Chereads / Mr. Sinclair and Miss Arrogant / Chapter 13 - Kedatangan Davin Sinclair

Chapter 13 - Kedatangan Davin Sinclair

"Saya dengar, Anda adalah penebar rumor mengenai Edward Sinclair, Nona?" Seorang pria berparas Eropa bertanya pada wanita cantik di hadapannya yang tentu saja adalah Febiana Aditya.

Dari paras wajahnya, Febiana tampak tak ingin menutupi sebuah kebenaran. Ia mengabaikan laptopnya terlebih dahulu, kemudian menatap pria di hadapannya itu.

"Anda siapa? Reporter? Wartawan? Atau siapa? Paras Anda cukup familiar, tapi saya pikir kita belum pernah bertemu," ucap Febiana kemudian beranjak dari kursi kerjanya. Ia berjalan menghampiri susunan sofa yang rapi dan elegan di tengah-tengah ruang kerjanya.

Sesaat setelah Febiana duduk di salah satu kursi empuk itu, sang tamu menjawab, "Davin Sinclair. Saya Davin Sinclair, adik kedua dari Edward Sinclair. Tentu saja Anda merasa familiar pada paras saya, jika sudah pernah bertemu dengab kakak saya itu."

Febiana berdecih. Dua saudara dari keluarga Sinclair, tampaknya sangat tidak terima dengan fitnah yang ia tebarkan mengenai Edward dan fobia pria itu. Hal itu cukup mengganggunya, dan tentu saja membuat segala rencananya menjadi sulit diterapkan. Namun, di sisi lain, ia juga menyadari bahwa hal semacam itu pasti akan terjadi.

Tunggu! Setidaknya kata itu yang Febiana ucapkan dalam hati, bersamaan dengan matanya yang tiba-tiba terbuka lebar. Pasalnya, ada sesuatu yang nyaris terlupakan. Sebuah informasi yang sempat ia dapatkan dari wartawan yang ia bayar, yakni kerenggangan hubungan Edward Sinclair dan kedua adiknya. Jika informasi itu adalah sebuah fakta, masih ada kemungkinan Davin Sinclair datang bukan untuk melabraknya, tetapi ....

"Itu benar, saya pelakunya," ucap Febiana cepat dan tanpa rasa takut Rp sedikit pun. "Memangnya ada apa? Anda hendak melabrak saya?"

"Tidak, tidak, tentu saja tidak, Nona Febiana!" sahut Davin dengan panik.

Mata Febiana memicing, senyumnya terulas tipis di bibir. Sama seperti kebiasaan yang selalu ia lakukan, kedua tangannya bergerak dan terlipat di depan, menandakan ia sedang berencana ingin mendominasi keadaan.

"Lalu, untuk apa Anda datang ke tempat saya, Mr. Davin Sinclair? Ah ... Mr. Sinclair nomor dua?"

Davin menggigit bibirnya. "Itu ... saya ingin membuat kesepakatan dengan Anda, Nona."

"Kesepakatan?" tanya Febiana dengan dahi berkerut samar. "Kesepakatan untuk apa?"

"Edward Sinclair, kakak saya sendiri."

"Ada apa dengannya? Apa dia sudah hampir gila atas rumor yang tersebar? Oh, jika itu benar, saya akan sangat senang!" Febiana berucap dengan antusias, meski ia tahu hal itu tak akan mungkin terjadi.

"Sayangnya, Edward masih waras. Namun, Nona bisa lebih menguatkan lagi rumor itu, saya akan membantu Anda dengan segala informasi mengenai Edward."

"Cih! Anda gila? Oh, atau sedang memancing saya agar masuk ke dalam jebakan kalian?"

Davin menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak, tentu saja tidak! Saya serius!"

"Tapi, Anda adalah adik dari Edward Sinclair."

"Ya, benar. Tapi, saya sangat membenci dia!"

Febiana menatap Davin dengan nanar. Sungguh, pria di hadapannya itu sangat tidak tahu malu, bahkan rela merusak nama kakaknya demi sebuah kebencian. Bukankah, ketika Edward Sinclair jatuh di tangannya, perusahaan Sinclair Real Estate juga akan berangsur runtuh? Namun, Davin justru masuk ke dalam kandang musuh. Benarkah pria itu hanya memiliki alasan sebuah kebencian tanpa sedikit pun motif lain yang lebih masuk akal?

Ah, Febiana tidak perlu tahu apalagi sampai memikirkannya. Lagi pula, kedatangan Davin sudah pasti memberikan keuntungan besar baginya. Dengan pria itu, ia akan mendapatkan berbagai informasi mengenai Edward Sinclair yang hendak ia taklukkan.

Mungkin ada satu hal yang membuat Febiana cukup memahami pilihan Javier Sinclair dalam memilih Edward sebagai CEO sekaligus pewaris utama Sinclair Group, sebab sifat adiknya, melainkan Davin memang jauh untuk bisa dikatakan sebagai pria cerdas. Davin terlihat lebih konyol dan mudah termakan rasa iri. Mungkin saja motif lain atas kedatangan Davin di hadapan Febiana masih berkaitan dengan harta warisan sekaligus jabatan.

"Baiklah," kata Febiana. "Saya setuju atas pengajuan kesepakatan Anda, lagi pula sangat menguntungkan bagi saya dan mungkin ... untuk Anda juga, Mr. Davin."

Davin langsung menatap wajah cantik Febiana dengan sorot mata yang memandarkan harapan serta ketakjuban. "Terima kasih, Nona."

"Jangan senang dulu. Saya belum benar-benar setuju, mungkin baru 60% presentasi persetujuan dari saya."

Dahi Davin mengernyit. "Lantas, apa yang bisa membuat Anda menyetujui penawaran saya serta yakin atas keinginan saya pribadi? Saya memang adik dari Edward Sinclair, tapi sungguh! Hubungan kami benar-benar tidak bagus!"

Sejenak, Febiana terdiam sembari memikirkan perkataan Davin. Pun pada cara serta syarat yang hendak ia ajukan pada adik dari musuh terbesarnya itu. Menyetujui masalah yang masih diragukan, merupakan hal yang tidak mudah. Febiana tetap harus waspada demi mencegah adanya jebakan.

"Keluarkan ponsel Anda, Mr. Davin," celetuk Febiana.

Davin tampak tercengang, seolah ia sedang menyembunyikan sesuatu dari Febiana. "Y-ya," jawabnya dan kemudian menyerahkan ponsel pribadinya.

Tanpa pikir panjang, apalagi sampai banyak pertimbangan, Febiana langsung merampas ponsel Davin dari atas meja kerjanya. Ia mengotak-atik benda itu sesaat setelah meminta kode pengaman yang terpasang. Hanya satu menit saja, Febiana menggenggam ponsel Davin hanya demi memastikan tidak ada satu buah kata pun yang direkam oleh pria itu.

"Anda masih tidak percaya, bahwa saya sangat bersungguh-sungguh, Nona? Edward Sinclair, saya juga sangat membencinya sejak kecil," ungkap Davin perihal isi hatinya terhadap kakak pertamanya itu. Selain karena sebuah tahta, Davin juga merasa iri pada Edward karena memiliki kecerdasan yang jauh lebih tinggi daripada dirinya. Dan kini, hanya tahta di kerajaan bisnis bernama Sinclair Real Estate, ia bisa membayar semua dendam yang bahkan tidak diketahui oleh sang korban.

Febiana menghela napas sembari melipat kedua tangannya ke depan, kemudian berangsur menyandarkan punggungnya. "Orang yang memiliki banyak musuh seperti saya, memang diwajibkan untuk sering menaruh curiga, Mr. Sinclair nomor dua!" ucapnya.

Davin terdiam.

"Setidaknya buktikan pada saya jika Anda memang sangat menginginkan bantuan dari saya."

Davin menghela napas. "Bukti seperti apa yang Anda mau?"

"Tidak banyak, hanya sedikit informasi yang Anda ketahui dan tentu saja berkaitan dengan kakak Anda itu."

"Informasi?" Davin mencoba mengingat-ingat hal penting yang melibatkan nama kakaknya. "Ada satu informasi, saya tak sengaja mendengarnya dari depan ruang kerjanya sendiri."

"A-apa itu?" Febiana menegakkan badannya kemudian tersenyum dengan paras berekspresi sedikit manja.

"Edward Sinclair berencana melakukan investasi menggunakan dana pribadinya, sebab para petinggi perusahaan enggan menyetujui."

"Investasi? Mm ... Anda tahu dengan siapa dia melakukan investasi?"

Davin menggeleng. "Sayangnya tidak, saya datang terlambat untuk bisa mendengar segalanya. Sekretaris Ibnu keluar tak lama kemudian, tampaknya investasi yang bisa menyebabkan pro dan kontra bagi pemegang saham, sehingga Edward memilih menggunakan dana pribadinya."

Febiana manggut-manggut. Investasi pribadi dan seolah dijalankan secara rahasia, sebenarnya siapa yang ada di pihak Edward Sinclair saat ini? Jika sampai menimbulkan pro dan kontra, sudah pasti orang atau perusahaan yang terkait merupakan kompetitor dari Sinclair Real Estate.

Alasan lain, bisa jadi Edward sedang merencanakan bisnis pribadinya, karena jika disesuaikan dengan kedatangan Davin, tampaknya posisinya sebagai seorang CEO memang sedang dipertaruhkan. Sebab, Davin saja meminta Febiana menguatkan rumor yang kemungkinan besar untuk mendesak Edward untuk turun dari jabatannya.

Febiana tersenyum. "Mari kita bekerja sama, Mr. Davin," ucapnya.

"Ya, tentu saja!" sahut Davin cepat dan antusias.

Kini, tak lama lagi, Edward Sinclair akan hancur. Dan jika Davin naik ke tahta Sinclair Real Estate, tentu saja akan semakin mudah bagi Febiana untuk meruntuhkan perusahaan itu. Bagaimana tidak, pasalnya Davin tampak sangat naif dan bodoh, meski kelicikan dan keserakahan lebih mendominasi karakter dirinya. Ketika Febiana berhasil mengalahkan orang sehebat Edward Sinclair, tentu saja meremukkan diri Davin bukanlah perkara sulit.

Febiana akan berpesta-pora di saat momen indah itu tiba. Ia tidak menyadari bahwa Edward mengajukan investasi pribadi pada Mr. Hector yang juga masih berkaitan erat dengan dirinya. Kadang kala, manusia memang gelap mata pada satu kemenangan, tanpa memikirkan celah kekalahan yang bisa saja melebar.

***