Chereads / EXTRAORDINARY LOVE / Chapter 4 - Chapter 4

Chapter 4 - Chapter 4

Selesai Rega mengantar Aurel dia pulang kerumahnya memarkir motornya di garasi rumahnya, kakinya melangkah masuk ke dalam rumahnya saat dia membuka pintu matanya mendapati ke 4 sahabatnya yang sudah berada dirumahnya main game PS serta ngemil beberapa camilan dimeja.

"Sejak kapan kalian di sini? ada yang ngundang?" Tanya Rega ke semua sahabatnya itu.

"nggak ada," jawab Yoga santai sembari makan cemilan kacang.

"Terus kenapa buat kotoran di rumah gue dan mainin PS gue? emang mama ngizinin?" Tanya Rega mengintrogasi.

"Di izinin kok sama tante Farah, kalau nggak izin juga mana mungkin kita semua ada disini, ya kan bro?" jawab Reza menepuk bahu Andrian.

Rega menghembuskan nafas kasar mengusap wajahnya frustasi, bisa bisanya Rega tetap betah memiliki sahabat macam Yoga, Reza, Beni, dan, Andrian.

"Woi mau kemana lu?" Tanya Beni dengan nada sedikit berteriak

"Mandi, lo mau ikut." Jawab Rega yang berlalu dari para sahabatnya.

Rega berjalan ke lantai satu ke lantai dua melewati tangga rumahnya, sementara para sahabatnya itu masih asyik bermain PS dan memakan cemilan bersama-sama tanpa Rega yang masih membersihkan badan selepas kehujanan tadi.

Di dalam kamar Rega merebahkan tubuhnya di atas kasur mewahnya dan menutup kedua matanya. dalam pikirannya kenapa tadi dia bisa baik kepada Aurel yang jelas-jelas Aurel bersifat ketus kepadanya.

"Arghh bodo, yang penting anak orang selamat." gumamnya.

Rega kemudian melepas jaketnya dan sepatunya, dia berjalan menuju kamar mandinya dan membersihkan badannya. Sementara itu, di bawah Reza, Yoga, Andrian dan, Beni menunggu Rega sang tuan rumah selesai membersihkan badan di kamar.

"Kira kira tadi Rega berantem gak ya waktu di halte?" Tanya Reza ke sahabatnya.

"Mana gue tau," jawab Beni sembari mengangkat bahu.

"Tapi firasat gue kayaknya gak deh," ucap Reza.

"Seyakin itu lo?" Tanya Yoga ke Reza.

"Lah kalaupun berantem alesannya apa? toh juga Rega baik tadi walaupun sekali." Jawab Reza

"Daripada menebak dan belum tentu benar, kita tanya aja ke Rega langsung." Saran Andrian yang masih fokus ke game PS itu.

Reza mengangguk mengiyakan perkataan Andrian, tak lama mereka menunggu akhirnya Rega turun dari kamarnya dan sudah berpakaian tidak seperti tadi yang sedikit basah.

Rega kemudian duduk di samping Beni yang sedang melihat video game online mobile legends dihandphone milik Beni. sementara itu Reza yang tadinya duduk di bawah ikut duduk di atas shofa untuk menanyakan hal yang ia ingin tahu  sebelum Rega bergabung bersama mereka di sini.

"Ga, gue mau tanya." ucap Reza membuka suara.

"Tanya aja langsung," sahut Rega yang masih fokus melihat ke arah handphone Beni.

"Lo tadi perang gak sama Aurel waktu di halte depan sekolah?" Tanya Reza langsung ke intinya ke Rega.

Rega yang awalnya fokus dengan game milik Beni lantas dia mengalihkan perhatiannya ke sahabatnya satu ini.

"Seperti biasa gue sama Aurel berdebat tapi tidak separah pagi tadi," jawab Rega apa adanya.

"Wah jadi tadi lo berdua akur dong." Mata Reza berbinar mendengar jawaban Rega.

"Akur gundulmu!" ketus Rega.

"gue sempet debat tapi habis itu hujan dan dingin banget.gue sebagai cowok walaupun berandal dimata dia, tetap punya rasa iba." jelasnya kemudian.

"Bentar lagi ada traktiran jadian nih pajak pajak," ucap Yoga sembari tertawa.

"Bisa-bisanya lo bilang kalau gue mau jadian sama Aurel, yang jelas-jelas Aurel kalau ketemu gue udah kayak harimau betina, ganas banget." sahut Rega.

"Lah siapa tahu kalau nanti tiba-tiba ada keajaiban atau mukjizat dari tuhan, lo bisa menjinakkan Aurel dan Aurel bisa jatuh cinta sama lo," gamblang Reza.

Rega mengangkat alisnya sebelah kanan, menatap Reza dengan tatapan sinis karena perkataan Reza barusan sangat tidak mungkin di dalam pikiran Rega. Rega bisa berpikir seperti itu, karena faktanya Aurel memang tidak pernah akur dengannya.

"Kalau lo nggak percaya, ya kita lihat seiring berjalannya waktu. gue yakin kalau nanti Aurel akan jatuh cinta sama lo dan lo juga jatuh cinta ke Aurel." tambah Reza.

"Terserah deh terserah. Lo mau ngomong apapun itu gue nggak yakin seratus persen!" ucap Rega dengan keyakinannya.

"Udah udah, nanti kalau emang iya kita juga bakal ditraktir.ya kan ga?" tanya Beni ke Rega sembari menepuk bahu Rega.

Rega membalasnya dengan memutar bola matanya malas, kemarin malam dia mimpi  apa sampai sahabatnya sendiri mengatakan kalau dia bakal jadian sama Aurel bahkan jatuh cinta.

Jelas banget kalau Aurel bebuyutannya yang setiap kali kalau ketemu dengan nya pasti akan ribut dan berantem bagai perang dunia.

"Banyak lo ga yang sering berantem seperti lo dan Aurel kemudian saling suka, bahasa bucinnya benih cinta tumbuh dengan sendirinya." ucap Reza dengan nada alay.

"Sekarang kalau kalian tidak ada urusan lagi di rumah gue, dan tidak ada lagi yang ingin kalian sampaikan pintu gue ada di sana kalian dipersilakan pulang termasuk lo Reza." sahut Rega final karena sudah muak dengan omongan Reza dan juga candaan dari para sahabatnya itu yang tak jauh dari nama Aurel.

Adrian teringat akan perbincangan tadi waktu di kantin bahwa mereka sepulang sekolah akan nongkrong di basecamp yang biasanya tempat berkumpul, namun karena hujan mungkin Rega, Beni, Reza dan, Yoga lupa ditambah permasalahan Rega dan Aurel tadi.

"Kita nggak jadi ke basecamp apa ya?" Tanya Andrian.

"Gak, kan udah kumpul dirumah gue." jawab Rega singkat, jelas dan, padat.

"Lo beneran ngusir kita?" Tanya Beni memastikan.

"Emang wajah gue bercanda? ya beneran lah udah sana pada pulang!" Jawab Rega dengan wajah datarnya.

Farah yang mendengar obrolan putranya dengan para sahabat putranya itu kurang mengenakkan, dia lantas menghampiri putranya dan para sahabat putranya yang masih berdiri di tempat yang sama.

"Rega apa-apaan kamu ngusir sahabat kamu sendiri! mama nggak pernah ngajarin hal seperti itu loh," ucap Farah yang menatap tajam mata Rega.

"Yang salah kita tante, kita minta maaf karena kita Rega jadi marah dan ngusir kita. Rega nggak salah kok tante," Sahut Yoga.

"Ya meskipun Rega marah sama kalian tapi nggak seharusnya Rega mengusir kalian." ucap Farah sembari memperhatikan Rega dan beralih ke Yoga, Reza, Beni dan, Andrian.

"Udahlah, Ga. Lo jangan kayak cewek lagi pms, gitu aja kok marah," Ucap Reza sembari menepuk bahu Reza.

"Oke kalau gitu kita pulang dulu tante, besok kita main kesini lagi dan besok kita semua jemput lo di depan gerbang jadi lo harus berangkat tepat waktu jangan sampai lu dihukum lagi sama pak Handoko karena  sering telat." Tambah Reza.

Mendengar perkataan Reza barusan membuat Rega membelalakan matanya, takut kalau uang jajannya dipotong oleh mamanya karena dia tidak mematuhi aturan sekolah dan sering dihukum karena telat.

Farah yang berdiri tepat di samping putranya itu langsung menjewer telinga Rega, Rega langsung meringis kesakitan karena jeweran mamanya lebih kuat dari cibiran tetangga.

"Permisi tante kita pulang, see you Ga." pamit Beni ke Farah dan Rega yang sekarang sedang diberi hukuman jeweran oleh mamanya sendiri.

Yoga, Reza, Beni, dan, Andrian pun melangkahkan kaki bersamaan keluar dari rumah Rega.

Sementara Rega masih di jewer mamanya dan di kasih pertanyaan berbondong bondong.

"Berapa kali kamu telat?" Tanya Farah ke Rega.

"Gak tiap hari kok ma, beneran." Jawab Rega sembari mengangkat kedua jarinya telunjuk dan tengah sembari memberi cengiran tak berdosa.

"Mama tanya berapa kali kamu telat! 1 kali  apa 5 kali?" tanya Farah untuk kedua kalinya.

"Kelas 10 kemarin 10 kali dan kelas 11 ini 20 kali ma hehe," jawab Rega jujur.

"Kamu pikir ini main main dan sepele?kalau mama sama papa dipanggil ke sekolah untuk menghadap kepala sekolah gimana?kamu mau malu maluin mama sama papa." Ucap Farah memarahi putra semata wayangnya itu.

"Enggak ma, Rega meskipun sering telat tapi Rega jalanin hukuman dari pak Handoko.Rega gaakan biarin mama malu karena ulah bandel Rega ma." Jelas Rega agar mamanya mengerti meskipun dia tetap salah.

Farah memalingkan wajahnya dari Rega.

"Mama merasa gagal mendidik kamu agar menjadi disiplin Ga," ucap Farah yang ditunjukkan khusus untuk Rega.

"Bukan mama yang gagal, Rega aja yang bandel ma.maafin Rega," Rega berlutut dibawah Farah dan mencium punggung tangan Farah.

Air mata Farah keluar dengan sendirinya, sungguh dia merasa benar benar gagal dalam mendidik Rega. Sebelumnya dia berfikir kalau Rega datang ke sekolah tepat waktu dan tidak telat.

Ternyata salah, putranya itu malah sering terlambat dan tentunya ketinggalan pelajaran.

"Mama maafin kamu, tapi kamu harus janji ke mama kalau kamu tidak akan mengulangi kenakalan kamu ini." Farah memaafkan Rega dan menasehati Rega agar tidak melakukan kesalahan yang sama.

Kepala Rega yang tadinya menunduk sekarang mendongak tersenyum bahagia karena mamanya memaafkan kesalahan bodohnya itu.

"Iya ma Rega janji bakal disiplin dalam sekolah," ucap Rega bersungguh sungguh.

Farah tersenyum dan merentangkan kedua tangannya memeluk putranya itu.

"Jangan bandel sayang, kamu udah besar dan harus mendengarkan perkataan mama oke." tutur lembut Farah ke Rega.

Rega menganggukkan kepalanya bagai anak kecil yang sedang di marahi oleh mamanya. Memang di mata Farah, Rega masih anak kecil meskipun sudah besar. Tapi Farah tidak mau anaknya nakal seperti anak berandal diluar sana.

****

Keesokannya di rumah Aurel sudah ada Meisha dan Amira yang menunggu Aurel selesai bersiap dan akan berangkat sekolah bersama, Amira yang melihat sopir Aurel sedang mengelap kaca mobil dia pun menghampiri dan bertanya kenapa kemarin sampai bisa tidak menjemput Aurel disekolah.

"Pak sopir," panggil Amira ke sopir Aurel.

Sopir Aurel pun menoleh ke belakang dan mendapati gadis cantik berambut panjang bergelombang itu dengan tinggi sebahunya, Amira memang pendek teman teman.

"Iya, ada apa non Amira?" Tanya ramah pak sopir itu ke Amira.

"Amira mau tanya ke pak sopir," jawab Amira.

"Silahkan " ucap pak sopir

"Kemarin kenapa gak jemput Aurel, Amira dan, Meisha?"