Chereads / Antara Cinta Dan Dendam / Chapter 38 - 38. Kecurigaan Brian

Chapter 38 - 38. Kecurigaan Brian

Tiga bulan sudah Zahra bekerja di perusahaan Peres Corp, selama itu juga dirinya bertemu dengan Brian walau Zahra menghindar darinya namun pekerjaan yang di berikan Alfred, selalu berhubungan dengan Brian, seperti siang ini dirinya harus satu lift berdua dengan pria yang ingin dia hindari.

"Siang Nona Jasmine apa kabarmu hari ini?" tanya Brian pada Zahra.

"Siang Tuan Brian" jawab Zahra dingin

"Zahra, apa kabarmu?" Brian yang tidak tahan dengan situasi saat ini berusaha untuk memastikan jika wanita di sampingnya bukanlah Zahra.

Deg...

Jantung Zahra berdetak lebih cepat, namun dirinya tidak ingin penyamarannya terbongkar. dirinya belum membalas dendam pada Brian lelaki yang sudah menghancurkan hidupnya, bahkan neneknya harus meninggal karena perbuatannya.

Brian yang melihat reaksi Jasmine saat dirinya menyebut nama Zahra, namun yang di dapat hanyalah sikap Jasmine yang hanya diam dan dingin.

"Jasmine ada yang ingin aku katakan padamu?" Brian berusaha untuk mendekati Zahra namun lagi-lagi sikap dingin Zahra membuat Brian kembali mengurungkan niatnya.

"Saya permisi Tuan Brian." suara lift terbuka dengan cepat Zahra keluar dari lift dan bergegas menuju ruang kerjanya.

"Jasmine, nanti malam temani aku menghadiri pesta tuan Fernando dirinya ingin kita hadir bersama, apakah kamu keberatan?" Alfred tidak sepenuhnya berbohong namun dirinya ingin Jasmine menemaninya ke pesta yang akan di adakan di luar kota.

"Tapi Tuan..." Zahra merasa ragu jika dirinya harus pergi ke pesta apa lagi di malam hari, selama ini dirinya tidak pernah meninggalkan Al saat malam hari.

"Lakukanlah demi perusahaan Jasmine" Alfred meninggalkan Zahra setelah mengatakan kata terakhirnya.

Zahra kembali bekerja seperti biasanya, jam menunjukan pukul lima sore namun Alfred terlihat sibuk dengan berkas-berkasnya.

Zahra bimbang ingin membatalkan ajakan Alfred namun, dirinya tidak bisa mengingat Tuan Fernando adalah rekan bisnis Alfred.

"Jasmine, pulanglah dan bersiap sebentar lagi Aldrick akan mengantarkan gaun yang akan kamu pakai untuk nanti malam" Zahra menatap wajah Alfred, sungguh sulit untuknya menolak keinginan Alfred.

"Saya permisi Tuan Alfred." tanpa menunggu jawaban dari tuannya dirinya berlalu meninggalkan ruang kerjanya yang satu ruangan dengan Presdir.

Sepeninggal Zahra, Alfred yang sebenarnya hanya berpura-pura sibuk, menyadarkan punggungnya di kursi kebesarannya.

"Maafkan aku Jasmine, aku hanya tidak ingin kamu di miliki orang lain terlebih Brian, yang terang-terangan ingin mengajakmu ke pesta bahkan menganggap dirimu sebagai istrinya yang hilang." Alfred mengusap wajahnya yang kasar, lalu mengambil ponselnya di atas meja dan menghubungi Aldrick.

"Apa kamu sudah mendapatkan apa yang aku inginkan?"

"Sudah Tuan, saya akan mengantarnya ke apartemen nona Jasmine."

"Lakukan aku tidak ingin, nanti malam gagal seperti malam-malam sebelumnya"

"Baik tuan, seperti yang Anda inginkan." sambungan telpon terputus Alfred meninggalkan ruangannya menuju mansion mewah miliknya.

Di apartemen Zahra yang merasa ragu untuk meninggalkan Al semakin tidak karuan, entah kenapa perasaannya semakin tidak karuan.

'Tuhan apa yang harus aku lakukan, kenapa perasaanku semakin tidak karuan seperti ini.'

Zahra menatap wajah putranya yang tertidur setelah mendengarkan dongeng yang Zahra ceritakan.

Suara ketukan pintu membuat Zahra semakin tidak menentu.

"Nyonya asisten Tuan Alfred mengantarkan ini untuk nyonya"

"letakkan di sana Erna" Zahra tidak ingin melihat gaun yang Alfred kirimkan padanya.

"Nyonya, apa Nyonya akan pergi?" Erna yang melihat Kebimbangan Zahra berusaha untuk menyakinkan dirinya.

"Entahlah Erna," Zahra mencium kening putra tunggalnya sebelum meninggalkannya.

"Nyonya pergilah Al tidak akan rewel," Erna menyakinkan Zahra.

"Baiklah, aku akan pergi. tolong jaga Al jika terjadi sesuatu padanya hubungi aku secepatnya." ucap Zahra pada Erna.

"Siap Nyonya" ucap Erna yang berdiri hormat pada Zahra membuat Zahra tersenyum.

Tepat pukul delapan malam Zahra telah bersiap dengan gaun malam berwarna abu-abu gelap dengan bertabur berlian sangat indah di tubuhnya ramping, rambutnya yang dia sanggul dengan sangat rapih namun pandangannya tanpa Sengaja mengarah pada bekas luka pada punggung bagian atas, luka bakar yang tidak terlalu lebar namun terlihat dnegan jelas.

"Erna taburkan bedak yang berada di laci, kamu taburkan disana buat serapih mungkin."

'Luka yang akan terus mengingatkan ku padamu Brian dan aku pastikan akan membuatmu hancur' lanjutnya dalam hati Zahra.

"Sudah Nyonya" tepat saat Erna mengatakan selesai di waktu yang bersamaan suara bel berbunyi.

"Biar saya buka Nyonya,"

"Tidak perlu Erna biar aku saja, kamu tetap disini kamu tidurnya bersama Al jangan lupa kunci pintunya." Zahra melangkahkan kaki ke pintu saat terbuka Zahra terkejut melihat orang berdiri di hadapannya saat ini.

"Selamat malam Jasmine,"

Zahra yang terkejut dengan cepat kembali bersikap dingin pada Brian.

"Untuk apa Anda kesini? bagaimana bisa Anda mengetahui tempat tinggal ku!" tanya Zahra dengan suara dingin dan tegas

"Aku tidak sengaja...." ucapan Brian terhenti saat suara dari dalam apartemen memotongnya.

"Nyonyah ponsel anda tertinggal," baik Erna maupun Zahra sama-sama terkejut, dengan cepat Erna berbalik arah dan meletakkan ponsel Zahra di atas meja.

Gerak-gerik mereka tidak lepas dari pandangan Brian yang menatap mereka bergantian, membuat Brian semakin aneh.

Zahra meraih ponselnya d atas meja, saat berbalik terlihat pria yang di tunggu tengah berdiri di belakang Brian dengan tatapan sulit di artikan.

"Tuan Brian apa yang Anda lakukan disini?" suara dingin Alfred memecah kesunyian di antara mereka.

Brian memutar tubuhnya untuk melihat pemilik suara yang sangat di kenalinya.

"Hallo Tuan Alfred, seperti yang Anda lihat. aku kesini untuk menjemput pasangan pestaku" jawaban Brian membuat Zahra melotot sempurna.

"Sepertinya ada salah paham disini benar begitu nona Jasmine" Alfred mendekati Zahra yang berdiri di tengah-tengah pintu.

"Anda benar Tuan Alfred, apa kita pergi sekarang?" Zahra menyambut uluran tangan Alfred dengan senyum indahnya, membuat dua pria di depan Zahra terpesona, inilah kali pertama untuk mereka melihat senyum indah milik wanita cantik di hadapannya.

"Tentu nona Jasmine, ayo kita berangkat sekarang." Alfred mengulurkan lengannya untuk Zahra.

Dengan senyum terindahnya Zahra menyambut uluran lengan Alfred padanya meninggalkan Brian yang menatapnya dengan tatapan cemburu.

Brian kembali teringat satu tahun yang lalu saat bertemu dnegan seorang wanita yang mirip dengan Zahra dan seorang pengasuh. saat akan mengetuk pintu apartemen Zahra Brian merasa ragu. namun dengan cepat Brian merogoh kantong celana guna mengambil ponsel miliknya.

"Ben selidiki identitas nona Jasmine, akan aku kirim alamat apartemennya aku minta besok pagi sudah ada di mejaku."

"Baik Tuan, apakah Anda berada di apartemen milik nona Jasmine?" tanya Ben yang sebenarnya mengetahui jika Jasmine adalah Zahra namun ancaman seseorang yang membuatnya tutup mulut, meskipun dirinya setia pada Brian.

"Apa kamu mengetahui sesuatu Ben?" tanya Brian yang mulai curiga jika Ben menyembunyikan sesuatu darinya.

"Sebaiknya kita ketemu Tuan Brian, Anda dimana saya menjemput anda?"

"Tidak perlu, kita ketemu di pesta Fernando sekarang"

"Baik Tuan, saya akan kesana" sambungan telpon terputus Brian melangkahkan kakinya menuju parkiran.

Di pesta yang sangat meriah Zahra yang datang dengan Alfred membuat para tamu memandangnya tanpa berkedip.

Alfred yang melihatnya dengan segera memeluk pinggang Zahra posesif.

"Hallo Tuan muda Alfred, akhirnya tamu yang di tunggu-tunggu telah datang" Fernando yang melihat kedatangan Alfred menyambutnya dengan senang.

""Selamat untuk kalian" Alfred memeluk dua pria yang tidak lagi muda itu dengan senyum bahagia.

"Siapa wanita yang kamu bawa Alfred, dia sangat cantik apakah dia wanita berasal dari timur seperti ibumu inginkan?" Fernando bertanya tepat didepan Zahra yang berdiri di samping Alfred.