Sepulang sekolah Aurel, Meisha dan, Amira berhenti di warung bubur ayam untuk membelikan Oma Meisha yang kepengen banget bubur ayam. Aurel yang sedari tadi senyum ke arah Meisha membuat Amira bingung, kenapa Aurel tersenyum tidak jelas pada Meisha.
"Aurel kenapa senyum terus dari tadi? Obatnya habis ya?" tanya Amira pada Aurel.
"Aku nggak gila ya, ngomongnya agak diralat sedikit," jawab Aurel mengalihkan pandangannya pada Amira.
"Habisnya dari tadi senyum ke Meisha, kan aku jadi was-was. Kali aja Aurel kesambet," ucap Amira dramatis.
Meisha kemudian melihat ke Aurel yang tersenyum dengan memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Kenapa senyum terus ke aku? Ada yang salah di wajah aku atau kamu yang udah memang gila?" Meisha bertanya tanya pada Aurel sembari memasang muka datar.
"Aku mikirnya gini, kalau bubur ini Sampai di Oma, pasti bakal nebak yang beliin Reza," jawab Aurel yang lagi lagi menyangkut Reza.
"Ya tinggal iya in aja sih," ucap Meisha dengan santainya.
"Reza? Apa hubungannya sama Reza?" tanya Amira yang tidak paham dengan perbincangan Aurel menyebut nama Reza.
"Gini loh jadi--"
"Bubur ayamnya mbak sudah siap," potong penjual bubur ayam itu yang sudah selesai membungkus bubur ayam.
Setelah menerima pesanannya, Meisha kemudian membayar dan langsung berjalan menuju mobil Aurel untuk segera pulang.
Amira yang masih belum mendapatkan jawaban dari pertanyaan nya merasa kesal dan memilih diam saja, dalam pikirannya nanti Aurel dan Meisha juga akan memberitahu nya tentang Reza yang dikaitkan dengan Meisha.
Selesai Aurel mengantarkan Meisha sampai dirumah, dia pun pulang kerumahnya dan langsung ganti baju untuk segera istirahat. Sementara itu, atau lebih tepatnya di rumah Rega yang saat ini sudah dipenuhi dengan Andrian, Reza, Yoga dan, Beni yang tengah bermain di rumahnya.
"Jadi, lo udah siapkan dari 2 hari sebelum camping bulan depan buat nembak Aurel?" tanya Yoga pada Rega yang tengah minum es teh buatan mamanya.
"Kurang lebih ya sekitar 2 hari lah, dan kalian semua harus bantu gue," jawab Rega.
"Gampang, kita bantu lo kalau ada tiket gratis makan di restoran seafood langganan tante Farah yang kita pernah diajak dulu waktu SMP," ucap Reza yang mengingat Restoran dengan menu ter enak dan lezat.
Memang dulu sewaktu SMP Farah mengajak ke 4 sahabat Rega untuk makan bersama di restoran seafood dengan menu yang jauh dari kata tidak enak, nyaris semuanya sempurna, begitu juga dengan harganya yang bikin takjub. Mungkin nanti, setelah Rega berhasil menyatakan perasaannya pada Aurel, dia akan mentraktir sahabatnya di restoran seafood itu.
Farah berjalan dari dapur membawakan jus buah untuk sahabat putranya, dan langsung diterima oleh Beni.
"Tante Farah baik banget sama kita, sampai dibuatkan jus buah. Hehe terimakasih tante," ucap Reza pada Farah.
"Iya sama sama, dihabiskan ya," sahut Farah yang kemudian berjalan kembali ke dapur untuk masak.
"Minum sampai habis, setelah udah habis kalian buruan pulang," ucap Rega pada Andrian, Reza, Yoga dan, Beni yang minum jus langsung tersedak karena ucapan Rega.
Terutama Reza memberikan tatapan maut untuk Rega, yang kedua kalinya mengusir keberadaannya di rumah Rega. Yang diberi tatapan maut itu hanya tertawa menertawakan Reza, fikirnya tidak seram malah seperti pelawak dadakan.
"Ketawa lagi... ini kedua kalinya loh si Rega ngusir kita terutama gue lagi," kesal Reza pada Rega.
"Ya mata gue tak enak memandang lo," ucap Rega asal.
"Ganteg ganteng gini katanya gaenak dipandang, ngasal banget kalau ngomong," sahut Reza tak terima dengan perkataan Rega.
Sementara Andrian, Yoga dan, Beni hanya diam dan menyimak. Tiba tiba dipikiran Beni teringat dengan Vando yang dicafe beberapa hari yang lalu saat berkumpul dengan mereka dan saat itu Vando memerhatikan Aurel dengan pandangan berbeda.
"Lo semua inget nggak waktu kita sama Vando juga di cafe dan ketemu Aurel disana?" tanya Beni pada Rega, Andrian, Reza dan, Yoga.
Tentu mereka semua ingat karena baru beberapa hari yang lalu, mereka semua berkumpul makan bersama di cafe dan ditraktir oleh Vando.
"Inget lah," jawab Andrian.
"Gue merhatiin Vando, dia mandangin Aurel tanpa menoleh kanan kiri. Gue curiga juga kalau dia suka sama Aurel," ucap Beni dengan jelas dan membuat Rega terkejut.
"Yang bener lo?" tanya Rega memastikan.
"Ngapain gue bohong, nggak guna banget," jawab Beni jujur.
Rega kemudian terdiam dan kemudian berfikir. Bisa saja Vando suka dengan Aurel karena seingatnya juga, setiap kali Vando bertemu dengan gadis yang cantik pasti langsung terpikat. Rega kemudian mengingat kembali saat tadi dikantin sekolah Aurel sempat ingin bertanya pada dirinya dan juga sahabatnya itu.
Mungkinkah Aurel ingin bertanya tentang nama cowok yang memperhatikan Aurel saat dicafe? Rega tidak tau sama sekali. Rega langsung memiliki ide untuk membuktikan ini benar dan Beni tidak berbohong. Dia akan mengajak Aurel makan di cafe yang beberapa hari yang lalu mereka kunjungi.
"Nanti malam gue akan ajak Aurel untuk makan dicafe itu dan tanya langsung ke dia," ucap Rega dengan penuh keyakinan dan juga senang dalam hatinya karena bisa makan berdua bersama Aurel.
Dirumah Aurel, Hilda tengah menyiram koleksi tanamannya. Mulai dari bunga mawar, pohon kelengkeng yang masih kecil, dan beberapa jenis bunga lainya yang Hilda tanam di halaman depan. Sementara Aurel yang baru keluar dari kamarnya, dia berjalan ke bawah mencari mamanya.
Manik cantiknya itu mendapati seorang wanita paruh baya yang sedang menyiram tanaman dihalaman depan, sembari menikmati angin sepoi sore hari.
"Mama tumben menyiram tanaman," ucap Aurel di ambang pintu depan rumahnya.
Hilda menoleh ke belakang dan mendapati putrinya yang belum mandi, dan masih muka bantal karena sepulang sekolah langsung tidur.
"Kamu belum mandi?" tanya Hilda pada putrinya itu.
Aurel tersenyum tidak berdosa dan mengangguk pelan.
"Belum ma," jawab Aurel jujur.
"Mandi sekarang atau mama mandiin disini pakai selang yang biasa dibuat bersihin mobil," ujar Hilda pada Aurel, langsung membuat Aurel lari ke kamarnya lagi untuk mandi agar mamanya tidak marah.
Tidak jauh dari Rega yang juga sama seperti Aurel, namun lebih sering Rega yang telat mandi hanya karena alasan malas. Tapi jika ada kepentingan mereka lebih mendahulukan mandi.
Aurel yang sekarang sudah berada di kamarnya tengah mencari baju, heandphone nya berbunyi dia lantas berjalan ke arah laci dekat kasurnya dan mengambil heandphone nya yang tertera nama Rega disana. Aurel mengangkatnya dan terhubung dengan Rega.
"Kenapa telfon gue?" tanya Aurel pada Rega yang langsung ke intinya.
"Santai lah, nanti gue jemput lo dan lo harus siap karena ada yang perlu gue bicarakan sama lo" jawab Rega dalam telefon.
"Harus banget ya?"
"Wajib!" Rega memutuskan sambungan telepon sepihak.
Sementara Aurel berpikir kenapa Rega mengajaknya keluar malam, karena nggak biasanya Rega seperti ini. Ya jelas lah Rega baru mengajaknya karena dulu lebih sering bertengkar daripada akur seperti ini. Aurel kemudian segera mandi dan bersiap agar saat Rega sampai menjemputnya, mereka langsung jalan dan Aurel tentu sangat penasaran apa yang ingin Rega bicarakan dengannya.
Disisi lain, Dania yang juga akan keluar malam bersama dengan sepupunya yang baru datang dari luar kota juga berencana untuk pergi ke cafe malam ini. Dan cafe tujuan Dania sama dengan tujuan Rega yang akan mengajak Aurel ke sana.