Chereads / EXTRAORDINARY LOVE / Chapter 16 - Chapter 16

Chapter 16 - Chapter 16

"Udah selesai kesalnya Aurel Erwansyah calon pacar gue?" tanya Rega pada Aurel.

"Enak banget bilang calon pacar," jawab Aurel sok ketus.

"Suka kan?" tanya Rega pada Aurel dengan senyuman manisnya.

"Nggak!" jawab Aurel singkat jelas dan tegas.

"Ayo anterin gue pulang," ucap Aurel ke Rega.

"Bilang suka dulu," sahut Rega.

"Kalau nggak mau nganterin, aku bisa pulang jalan kaki!" Aurel beranjak pergi dari hadapan Rega namun ditahan oleh Rega.

"Oke gue anterin. Bahaya kalau cewek secantik calon pacar gue jalan kaki sendirian di malam hari," ucap Rega membuat Aurel tersenyum dalam hati.

Rega akhirnya mengantar Aurel pulang ke rumahnya yang dekat dari Indomaret yang barusan mereka datangi itu. Sampailah Rega didepan gerbang rumah Aurel, dia langsung pulang dan menerima camilan yang diberikan Aurel untuknya.

"Thanks camilannya, gue pulang dulu. Sampai ketemu besok disekolah," Rega berterima kasih dan pamit ke Aurel.

"Oke,"

Aurel melangkahkan kakinya ke dalam rumahnya dan didalam rumah sudah ada mamanya yang baru saja pulang dari rumah bibi Aurel. Hilda tersenyum ke putrinya yang masih berdiri diambang pintu yang juga tersenyum ke arahnya dengan membawa camilan ringan serta minuman dingin.

"Dari Indomaret? Jam berapa ini? Nggak ada niatan nunggu mama pulang? Kalau ada apa apa dijalan sama kamu gimana?" Hilda banyak bertanya pada Aurel karena dia khawatir dengan putri cantiknya itu.

"Aurel tadi dianter temen ma, awalnya Aurel jalan kaki dan nggak sengaja ketemu temen Aurel," jawab Aurel apa adanya.

"Laki laki atau perempuan?" tanya Hilda.

"Rega ma, tapi dia cuma nemenin Aurel katanya biar Aurel ada temennya dan tidak jalan sendiri dimalam hari." jawab Aurel jelas.

"Lagi lagi Rega yang baik sama kamu, kenapa kamu mengelak kalau dia pacar kamu?" Tanya Hilda mulai tidak se arah dengan masalah pertama yang dia khawatir dengan putrinya.

"Nggak ada hubungannya sama itu ma, ya udah Aurel ke kamar mau nonton di televisi kamar Aurel aja. Nanti kalau disini mama tanya terus jadi nggak fokus nonton," jawab Aurel sembari memutar bola matanya malas.

Aurel pun berjalan menuju kamarnya dan meninggalkan mamanya yang masih duduk diruang keluarga.

Aurel yang saat ini tengah menonton televisi di kamarnya dengan memakan camilan ringan yang dibelikan oleh Rega saat di indomaret tadi.

"Kenapa rasanya lebih enak kalau dibelikan Rega?" gumam Aurel sembari tersenyum manis.

Baik Rega atau Aurel yang tadi tengah membeli camilan di Indomaret, mereka berdua tidak sadar kalau ada seseorang yang mengikuti mereka berdua dari jauh. Siapa lagi kalau bukan Vando yang ingin mencari tau dimana rumah Aurel, gadis cantik yang dia sukai sejak pertama kali bertemu di cafe.

"Ini rumahnya, tajir juga," ucap Vando sembari tersenyum smirk.

Keesokan paginya Aurel yang sudah siap seperti biasa untuk berangkat sekolah, gadis cantik itu menuruni tangga dan melangkahkan kakinya menuju lantai bawah untuk bergabung sarapan pagi dengan kedua orang tuanya.

Banyaknya menu makanan yang tertata rapi diatas meja makan, membuat Aurel bingung memilih mana yang akan dia makan untuk sarapan pagi ini. Karena terlihat enak semua Aurel ingin mengambil semua menu makanan dan menjadikan satu di piringnya.

Tapi, gadis cantik itu kemudian hanya mengambil satu menu kesukaannya yang juga dimasakkan oleh mamanya.

"Aurel mama kamu bilang, kamu sudah punya pacar? Papa boleh dong dikenalin sama laki laki yang berhasil mengambil hati putri cantik papa ini," ucap Erwan yang langsung membuat Aurel menatap ke arah mamanya yang hanya tersenyum kearahnya.

"Papa kok dengerin mama sih.. Aurel gak pacaran, dia bukan pacar Aurel, pa," sahut Aurel membenarkan bahwa dia tidak pacaran dengan Rega.

"Oh, jadi belum pacaran. Tapi, ada rencana untuk pacaran kan?" tanya Erwan pada putrinya itu.

"Papa kok jadi sama kayak mama sih. Udahlah Aurel berangkat dulu," Aurel mengambil tas yang dia taruh dikursi samping kanannya dan berpamitan dengan kedua orang tuanya.

Kakinya melangkah keluar rumah dan didepan rumahnya sudah ada Meisha dan Amira yang baru saja datang diantar sopirnya Meisha.

"Tumben pas banget datangnya," Ucap Aurel ke Meisha dan Amira.

"Biar langsung berangkat sekolah dan nggak lama lama." sahut Amira.

"Jadi biasanya nunggu aku kalian berdua kelamaan?" tanya Aurel pada kedua sahabatnya itu.

"Ya nggak gitu juga, intinya biar langsung berangkat udah gitu aja," jawab Meisha tidak ingin berbicara lama lama, keburu telat sekolah nantinya.

Mereka bertiga pun akhirnya berangkat ke sekolah seperti biasanya dengan diantar pak sopirnya Aurel.

Disisi lain Rega yang sudah siap didepan rumahnya masih mengelap kaca motornya agar terlihat bersih dan kinclong serta tidak akan di sindir oleh mamanya yang sangat bersih dan disiplin itu. Sementara Farah yang melihat putranya rajin mengelap kendaraannya merasa bangga.

"Setiap hari seperti ini kamu sendiri yang untung. Lihat jadi kinclong dan nggak kotor," ucap Farah ke Rega.

"Rega setiap pagi dan sore rajin seperti ini loh ma, mama baru tau? Wah wah wah kebangetan sih," sahut Rega dramatis sembari mengelus dadanya bagaikan orang yang tengah takjub.

"Alay banget kamu, orang mama baru lihat satu kali ini kok. Biasanya juga pak sopirnya mama kamu suruh," ujar Farah apa adanya.

Memang benar Rega jika memang benar benar lelah dan tidak sempat membersihkan motornya dia lebih memilih untuk menyuruh sopir mobil untuk sekalian membersihkan motornya saat sedang mencuci mobil mamanya.

Rega melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 06:32 dia langsung buru buru mengambil helm dan berpamitan dengan mamanya sebelum berangkat ke sekolah.

"Hati hati jangan ngebut Rega!!" teriak Farah pada Rega yang sudah melajukan motornya meninggalkan halaman depan rumahnya.

Dalam perjalanan Rega sangat cemas jika dia telat lagi maka dia akan dihukum untuk sekian kalinya. Sementara Aurel yang sudah sampai di sekolahan manik matanya hanya melihat Andrian, Beni, Reza dan, Yoga. Dalam batinnya,

"Dimana Rega? Telat lagi?" batin Aurel bertanya tanya.

Baru saja Aurel akan melangkahkan kakinya menuju kelasnya dia mendengar suara motor yang sangat dia kenal. Siapa lagi kalau bukan Rega yang baru sampai dengan wajah khawatir akan telat padahal dia tepat waktu.

"Lo habis dikejar polisi?" tanya Reza pada Rega.

"Nggaklah, gue anak baik polisi nggak doyan juga sama gue," jawab Rega sok santai padahal awalnya dia takut akan telat sekolah.

Bisa bisanya Rega yang dulunya sangat santai bahkan berangkat jam 7 dan baru sampai sekolah jam 8, sekarang menjadi berubah drastis dan lebih menghargai waktu. Aurel yang berhenti melangkahkan kakinya, membuat Amira dan Meisha ikut melihat arah pandangan mata Aurel yang sekarang tertuju pada Rega yang tengah ngobrol dengan sahabatnya.

"Ekhem..nggak jadi ke kelas?" tanya Meisha pada Aurel,

Aurel kembali melangkahkan kakinya menuju kelas, membuat Meisha dan Amira tertawa bersamaan melihat tingkah Aurel yang mulai memperhatikan Rega.

Sampainya mereka bertiga di dalam kelas Aurel di gencar pertanyaan oleh kedua sahabatnya itu yang sekarang duduk disamping kanan kirinya.

"Kamu udah suka beneran sama Rega?" tanya Amira pada Aurel.

"Udah sedalam apa rasa suka kamu sama Rega?" tanya Meisha pada Aurel.

Aurel menghembuskan nafas kasar.

"Kalian berdua sekongkol buat tanya soal Rega ke aku?" tanya Aurel pada kedua sahabatnya itu.

"Nggak kok," jawab Amira dan Meisha bersamaan.

"Terus kenapa kalian berdua kompak tanya ke aku? Kalau nggak sekongkol namanya apa?" tanya Aurel pada kedua sahabatnya, alih alih tidak ingin terciduk oleh kedua sahabatnya itu.

"Kalau sekongkol kita bukan penjahat yang mau menculik kamu," jawab Amira lebih dari jelas.

"Udah deh jawab aja dengan jujur, tadi kamu berhenti dan malah merhatiin Rega yang baru datang. Kamu udah suka kan sama Rega?" tanya Meisha pada Aurel, langsung membuat Aurel kicep.

Meisha dan Amira malah tersenyum senang pada Aurel.

"Diam berarti iya!" ucap Meisha dan Amira bersamaan.

Sudahlah Amira dan Meisha bukan anak kecil yang bisa dibohongi atau dielakkan saat berbicara. Aurel tidak bisa berbohong kepada sahabatnya bahkan sama dirinya sendiri dia harus siap mengakui bahwa dia benar benar sudah jatuh hati pada Rega.

Jam pelajaran pertama dimulai, baik kelas Aurel dan Rega semuanya mengikuti dengan baik. Di kelas Rega saat ini adalah waktunya pengumpulan tugas rumah, mata pelajaran matematika yang ditugaskan seminggu yang lalu oleh guru mapel matematika.

"Lo udah selesai?" tanya Rega pada Andrian.

"Udah," jawab Andrian

"Kok gue belum ya?" tanya Rega pada Andrian kedua kalinya.

"Rebahan mulu dirumah sampai lupa tugas sekolah," jawab Andrian polos.

"Idih sok polos lo!" kesal Rega pada Andrian.

"Gue memang begini dari atas," ucap Andrian.

"Atas genteng," gumam Rega sembari menoleh ke arah depan dan melihat teman temannya yang dihukum oleh guru mapel matematika karena tidak mengerjakan tugas.

Guru mapel matematika sedang meneliti siapa yang belum mengumpulkan tugas menemukan nama Rega putra Hariwijaya dengan jelas dibuku penilaian. Sepasang mata wanita paruh baya itu mencari keberadaan anak muridnya yang belum mengerjakan tugas matematika yang diberikan seminggu yang lalu.

"Kamu!" tegas Bu Sari menunjuk Rega.

"Saya Bu?" tanya Rega pada gurunya itu.

"Iya, Rega putra Hariwijaya!!" jawab Bu Sari lagi.

"Oh iya, ada apa Bu?" tanya Rega pura pura tidak paham maksud dari gurunya itu.

"Ada apa, ada apa?! Maju kamu kedepan. Belum mengumpulkan tugas kok masih duduk santai!" jawab Bu Sari tegas sekaligus geram dengan muridnya laki lakinya satu ini.

Rega kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan kedepan berbaris dengan teman temannya yang juga tidak mengumpulkan tugas matematika yang diberikan oleh Bu Sari seminggu yang lalu. Bu Sari menatap tajam ke 5 muridnya yang tidak mengerjakan tugas yang dia berikan.

"Ibu kasih waktu kalian seminggu, dan belum selesai? Bahkan tidak mengerjakan sama sekali?!" tanya tegas Bu Sari ke anak muridnya itu.

"Lupa, Bu. Karena tugasnya banyak," jawab salah satu anak muridnya.

"Seharusnya kalian mengerjakan setelah ibu Sari memberikan tugas hari itu juga!"