurunkan volume nada suaranya, tepat ketika Mr. Hector tercengang. "Haha, itu mustahil ada di antara saya dan Nona Febiana, Mr. Hector."
"Waaah Anda sangat mengejutkan saya. Lalu, benarkah begitu? Toh, kalian sama-sama masih sendiri, tak ada salahnya merajut tali yang lebih serius. Saya dengar di Indonesia, memiliki adat yang cukup menyulitkan, semisal seorang pria atau wanita yang sudah memasuki usia tiga puluh tahun belum menikah, dianggap perjaka sekaligus perawan tua?"
"Itu tidak benar, Mr. Hector. Saya pikir bukan hanya Indonesia, tetapi nyaris semua negara. Indonesia justru terkenal dengan sopan-santunnya. Kami saling membantu, bahkan pada seseorang yang tidak kami kenal."
"Yeah! That's true! Indonesia memang sangat indah dan penuh keberagaman. Itu mengapa saya selalu betah berada di tempat ini."
Edward tersenyum, lalu tertawa kecil. Kemudian, ia menghabiskan sisa kopinya. Pun pada Mr. Hector yang tampaknya akan segera berlalu dari tempat pertemuan itu.
Benar saja, kedua pria itu tampak berdiri, tepatnya ketika tuan dari Jerman berdiri terlebih dahulu. Edward segera merundukkan badan sebagai tanda kehormatan. Tepat ketika Mr. Hector berlalu, ia duduk kembali di kursinya.
Senyum menarik kedua sudut bibir Edward. Kedua telapak tangannya mengepal kuat, giginya pun terdengar tengah menggertak. "Febiana, tunggu pembalasanku, Nona!"
***