Perjalanan menuju jakarta sudah hampir satu jam, Bintang yang duduk bersebalahan dengan Bulan sudah tidak canggung lagi untuk memegang tangan Bulan.
"Pak, ada mas Raka. nggak enak." Bulan menghindari tangan Bintang dan melirik ke arah Raka.
"Biarkanlah, dia jomblo akut jadi nggak akan iri sama kita."
"Karena jomblo itu, dia malah iri, kan nggak bisa pacaran."
Mereka tertawa cekikikan berdua di dukung dengan cuca cerah di atas awan. mereka melihat lautan yang luas, awan yang putih dan perkotaan dari ketinggian. mereka menggunakan maskapai Singa air.
Tidak lama kemudian, pramugari memberi arahan pada semua penumpang untuk menggunakan sabuk pengaman, karena pesawat akan melakukan landing di bandara tujuan Bandara Soekarno-Hatta. para penumpang mengikuti arahan pramugari hingga pesawat mendarat dengan mulus. pesawat sudah berhenti namun para penumpang masih menunggu pintu pesawat di buka untuk keluar secara teratur.
"Lan," panggil Bintang
"Ya." Bulan menoleh ke arah Bintang.
"Kamu pulang saja di antar sama pak agung, saya dan Raka ada urusan sebentar," ucap Bintang.
"lebih baik anda yang di antar pak agung, saya bisa menggunakan taxi," kata Bulan.
"Tidak, tadi saya sudah menyuruh seseorang membawa mobil kesini." Bintang dan Bulan sembari berjalan menuju pintu keluar bandara.
"Pak agung bawa Bulan pulang, saya akan pulang bersama Raka dan sopir dari kantor," ucap Bintang pada Pak Agung saat mengantar Bulan masuk kedalam mobil.
"Baik, pak," jawab Pak Agung sembari mengangguk sopan.
Bintang memandang mobil yang di kendarai Bulan enyah dari penglihatannya, ia menunggu sopie dari kantornya datang untuk menjemputnya dan Raka.
"Selamat sore, pak," kata seseorang berperawakan tinggi.
"Sore." Bintang mengalihkan pandangannya kepada sumber suara.
"Silahkan, Pak." sopir kantor membukakan pintu untuk Bintang.
Bintang segera masuk ke mobilnya, di susul oleh Raka. Mobil mereka melaju dengan cepat menuju kantor, perjalanan mereka sangat sunyi, tidak ada percakapan selama perjalanan itu, hingga tiga puluh meniy kemudian mereka sudah memasuki area kantor.
"Selamat sore pak," sapa salah satu staf saat melihat Bintang memasuki area lobby kantor.
"Dimana mereka?" tanya Raka.
"Ada di ruang meeting, pak." staf itu menunjukkan keberadaan seseorang.
Bintang memimpin langkah mereka dan di ikuti oleh Raka dan stafnya.
"Selamat sore, pak Bintang." sapa pria 50 tahunan itu.
"Ada apa anda menghubungi saya tiba-tiba?" tanya Bintang tanpa menjawab salam dari pria itu, dan langsung duduk di ujung meja.
"Saya disini mempunyai saham, walaupun hanya 10% jadi saya berhak datang kesini kapanpun."
"Pak Alex, anda memang mempunyai saham di perusahaan ini, pertanyaan saya kenapa anda memanggil saya tiba-tiba?"
"Saya menanyakan peraturan di perusahaan ini, benarkah disink ada peraturan di larang menikah dengan orang sekantor?"
'Degh'
Tiba-tiba jantung Bintang tersentak,
"Ya, lalu?"
"Aku mendengar ada pernikahan dengan orang sekantor di kantor ini, dan itu di lakukan oleh orang yang jabatannya tinggi."
"Oh ya? jika itu benar aku akan cari informasi lebih lanjut."
Bintang mulai gugup, Pak Alex adalah ayah dari Sandra, ia terkenal sangat jeli dalam situasi apapun, namun tidak mempengaruhi hubungan Sandra dan Bintang.
"Baik, karena hal itu akan membuat kinerja pegawai kita merosot jika sampai berlarut-larut." Pak Alex berdiri dari kursinya hendak berpamitan
Bintang mengikuti langkah Pak alex yang hendak keluar ruangan meeting itu, dan Bintang meminta Raka menyiapkan mobil untuk pulang.
****
Bulang yang sampai di rumah, segera membersihkan diri sedangkan baju kotor miliknya dan Bintang sudah di ambil oleh Bu Mina, setelah selesai mandi Bulan merebahkan diri di tempat tidurnya yang berada di depan televisi, walaupun ia sudah melakukan hubungan dengan Bintang ia enggan untuk tidur satu ranjang.
"Tok... tok... tok..."
tiba-tiba suara pintu kamar di ketuk oleh seseorang.
"Ada apa, Bu?" tanya Bulan saat membuka pintu melihat sosok Bu Mina.
"Tuan Annas memanggil anda, nyonya," jawab Bu mina dengan sopan.
"Oh, Terima kasih, saya akan segera kesana." Bulan segera menutup kembali pintunya dan menuju kamar Pak anas.
"Pak," panggil Bulan saat sampai dikamar Pak Annas.
"Masuklah."
"Ada yang ingin saya bicarakan," kata Anas di ikuti dengan langkah kakinya yang mengajak Bulan duduk disofa.
"Bulan, kalin menikah sudah hampir 3 bulan, sedangan papa akan menyerahkan jabatan papa pada Bintang dalam waktu dekat dan dalam acara itu papa ingin, pernikahan kalian di umumkan."
Bulan terbelalak mendengar ucapan pak Annas. ia bingung untuk menjawab, ia belum siap jika semua orang tahu akan statusnya.karena ia tahu Bintang tidak mencintainya bahkan terpaksa menikah dengan nnya.
"Maaf pa, apa Bintang sudah tahu akan hal ini?" tanya Bulan dengan ragu-ragu.
"Papa belum bicara dengan Bintang, aku ingin mendengar pendapatmu terlebih dahulu."
"Kalau saya tidak setuju, saya belum siap jika semua orang tahu status saya."
"Apa kamu malu menjadi menat saya?" tanya Anas.
"T--tidak, tidak begitu. papa tahu penikahan ini karena perjodohan ayah dan papa, sedangkan dari awal kita menolak walaupun akhirnya menikah, tapi ada cinta antara kita."
"Baik, saya paham, saya tidak akan memaksamu dan kembalilah ke kamarmu, beristirahatlah." Anas terlihat legowo menerima pendapat Bulan,
"Terima kasih." Bulan berdiri dan meninggalkan kamar Annas.
Dan pada saat Bulan keluar dari kamar Pak Anas, Bintang menaiki tangga dan melihat Bulan yang berjalan menuju kamarnya, Bintang mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam kamarnya, ia memilih menemui papanya.
Sedangkan Bulan yang berada di dalam kamar mulai memainkan ponselnya di depan televisi. ia menghubungi beberapa temannya, terutama Anis sahabat baiknya di kantor. saat Bulan beda asik bercanda melalui panggilan dengan Anis, tiba-tiba Bintang datang dan mulai membersihkan diri.
Bintang mendengar gelak tawa Bulan saat berada dalam kamar mandi, sehingga ia tahu rencana Bulan yang akan datang ke pernikahan Tina besok, Saat Bintang selesai mandi, Bulan mengakhiri panggilanya.
"Kenapa di matiin?" tanya Bintang.
"Sudah selesai kok."
"Kenapa kamu menolak tawaran papa?"
"Tawaran apa?"
"Untuk mengumumkan pernikahan ini."
"Karena saya yakin anda juga tidak ingin itu terjadi."
"Darimana kamu tahu?"
"Nebak aja."
"Siapkan saja dirimu, serah terima jabatan akan terjadi dua hari lagi." Bintang meninggalkan Bulan yang masih mencerna ucapannya. ia menuju ruang ganti.
"Apa ini artinya dia mau mengumumkan pernikahan ini," batin Bulan sembari menatap Bintang yang perlahan masuk ke ruangan ganti.
Jantung Bulan mulai berdetak dua kali lebih cepat daripada biasanya, ia masih memikirkan ucapan Bintang tersebut.
***
Keesokan harinya, Bulan bangun lebih pagi walaupun saat ini sedang hari minggu, ia bersiap untuk ke pernikahan Tina, saat ia sedang mengeringkan rambutnya, tiba-tiba Bintang memeluk dari belakang, membuat Bulan gugup setegah mati, tangannya mulai menari-nari di leher dan turun hingga keperut.
"Saya rasa anda sedang mengigau, pak." Bulan melepaskan tangan Bintang dan membawanya ke tempat tidur lagi.
"Aku sudah bagun." Bintang membuka matanya yang masih menolak untuk terbuka.
'BRUKK'
Bulan di tarik dan terjatuh di atas tubuh Bintang, Bintang memindahkan posisi Bulan di bawah, ia tidak memberi kesempatan Bulan untuk berbicara, Bintang mulai memainkan bibirnya dan jarinya mulai membuka handuk jubah yang di kenakan Bulan, Bulan tidak menolak dan seakan pasrah dengan perlakuan Bintang. hingga hubungan intim tidak terelakkan di pagi hari
Bersambung....