Pesawat pribadi Devan sudah bersiap menunggu kedatangan sang tuannya. beberapa pengawal sudah berjaga di landasan. Ben yang melihat rombongan Tuannya bergegas menghampiri.
Terlihat Devan keluar dari mobil ambulance berserta berapa perawat dan satu dokter, mereka menarik Brankar menuju pesawat, melihat kondisi Mila saat ini sudah di pastikan keadaannya kritis ada berapa kabel menempel di tubuhnya, alat bantu pernafasan dan selang infus. saat di dalam pesawat Devan yang tidak bergeser dari tempatnya membuat Ben sang asisten merasa prihatin.
Untuk pertama kalinya Ben melihat sendiri betapa Devan begitu mencintai seorang wanita, selain Neneknya.
Melihat kesedihan dan kemarahan Tuannya membuat Ben ikut merasakan sakit.
' Aku pastikan tangan ini yang akan mencabut nyawa orang yang sudah membuat Tuan Devan seperti ini, aku tidak peduli siapapun orang itu ' Ben tersadar dari lamunan saat seseorang menyentuh pundaknya. dengan rasa terkejutnya Ben membalikkan badannya terlihat seorang perawat dan seorang Dokter berdiri di belakangnya.
" Bisakah tuan Ben membantu saya?" tanya sang dokter dengan ragu.
" Katakan apa yang bisa aku bantu?" dengan perasaan ragu sang dokter akhirnya berucap.
" Saya ingin berbicara dengan Tuan Devan, tapi sepertinya Tuan Devan tidak mau meninggalkan nona Mila."
" Katakan apa yang ini kamu katakan?" Ben merasakan ada yang tidak beres dengan dokter cantiknya ini, segera menatapnya dengan tajam.
" Saya hanya tidak ingin, Tuan sakit karena dari kemarin Tuan Devan tidak makan " Ben memberikan tatapan tajam pada sang Dokter.
" Kamu tidak perlu memikirkan Tuan kami, cukup kamu perhatikan kondisi nona kami!!" Dokter mendengar apa yang di katakan Ben hanya cemberut.
'Kamu pikir saya tidak tau apa yang ada dalam otakmu dokter Anggita ' gumam Ben dengan senyum sinisnya.
Ben mendekati tempat dimana Devan sedang duduk di kursi samping Mila.
" Tuan pesawat sebentar lagi akan mendarat "
" Hhum.." Ben kembali kekursinya saat seorang pramugari mengintruksi dirinya kembali ke kursi.
berapa saat setelah mendarat, petugas medis kembali menarik Brankar dan berapa pengawal mengelilinginya, sebuah Rolls-Royce hitam sudah terparkir, dengan cepat mereka masuk. iringan mobil mewah keluar dari bandara internasional di Singapore. mereka melaju ke rumah sakit terkenal di Singapore. tak butuh waktu lama iringan mobil telah sampai di halaman rumah sakit. para medis menunggu kedatangan Devan, dengan sigap mereka membawa ke ICU Setelah dua jam menunggu, akhirnya seorang dokter keluar.
" Bagaimana kondisinya..." tanya Devan tanpa basa-basi.
" Maaf Dev....kondisi Mila saat ini..."
" Katakan bagaimana kondisinya!!?" bentak Devan.
" Mila koma Dev..."
" Apaaaa.... Mila....Kom..a.." tubuh Devan terhuyung kebelakang mendengar kondisi Mila yang koma. dengan sigap Ben dan Daniel memegang tubuh Devan, namun Devan menepis tangan mereka, sorot matanya berubah menjadi kilatan kemarahan yang mendalam.
" Lakukan sesuatu untuk mengembalikan kondisinya seperti sedia kala. jika tidak aku pastikan akan mencabut surat ijinmu..."
"Dev, tenangkan dirimu, kita bisa melakukan cara lain...tubuh Mila memang tidak merespon obat yang kami berikan, sepertinya dia sudah menyerah. tapi ada cara lain yang bisa kamu lakukan...berikan dia simulasi agar tubuhnya meresponnya " jelas Daniel pada Devan.
" Baiklah.."
" Ajak dia berbicara, semakin cepat semakin baik."
mereka tidak menyadari jika kabar Mila koma membuatnya tersenyum penuh arti. namun sayang Ben merasakan pergerakan pada bibir seseorang itu. dengan lirikan tajam penuh peringatan.