Lima tahun kemudian, Bintang kembali ke indonesia, dengan kerja kerasnya perusahaan yang ia tangani sudah mulai membaik, dan ia percayakan kepada Ronald. Bintang bergegas menuju bandara Changi, Singapore. Ronald mengantar Bintang hingga Bintang memasuki pesawat yang ia tumpangi,
Raka dan Anas menjemput Bintang yang sudah memberi kabar saat akan pulang ke indonesia, Karena terlalu antusias, saat Bintang memberi kabar sudah di bandara Changi, Anas meminta Raka segera menuju bandara Soekaro-hatta.
Matahari mulai menunjukkan sinar hangatnya, sinar menyilaukan ia tunjukkan pada seluruh manusia, Bintang yang berada di atas awan, ia menikmati perjalanan yang sudah lama ia rindukan, hingga pukul 06:10 pesawat yang di tumpangi Bintang sudah mendarat dengan selamat di bandara soekarno-hatta, Jakarta.
"Pa," teriak Bintang saat melihat Anas dan Raka berdiri di ruang tunggu
"Bintang," Anas memeluk Bintang dengan erat.
"Ka, lo jaga papa baik-baik kan?" tanya Bintang dengan mata berkaca-kaca,
"Enggak, gue tinggal ke mars, ke pluto, ke matahari," jawab Raka yang mengundang gelak tawa. Bintang beralih memeluk Raka,
"Udah lima tahun kenapa lo tetap gila sih,"
"Aku tahu tempat dan waktu untuk berbuat konyol." Anas, Bintang dan Raka tertawa bersama, mereka segera pulang dan sarapan bersama untuk pertama kalinya selama lima tahun terakhir.
***
"Masya allah den Bintang," ucap Bu Mina dengan suara bergetar, saking terharunya Bu Mina hingga menangis memeluk Bintang.
"Bu Mina, apa kabar?"
"Baik den," jawab Bu Mina dengan menyeka air matanya.
"Mari den, Bu Mina sudah siapkn makanan kesukaan aden." Bu Mina segera menghidangkan makanan di antu ART yang lain.
"Wah, di singapore nggak ada nih makanan kayak gini," seru Bintang.
Bintang memang terbiasa dengan barang mewah, tapi untuk makanan ia sangat menyukai makanan nusantara, contoh saja Bintang sangat menyukai ayam bumbu bali. Dengan hidangan seperti itu di hadapannya, ia akan melupakan drajatnya sebagai bos.
***
Keesokan harinya Bintang menuju ke Semarang, untuk menghadiri pembukaan klinik milik Nathan, Nathan menjadi dokter muda yang sukses, ia membuka klinik atau orang menyebutnya rumah sakit kecil, dan klinik milik Nathan di lengkapai oleh Laboratorium, hal itu di lakukan Nathan untuk membantu wilayah yang jauh dengan rumah sakit kota. Bintang berada di bandara pukul 11:30 karena pesawat akan take off pukul 12:15, Bintang pergi bersama Raka. Sedangkan Anas memilih tetap di jakarta.
"Lo nggak capek?" tanya Raka saat memasuki pesawat
"Capek sih, tapi nggak enak sama Nathan kalau nggak datang."
"Acara masih nanti sore, Lo bisa tidur seharian di Hotel."
"Iya, gue emang masih ngantuk banget."
Raka yang berada di sebelah Bintang membiarkan sahabatnya itu tertidur pulas, bahkan Bintang tidak mendengar saat pramugari menawarkan service untuknya.
"Eh... Udah mau landing aja nih?" tanya Bintang saat mendengar suara pramugari dari pengeras suara.
"Iya, Lo pelor banget."
"ngantuk gue, Lo pesan hotel jauh nggak dari bandara?"
"Lumayanlah," jawab Raka sembari jalan menuju pintu keluar pesawat.
Bintang mengikuti langkah Raka di lebih dulu di depannya, Bintang tidak bilang pada Nathan jika ia sudah berada di indonesia, ia berencana memberi kejutan pada Nathan.
Perjalanan menuju hotel memakan waktu 15 menit, sedangkan dari hotel ke tempag Nathan memakan waktu 20 menitan, Bintang memjnta Raka menyewa satu kamat saja, karena ia ingin melepas rindu dengan Raka, tidak bisa di pungkiri Bintang memang sudah menganggap Raka sebagai kakaknya sendiri,
Dan untuk undangan Nathan, Rakalah yang mendapatkannya, Karena Nathan tahu bahwa Bintang sedang di Luar negeri. Dan Nathan tidak bisa memaksa Bintang untuk datang, namun sangat kebetulan Bintang sedang pulang ke indonesia sehingga bisa memberi kejutan Nathan dengan hadir di peresmian Klinik Nathan.
***
"Bin, Bintang." Raka menggoyang-goyang tubuh Bintang yang tertidur pulas.
"Apa sih, Ka." Bintang mengangkat kepalanya dengan malas.
"Apa sih-apa sih, noh lihat jam." Raka menunjukan ponselnya ke Bintang.
Bintang mengucek matanya dan melihat jam pada layar ponsel Raka, tiba-tiba matanya terbelalak.
"Lo gila ya, udah jam segini gue baru di bangunin."
"Heh, Lo yang kebo, gua dah bagunin Lo tapi nggak nyaut-nyaut, sampe gue abis mandi juda belum bangun."
"Monyet lu," umpat Bintang dan segera menuju kamar mandi.
Sedangkan Raka menunggu sembari mengeringkan rambut.
"Bin, Lo jangan lama-lama mandinya," teriak Raka yang duduk di atas tempat tidur.
"Gue baru copot celana, Lo mandiin aja gue," sahut Bintang dari dalam kamar mandi.
"Ogah, geli gue ntar kalau lo nafsu sama gue bakal repot. Lo cepetan aja mandinya jangan kayak anak perawan."
Tiga puluh menit kemudian Bintang sudah siap tinggal memakai sepatu. Namun waktu sudaj menunjukkan pukul 16:10 sedangkan acara pembukaan pukul 16:00. Bintang menyusul Raka yang keluar kamar lebih dulu dengan terpincang-pincang. Ia memakai sepatu sambil berjalan.
"Ka, Lo sekarang nggak ada sopan-sopannya semenjak gue bukan bos Lo."
"Bos kok nggak tepat waktu," sahut Raka dan bebarsamaan pintu lift terbuka.
"Kan gue ngantuk, Lo juga tahu gue kemarin baru datang dari singapore."
"Resiko Lo."
Ting...
Pintu lift terbuka, Bintang dan Raka segera mengendarai mobil yang telah ia sewa dari hotel tersebut.
***
Perjalanan sedikit macet, karena tepat hari sabtu. Perjalanan yang harusnya 10 menit menjadi 20 menit. Dan sesampainya di tempat Nathan 'gunting pita' telah selesai. Namun masih ramai dengan tamu undangan yang memberi selamat pada Nathan.
"Tuh kan, gara-gara Lo nih," ucap Raka saat sampai di depan tempat acara Nathan.
"Lo dari tadi ngomong mulu nggak capek apa?"
Bintang mengikuti langkah Raka dan memasuki area klinik Nathan. Raka mencari keberadaan Nathan di antara kerumunan tamu undangan.
"Raka," panggil seseorang dari sudut ruangan.
"Hai, than." Raka menoleh dan menghampiri Nathan.
"Wah, ada tamu jauh," ucap Nathan saat melihat Bintang berjalan di belakang Raka.
"Lo kapan datang?" tanya Nathan.
"Kemarin pagi, khusus Lo nih." jawab Bintang.
Mereka saling berpelukan, namun pembicaraan mereka berhenti saat ada seseorang menepuk bahu Nathan.
"Oh, anda. Terima kasih telah datang." Nathan menyambut pria itu dengan hangat.
Sedangkan mata Bintang tertuju pada pria itu, ia tidak asing dengan wajahnya. Namun enggan untuk menyapa. Hingga Nathan mengenalkan pria itu.
"Raka, Bintang, ini Lucas dokter terbaik di kota semarang ini." Nathan memperkenalkan Lucas.
"Lucas? Apa kau yang pernah bertemu denganku lima tahun lalu di Singapore?"
"Bintang?" tanya Lucas yang mencoba untuk mengingat-ingat.
"Ayah." suara anak yang tiba-tiba datang menghampiri Lucas.
Lukas segera menggendongnya dan memperkenalkan pada Raka, Bintang dan Nathan.
"Maaf jika mengganggu, ini Stella...."
"Ayah, mama menunggu di mobil." potong anak kecil itu yang masih berumur empat tahunan.
"Iya sebentar ya, sayang," ucao Lucas dengan sabar.
"Saya pamit dulu ya," kata Lucas pada Nathan.
"Buru-buru banget?"
"Sebenarnya dari tadi, cuma baru sekarang bisa salaman sama kamu, lagian ada yang nunggu di mobil."
Nathan, Raka dan Bintang ikut menoleh ke arah mobil yang kebetuln terlihat dari dalam gedung itu.
Mata Bintang terbelalak saat melihat wanita di dalam mobil itu dengan kaca setengah terbuka, ia bahkan tidak mengalihkan pandangannya sedetikpun.
"Bulan," guman lirih Bintang yang tidak terdengar oleh Raka yang berada di sampingnya.
Bersambung....
Author note:
Terima kasih buat yang stay di BULAN DAN BINTANG, terlebih buat kalian yang udah mau vote dan review. Karena review dan vote kalian semangatku buat ngelanjutin cerita ini.