Setelah pertemuan tanpa sengaja dengan, pengawal Brian. Zahra semakin yakin jika Brian berada di kota yang sama. dirinya semakin memperketat. keberadaan Al dari dunia luar semakin Al bermain di luar semakin mudah Brian menemukannya. walaupun Brian tidak tahu jika dirinya melahirkan anak laki-laki. tidak mungkin jika Brian tidak mengenali wajah putranya yang sangat mirip dengan dirinya.
Zahra semakin gelisah saat mengetahui jika Al bersama Erna berada di sebuah supermarket. sudah berapa kali Zahra menghubungi ponsel milik Erna namun tidak tersambung.
"Nona Jasmine, Anda di panggil Tuan Alfred." Seorang pria berjas hitam lengkap dengan kaca matanya.
"Baiklah, tunggu sebentar." Zahra yang baru menyantap makanannya. terpaksa berhenti meski perutnya masih terasa lapar.
"Nona, Anda langsung ke lantai dua puluh Tuan Alfred berada di sana."
"Baik Tuan, saya akan kesana."
"Jangan panggil saya Tuan Nona, panggil saya Aldrick jangan ada embel-embel Tuan."
"Maaf.."
Zahra mengikuti langkah lebar Aldrick. saat berada di lantai dua puluh. langkahnya terhenti, melihat Rungan itu bukanlah ruang kerja ataupun ruang meeting. namun disana terlihat sebuah meja bulat dengan bunga mawar merah berada di tengah. Zahra menatap Asisten Presdir dengan binggung.
"Selamat datang Nona Jasmine. Aldrick tinggalkan kami.!"
"Baik Tuan." Aldrick meninggalkan Ballroom dan menutup pintunya. Zahra menatap sekeliling ruangan yang biasa di pakai untuk meeting. walau Zahra baru melihatnya namun dirinya mengerti jika ballroom biasa akan di pakai untuk meeting ataupun acara besar kantor.
"Nona Jasmine, saya tau Anda binggung dengan ini semua tapi. ini bukan untuk Anda melainkan Anda yang akan menemani saya disini. karena tamu penting akan datang. sekarang duduk dan pelajari ini." Alfred menyerahkan berkas yang harus di pelajari olehnya.
Lima belas menit kemudian seseorang memasuki ruangan dan suara itu membuat Zahra, bergetar. ' Tidak mungkin, ini tidak mungkin kan. tidak sekarang tidak. sekarang apa yang harus aku lakukan, suara itu.'
"Nona Jasmine.." mendengar namanya di panggil Zahra berdiri menyambut kedatangan tamu yang tidak di harapkan.
"Selamat datang Tuan Brian. bagaimana kabar Anda." Alfred menyambut kedatangan Brian. yang menjadi tamu istimewa adalah Brian. orang yang ingin di hindari Zahra.
Zahra menyambut tamu istimewa Alfred dengan sikap dingin meski senyum tercetak di bibirnya.
"Selamat datang Tuan Brian." Sambut Zahra pada Brian dan sekretarisnya.
Brian yang terkejut dengan melihat Zahra di hadapannya tanpa bisa mencerna setiap kata-kata dari orang yang berada di sekitarnya.
"Tuan Brian, bagaimana kelanjutan kerjasama kita?" Alfred yang merasa jika Brian terus menatap wajah Zahra membuatnya cemburu.
"Sesuai keinginan kita Tuan Alfred" jawaban Brian membuat senyum di bibir Alfred, dirinya tidak percaya jika Brian menerima usulan dirinya.
Menyadari dirinya yang tidak fokus Brian mengalihkan tatapannya pada Alfred.
"Kita tanda tangani berkas kerjasama kita Tuan Brian" Zahra menyerahkan berkas pada Brian untuk di tanda tangani.
Usai pendatangan yang Zahra pikir akan selesai tapi sayang Alfred menyuruhnya untuk menyiapkan makan siang di sana.
Walau dirinya tidak nyaman melihat Brian, namun dirinya berusaha sekuat tenaga untuk menahannya.
Dirinya bukan lagi Zahra yang lembah sekarang dirinya Yasmine dimana orang tidak akan bisa merendahkan dirinya.
"Yasmine setelah makan siang, kamu antar Tuan Brian mengelilingi kantor kita. karena beliau ingin melihat dan untuk memilih salah satu ruangan yang akan dia tempati" Zahra mencerna perkataan Alfred padanya. dimana Brian mencari salah satu ruangan untuknya itu artinya Brian akan sekantor dengannya.
"Baik Tuan Alfred." tiga puluh menit mereka menyelesaikan makan siangnya. Brian yang tidak menunggu waktu lama meminta Zahra untuk mengantarnya.
"Alfred aku ingin melihat ruangan yang akan aku tempat dan sekertaris mu ini yang akan mengantarku." Brian tidak lagi memanggil Alfred dengan format karena mereka adalah teman. mereka akan bersikap selayaknya teman jika diluar pekerjaan dan mereka akan bersikap format jika menyangkut pekerjaan.
"Pergilah, aku masih banyak pekerjaan." Alfred kembali ke ruangannya dan kini Zahra bersama Brian dan sekertaris yang seksi menuju lantai sembilan bekas.
"Abela kembalilah kekantor dengan Ben." Brian tidak ingin kebersamaan dirinya dengan wanita yang mirip dengan Zahra terganggu.
"Tapi Tuan.." Abela yang tidak ingin Brian dengan sekertaris pribadi Alfred berusaha memisahkan mereka namun suara dingin Brian membuat tidak berkutik.
"Baik Tuan Brian." dengan perasaan enggan Abela mengikuti kemauan Brian untuk kembali lebih dulu kekantor bersama Ben sang asisten.
Brian menatap wajah Zahra yang berdiri tidak jauh darinya, semua yang di jelaskan olehnya tidak satupun yang masuk kedalam otaknya.
"Tuan ini ruangan yang mungkin ada sukai, sebelah kanan ada kamar pribadi dan di belahan kiri ada ruang yang mungkin ada akan mengadakan rapat dan dibelakangnya ada mini bar, jika Tuan ingin mengganti cat atau ingin perubahan untuk ruangan Anda bisa kami lakukan sesuai keinginan anda tuan Brian." Brian menganggukkan kepalanya.
"OKE !! ada perubahan." jawab Brian dengan senyum yang telah lama hilang.
"Perubahan seperti apa Tuan?" Zahra mengikuti Brian dari belakang dnegan sabar dirinya menjawab setiap pertanyaan yang di ajukan Brian padanya.
"Aku ingin warna rungan ini di ganti dengan warna putih dan abu-abu. satu lagi aku mau warna kamarnya kamu ganti dengan warna pink karena istriku sangat menyukai warna itu, aku rasa hanya itu yang perlu di ganti."
DEG !!!!
Warna pink adalah warna kesukaannya dan paduan warna ini adalah warna yang paling dia sukai. warna putih dengan warna abu-abu. namun dengan sikap profesional Zahra mencacat semua yang di inginkan Brian.
"Apakah ada yang ingin anda tambahkan tuan Brian?" pertanyaan Zahra membuat Brian tersenyum penuh arti.
"Ada..!" jawaban Brian membuat Zahra menatapnya.
"Apa itu Tuan, biar karyawan kamu menyiapkan apa yang Anda butuhkan?" Zahra yang bersikap dingin pada Brian membuatnya semakin penasaran.
"Kamu.!" Jawaban Brian membuat tubuh Zahra bergetar. dirinya tidak menyangka jawaban dari Brian.
"Apa maksud anda tuan Brian..?!" Meski terkejut namun Zahra berusaha untuk bisa mengontrol debaran jantungnya.
"Maksudku aku ingin kamu yang menyiapkan semua lakukan sesuai keinginan tadi." Brian yang berhasil membuat wajah Zahra merah padam kini hanya tersenyum puas walau dirinya yakin jika Jasmine adalah Zahra.
Dering ponsel milik Zahra mengalihkan perhatian Zahra. melihat tag nama yang menelponnya dengan cepat Zahra mengangkatnya.
"Permisi Tuan saya mengangkat telpon dulu." tanpa menunggu jawaban dari Brian Zahra menuju balkon yang berada di ruangan.
Brian diam-diam mengikuti Zahra yang menerima panggilan.
"Hallo Erna ada apa? Al baik-baik saja kan?" Zahra yang selalu cemas setiap mendapatkan telepon dari pengasuh putranya.
"Nyonya Al dari pagi rewel ingin bertemu dengan nyonya." Erna menjelaskan jika dari pagi Al yang merengek ingin menemui Zahra meski berbagai rayuan namun sifat keras Al tidak mampu di luluhkan oleh Erna.
"Berikan ponselnya pada Al."
"Hallo mommy Al ingin ketemu mommy!" Teriakan suara Al membuat Zahra menjauhkan ponselnya dari telinganya.
"Sayang Al, sejak kapan mamah berubah menjadi mommy hum?"
"Apakah mommy tidak menyukainya?" tanya Al.
"Tentu mamah tidak menyukainya sayang. Al kesayangan mamah dengar yaa, jika mamah tidak sibuk kita akan jalan-jalan di Mall kita habiskan waktu kita berdua bagaiman?"
"Apa mamah tidak berbohong lagi?"
" Tentu tidak sayang percaya sama mamah kali ini rencana kita tidak akan batal dan mamah berjanji akan kita akan menghabiskan satu hari penuh bagaimana?"
"OKE!! Al setuju mamah, kapan mamah pulang?" jawab Al merajuk.
"Secepatnya mamah akan pulang sayang, ya sudah mamah kerja lagi ya sayang"
"Baik mah.." Sambungan telepon terputus Zahra menghela nafasnya. dan kembali bersikap dingin saat dirinya terkejut Brian berdiri tepat di belakangnya.
"Apakah dia putramu?" Pertanyaan Brian membuat Zahra tidak nyaman.
"Bukan urusan Anda.!"
jawaban Zahra membuat Brian merasa heran, dirinya hanya bertanya namun respon yang diberikan Zahra membuatnya terkejut.