Chereads / BULAN DAN BINTANG. / Chapter 22 - Siapa penelpon itu?

Chapter 22 - Siapa penelpon itu?

Author note:

Tahan-tahan, bab selanjutnya udah siap loh, yakin nggak mau review dan vote, review aja gak apa-apa kok, biar author seneng. syukur-syukur kasih gift . hahaha, di tunggu ya bebs..

next..

"Teman?" tanya Bintang seakan mengintimidasi.

"I--iya," jawab Wibowo dengan terbata-bata. "Kamu ada apa kesini?" tanya Wibowo untuk mengalihkan pembicaraan Bintang.

"Oh, tadi kebetulan lewat, saya mampir kesini."

"Mari-mari, duduk." Wibowo mengajak Bintang duduk di teras.

"Ada apa?" tanya Wibowo.

"Ada yang ingin saya sampaikan," jawab Bintang.

"Apa?" Wibowo mulai merasakan panas dingin tubuhnya, ia takut jika Wibowo mendesaknya untuk mengaku siapa yang telepon tadi.

"Saya sudah tidak memimpin perusahaan, sudah satu minggu saya menganggur, semua aset saya di bekukan oleh papa, hanya mobil dan tempat tinggal yang saya punya. dan saya akan merintis bisnis dari bawah dengan modal seadanya."

"Kenapa begitu?"

"Papa sangat marah karena hingga detik ini saya gagal menemukan Bulan."

"Ayah akan bicara pada papamu."

"Tidak perlu, hanya ada satu pertanyaan untuk ayah," tolak Bintang.

"Apa ayah menyesal telah menikahkan Bulan denganku?"

"Tidak, dimanapun Bulan saat ini pasti dia baik-baik saja, dan keadaanmu seperti apapun jika Bulan di sini pasti akan menerima apa adanya."

"Apa ayah tahu dimana Bulan?" tanya Bintang.

"Tidak," jawab Wibowo dengan raut wajah tegang.

"Aku berjanji akan menemukan Bulan untuk ayah."

Wibowo menepuk-nepuk bahu Bintang, menandakan ia percaya pada Bintang. setelah cukup lama berbincang Bintang memilih berpamitan karena hari hampir malam.

"Hati-hati, nak." Wibowo mengantarkan Bintang hingga pintu gerbang dan melambaikan tangan pada Bintang.

Wibowo sangat lega saat Bintang tidak mendesaknya tentang Bulan. Wibowo memang belum tahu alamat Bulan, namun Bulan sudah memberitahunya bahwa dia baik-baik saja, dan itu sudah cukup untuk saat ini.

Sedangkan Bintang sedikit merasa aneh dengan sikap Wibowo yang tidak menyinggung tentang Bulan sama sekali, dan seakan cenderung membiarkan anaknya pergi, berbeda saat pertama kali kabar Bulan hilang terdengar di telinganya.

"Apa ayah sudah tahu keberadaan Bulan?" tanya dalam hati Bintang,

Pikiran Bintang terganggu dengan sikap Wibowo, hingga ia memasuki gerbang rumahnya ia masih memikirkan Bulan dan Wibowo. saat memasuki rumah Bintang melihat Anas sedang makan malam dengan Raka.

"Wah.. makan malam," seru Bintang dan duduk di sebelah Raka.

"Darimana kamu?" tanya Anas.

"Tadi habis mengantarkan Sandra, Bintang mampir kerumah Pak Wibowo," jawab Bintang dengan mengunyah makanan hasil comot dari piring Raka.

"Oh, pantas Alex menelepon Papa untuk membatalkan pertunangan kalian." Anas tampak tidak ada kecewa atau marah.

"Aku ingat sesuatu." Bintang mengambil ponselnya dan menjukkan sebuah video dengan gambar yang tidak jelas, namun suara terdengar dengan jelas.

Raka dan Anas menghentikan aktivitasnya, namun dan segera mendengarkan rekaman Bintang.

"Wah gila, ternyata pak Alex punya udang di balik batu," seru Raka saat video itu berakhir.

"Udangnya mati, Ka," sahut Bintang.

"Kan di balik batu, bukan di bawah batu." Raka dan Bintang tertawa bersama, sedangkan pak Anas tidak terlihay kaget atau kecewa, ia malah melanjutkan menikmati hidangannya.

"Pa, papa kok biasa aja sih?" tanya Bintang.

"Lalu, papa harus bagaimana? apa papa harus pingsan?"

"Ya nggak gitu pa, papa kan teman lama juga dengan Pak Alex kenapa nggak kaget gitu." Bintang menatap curiga pada Alex.

"Bin." Anas meletakan sendoknya dan menatap balik Bintang dan Raka. "Papa sudah tahu dari awal niat mereka," lanjut Annas.

Bintang dan Raka saling menatap dan tercengang.

"Dan papa sempat melarang hubunganmu dengan Sandra."

"Kenapa Papa tidak memberitahu Bintang?"

"Percuma ngomong sama kamu, kamu sedang di butakan cinta di kasih tahu juga nggak akan berpengaruh denganmu."

"Tapi pak, Bintang sekarang sudah waras kok." ledek Raka.

"Lo kira gue gila selama ini?" Bintang meninju lengan Raka,

"Aww," pekik Raka.

"Sudah-sudah, sekarang kamu sudah tahukan dan untuk perusahaan tetap akan jadi milikmu." Annas melerai Raka dan Bintang.

"Wah, gagal jadi sultan," ucap Raka.

"Haha, Lo di prank sama bokap gue." Bintang meledek Raka.

"Raka tetap memiliki Hak akan perusahaan itu, karena Raka memiliki 20% saham di perusahaan STARGROUP."

"Wah, terima kasih, pak." Raka terlihat sangat bahagia dan memeluk Pak Annas.

"Untuk Bintang, akan saya berikan jika dia berhasil menemukan Bulan."

"Lah, kalau Bulan nggak ketemu?"

"Kamu tetap bekerja di perusahaan tapi hanya sebagai Manager."

"Manager? tapi..." belum selesai Bintang bicara Pak Anas sudah berdiri dan berjalan meninggalkan Raka dan Bintang.

"Wah Lo main pelet ni.," Bintang menggosok-gosok kepala Raka.

"Heh, gue nggk main pelet, Lo aja yang bodoh dari dulu."

"Sialan, Lo berani ngatain gue bodoh!" umpat Bintang.

****

Keesokan harinya Bintang mendapatkan Kabar bahwa Sandra telah kembali ke swiss, sedangkan Pak Alex yang berpapasan dengan Bintang seakan memandang remeh jabatan Bintang. bahkan saat melihat Bintang dari jauhpun Alex membuang muka.

Setelah hampir satu bulan pencariaan yang Bintang dan Raka lakukan untuk mencari Bulan tidak menemukan titik terang, mereka menghentikannya. Bahkan Bintang sudah merelakan Bulan jika memang Bulan tidak ingin kembali dengannya.

"Ini memang salahku, jika memang dia pergi dan lebih bahagia tanpa aku, aku ikhlas," ucap Bintang saat sedang berada di ruangannya bersama Raka.

Raka sangat kasihan melihat jalan hidup Bintang, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, seluruh penjuru kota telah di telusuri pagi hingga malam, namun tidak menemukan keberadaan Bulan, Raka hanya berdoa untuk Bintang dan Bulan,

"jika memang mereka berjodoh pertemukanlah, jika memang mereka tidak berjodoh maka lapangkanlah hati Bulan dan Bintang." doa Raka dalam hati.

Satu Bulan

Dua Bulan

Tiga Bulan

Bintang sudah mulai terbiasa tanpa Bulan, walaupun ia belum bisa melupakan Bulan, Raka dan Anas yang melihat perubahan Bintang sedikit senang, meskipun Anas merasa menyesal karena gagal menepati janjinya pada Wibowo.

Anas dan Bintang sesekali mengunjungi Wibowo, karena Bintang menganggap Wibowo sebagai Ayahnya sendiri, sedangkan Anas menganggap Wibowo sebagai kakaknya, karena memang umur mereka terpaut satu tahun lebih tua Wibowo.

****

Di sisi lain Johan yang sudah di jakarta selama tiga bulan, ia tidak pernah menemukan Bulan namun ia masih ingin menemuo Bulan dan berharap ia bisa kembalinya, meski begitu ia masih saja menggoda teman-teman kerjanya, bahkan mengantar mereka pulang, mengajak makan malam, makan siang bahkan menonton Bioskop bersama. dan hal itu ia lakukan tidak hanya dengan satu perempuan, tapi hampir semua wanita di hotel tempat ia bekerja ia buat 'Baper' dengan sikapnya.

Hingga suatu pagi Johan yang baru datang di tempat kerjanya, di hadang seorang gadis.

"Kamu harus kasih penjelasan!" gadis itu berhenti tepat di hadapan Johan.

"Kamu kenapa?" tanya Johan.

"Kamu kenapa jalan sama cewek lain?" tanya gadis itu.

"Terus kenapa?"

"Selama ini kita jalan, sering chat dan telepon saat malam apa maksudnya?"

"Lah, emang aku bilang kalau kita pacaran?"

"Lo nggak bisa gini, lo harus pilih gue atau cewek itu?"

"Gue nggak bisa pilih." johan hendak meninggalkan gadis itu.

"Kalau begitu gue akan teriak disini biar seisi hotel ini tahu siapa, Lo." ancam gadis itu.

Johan awalnya tidak menghiraukan ancaman gadis itu, ia pergi meninggalkan gadis itu. namun karena gadis itu juga bekerja di hotel tersebut, ia segera menuju bagian informasi dan mengambil alih mic yang tersedia di ruangan informasi itu.

Bersambung...