Bintang melihat sosok Dw okter yang terlihat tergesa-gesa, dan sedang mengambil berkas-berkas yang berceceran.
"Maaf, maaf," ucap pria itu dengan membungkukkan badan.
"Iya, lain kali hati-hati." Bintang membantu pria itu mengambil berkas yang berserakkan.
"Dokter Lucas," ucap Bintang saat melihat sebuah id.
"Iya, itu nama saya," sahut Dokter Lucas.
"Saya Bintang." Bintang menyoadorkan tangannya.
Lucas tidak segera menyambar tangan Bintang, ia nampak menginggat sesuatu saat mendengar nama Bintang. Namun ia segera tersadar dan menjabat tangan Bintang.
Pertemuan mereka berakhir di perkenalan saja, karena mereka memiliki kesibukan sendiri-sendiri.
Bintang segera masuk kedalam kantor dan menemui para pegawai dan klien.
***
Sedangkan Raka dan Anas membuat keputusan untuk mengembalikan saham milik Alex, dan hal itu membuat perdebatan antara Alex dan Anas, bahkan beberapa investor lainnya.
"Anda tidak profesional! Kenapa masalah pribadi di sangkut pautkan dengan perusahaan!" bentak Alex.
"Jika anda membicarakan profesioanal, kenapa anda membuat acara pada peresmian serah terima jabatan Bintang?"
"Itu mereka yang mau."
"Bukan Mereka. Tapi anda!!" Bentak Anas.
"Saya?"
"Ya, anda. Anda menginginkan anak anda menikah dengan anak saya karena anda ingin perusahaan ini."
Sontak seluruh kolega tercengang mendengar ucapan Anas.
"apa benar Alex seperti itu?"
"Jahat sekali Alex."
Beberapa bisikan dari para kolega terdengar oleh Alex dan Anas.
"Jangan asal tuduh ya kamu!" elak Alex.
"Hei, apa anda lupa lex, saya Anas. Pantang bicara tanpa bukti."
Raka menyalan video yang di dapat oleh Bintang tanpa sengaja waktu itu, dan semua orang memandang Alex seakan mencemoohnyaa.
"Itu bukan suara ku,"
"Jika aku mau menuduhmu tanpa bukti aku lakukan dari dulu,"
"Kalian jangan percaya sama dia." Alex menunjuk Anas dengan amarah yang membara.
"Terserah, siapa yang mau percaya dengan saya silahkan tetap di tempat, yang percaya dengan Alex silahkan keluar dengan pak Alex."
Namun semua orang tidak ada yang bergerak satu sentipun, dan Alex merasa kesal dan malu ia keluar ruangan meeting dengan di selimuti amarah, sedangkan Anas merasa puas. Sesaat setelah Alex keluar meeting di akhiri. Karena tujuan Anas adalah biar Alex tidak berlagak sok dan semena-mena dengan kolega dan pegawai. Dengan begitu semua orang tahu bahwa Alex bukan lagi bagian dari STARGROUP.
Alex yang sakit hati dan malu memutuskan menyusul Sandra ke swiss, ia ingin menetap di sana dan memulai hidup baru.
****
"Wah, pasti Pak Alex wajahnya kayak udang di rebus." seru Bintang saat mendengar cerita dari Raka.
"Lo kata cewek yang salah skincare, kayak udang rebus, ha ha ha."
"Wah Lo pengalaman kenal cewek yang wajahnya aja putih lehernya lupa nggak di beliin skincare ya."
"Kan gue jomblo."
"Ya mungkin Lo trauma Sama cewek kayak gitu."
"nggak boleh gitu Lo."
"Iya-iya becanda doang."
Malam itu Raka dan Bintang melepas rindu melalui videocall, ia bercanda bagiakan kakak dan adik kandung.
***
Dua puluh tahun, keluarga Raka sedang masa kesulitan, dimana Raka waktunya daftar sekolah sedangkan ibu Raka sakit-sakitan, ayah Raka bekerja di Star group yang di mana saat itu masih merintis, bahkan saat semua pegawai resign karena kabar akan bangkrutnya Stargroup, namun ayah Raka stay bersama Anas, walaupun posisi ayah Raka hanya sebagai OB. Support yang di berikan membuat Anas percaya diri untuk bangkit. Dan Wibowo meminjamkan Modal hasil jual tanah di surabaya, dan ayah Nathan menjadi investor pertama saat perusaahan mulai berdiri. Empat tahun kemudian perusahaan mulai di kenal banyak kolega, banyak kerja sama datang untuk Star Group. Sedangkan Alex yang saat itu masih berjaya tidak mau membantu Anas.
Dan Anas membantu sekolah Raka. Dan saat ibunya meninggal Raka dan ayahnya tinggal bersama Anas. Hingga ayah Raka meninggal karena paru-paru dua tahun setelah Star Group mulai berdiri. Dan Raka di rawat Anas mulai kehidupan, fasilitas dan sekolah hingga kuliah di universitas ternama.
Itulah yang menyebabkan Anas menganggap Raka seperti anaknya sendiri. Sedangkan Raka tidak pernah tamak ia sadar porsinya, ia menolak kuliah di luar negri, dan menerima fasilitas yang cocok untuknya. Tidak pernah iro dengan apa yang di miliki Bintang. Karena pesan ayahnya yang ia ingat hingga saat ini.
"Raka, jika suatu saat ayah tidak ada, ingat nak porsimu disini, jangan pernah menerimaa sesuatu yang berlebihan. Berusahalah untuk mendapatkan nya jangan pernah menerima sesuatu dengan cuma-cuma. Jika ada pilihan emas dan perak pilihlah perak, jangan memanfaatkan seseorang untuk keuntunganmu sendiri."
Dari situlah Raka terbiasa melakukan sesuatu jika Anas memberikan sesuatu padanya, Raka dewasa sebelum waktunya. Dan apa yang Raka dapatkan saat ini adalah hasil kerja kerasnya, bukan cuma-cuma ia dapatkan dari Anas.
***
Malam semakin Larut Bintang masih fokus dengan laptopnya, ia tidak mengira maslah perusahaan di Singapore serumit ini ia mengira waktu satu atau dua bulan akan selesai. Namun akan memakan waktu lama.
Ronald beberapa kali menyarankan untuk menutup perusahaan dan membayar pesangin para pegawai. Namun Anas menolak.
"Saya sanggup membayar mereka, tapi bagaimana setelah saya bayar pesangon mereka. Jika uang mereka habis dan belum bekerja bagaimana menghidupi keluarganya. Saya akan mempertahankan pegawai yang masih tetap bersama saya, walaupun mereka tahu perusahaan sedang mengalami goncangan, jika mereka resign dengan keinginan mereka sendiri maka berikan hak mereka dan biarkan mereka memilih jalan mereka." itulah yang di katakan Anas pada Ronald, sehingga Anas mengirimkan Bintang untuk mengurus semua itu,
Dan kini Bintang sedang berusaha menanganj masalah secepat mungkin. Sehingga tidak berlarut-larut. Dan akan meninggalkan singapore setelah perusahaan benar-benar siap dan sudah berkembang. Dan Bintang berfikir ini cara efektif untuk melupakan semua tentang Bulan.
"Pak Ronald, anda kembalilah ke unit apartemen anda, kasihan anak dan istri anda menunggu terlalu malam," ucap Bintang pada Ronald yang membantunya mempelajari berkas.
"Apa anda tidak apa-apa jika saya tinggal?" tanya Ronald untuk memastikan.
"Saya sudah dewasa, bukan anak kecil yang harus di bacakan dongeng saat tidur," jawab Bintang.
"Atau anda perlu sesuatu dulu sebelum saya pergi?"
"Tidak pak, jika saya butuh sesuatu akan menelepo anda,"
"Baiklah, saya pamit dulu." Ronald meninggalkan Bintang sendiri.
'Dan harusnya aku membacakan dongen untuk anakku.' batin Bintang saat menatap pergi Ronald.
Tiba-tiba perasaan Bintang menjadi mellow, ia membayangkan jika ia masih bersama Bulan mungkin akan mempunyai anak. Namun tiba-tiba ponselnya berbunyi dengan nomor tak di kenal, dan itu membuat Bintang tesadar dari lamunannya. Ia segera mengangkat panggilan itu.
"Selamat malam."
"Hallo"
"Siapa ini?"
Tidak ada jawaban dari sang penelepon. Bintang mematikan panggilannya. Namun tidak lama kemudian, nomor tersebut menelepon lagi. Dan hal yang sama terjadi lagi, saat di jawab tidak ada jawaban dari penelepon itu.