Chereads / Nadia Secret Admire si Boss / Chapter 23 - BAB 23 Gagal Fokus

Chapter 23 - BAB 23 Gagal Fokus

Kalau dihitung-hitung memang waktunya masih lama. Tiga jam bagi orang lain lama, tapi tidak bagi Nadia.

Perhitungan Nadia, waktu yang ditempuh dari rumah sakit, kost lalu kantor. Belum waktu yang akan ia habiskan untuk mandi, bersiap diri lalu sarapan.

Nadia juga harus sampai kantor sebelum para client tiba. Jika Roni mengatakan meeting jam 9 maka setidaknya ia harus sampai jam setengah delapan.

Di hari biasa saja, Nadia akan berangkat kerja pagi-pagi sekali. 

Selain itu banyak hal yang harus ia siapkan pagi ini. Mulai dari ruangan harus bersih. Dia akan mengawasi OB untuk membersihkan ruangan dengan sangat bersih. Tak boleh sedikit saja debu menempel dan juga makanan tak luput dari perhatian Nadia. Pisang yang dihidangkan cacat sedikit saja ia minta untuk diganti.

Ia bahkan memperhitungkan jika ada kejadian tidak terduga. Misal macet di jalan.

Nadia melirik ke arah Adit.  Ia tampak  menggerakkan kepalanya pelan, tapi tidak bangun. 

"Wah kasian dia kalau sampai terbangun," bisik Nadia pelan.

Tiba-tiba seorang perawat masuk. "Permisi Bu, saya minta izin mau ganti infus Pak Adit," pintanya.

"Oh, iya silahkan," balas Nadia.

"Sus, kenapa pacar saya belum bangun ya? Apa tidak apa-apa?" imbuhnya.

"Pak Adit sudah bangun Bu pagi tadi, mungkin sekitar jam setengah enam tadi. Tapi beliau tidak mau membangunkan Anda yang masih tertidur," ungkap perawat berbaju putih hijau itu.

Nadia mengangguk mengerti. "Oke, makasih ya sus."

"Iya Bu. Sudah selesai saya permisi dulu Bu," pamitnya, sambil merapikan alat yang ia pakai untuk menganti infus Adit.

Agar Adit tidak terganggu, Nadia sengaja berjalan berjinjit untuk keluar dari kamar Adit. Ia bahkan menutup pintu  pelan. 

Setelah sampai di luar kamar ia memesan ojek online. Lalu berjalan cepat agar tidak terlambat sampai kantor, karena sebelumnya ia harus pulang ke kost dan bersiap-siap terlebih dahulu.

Untung saja ojek online yang ia pesan cepat datang, jadi Nadia masih punya waktu untuk bersiap-siap.

Nadia sudah sampai di kost, tidak butuh waktu lama kini ia sudah siap untuk pergi ke kantor. 

Tidak seperti hari biasanya, hari ini Nadia memutuskan akan membeli sarapan di jalan.

Nadia sudah mandi. Ia juga telah memakai make-up yang ia pakai seperti biasanya, meski tidak dapat menutupi mata panda karena kurang tidur. Tapi ia tidak peduli.

Nadia meraih kunci motornya yang ia letakkan di atas kulkas.

Untung saja Nadia rajin menabung selama ini. Ia sisihkan gajinya untuk membeli sebuah motor matic berwarna merah.

Jadi ketika Adit sakit seperti ini. Ia tetap bisa pergi ke kantor dengan cepat, tanpa takut telat.

Sebenarnya gajinya menjadi sekertaris lebih dari cukup untuk membeli sebuah mobil. Tapi ia harus mengalah hanya membeli sepeda motor saja.

Saat ini dia bekerja bukan hanya untuk dirinya sendiri. Melainkan dia harus membiayai kuliah adiknya yang sangat mahal.

Nadia juga menabung untuk melanjutkan S2-nya nanti, dan itu bukan biaya yang sedikit.

Ia tidak bisa hanya mengandalkan ayahnya  saja. Karena uang pensiun dari ayahnya tidak akan cukup untuk menguliahkan adiknya, apalagi ayahnya sudah mulai sakit-sakitan, sedang ibunya hanya ibu rumah tangga biasa.

Nadia menghela napas. Ia harus menyemangati dirinya sendiri. 

"Semangat!" Serunya. Sambil mengepalkan tangannya.

Nadia menaiki motornya. Dan ternyata kuncinya masih bergantung di sana. Dia langsung menyalakan mesin motornya tanpa berpikir yang aneh-aneh.

Ceklek,

Brem! 

Motor Nadia  melaju pelan. Sekitar jalan 500 meter Nadia berhenti untuk membeli sarapan seperti yang ia rencanakan tadi. 

Nadia kini duduk di kursi bawah pohon besar, sambil memakan sepotong roti dan sebotol air mineral untuk sarapan.

Nadia melihat ke arah jam tangan kesayangannya. Masih banyak waktu. Ia lalu merogoh tasnya dan mengambil ponselnya.

Sebenarnya ia hanya ingin mengecek apa ada pesan untuknya. Tapi tidak sengaja ia memencet tombol status milik tetangganya, Mbak Leni. 

Dalam statusnya Mbak Leni sedang kehilangan motornya.

Nadia merobek plastik putih transparan berisi sepotong roti di dalamnya. Lalu ia makan.

Nadia mengerutkan keningnya."Kasian Mbak Leni. Semoga cepat ketemu," ucap Nadia. Seingat Nadia motor tetangganya itu sama persis seperti miliknya. 

Roti Nadia telah habis, ia lalu meminum sedikit air mineralnya. Dan bergegas pergi ke kantor. Ia takut terjebak macet.

Nadia merogoh saku celananya untuk mengambil kunci motornya, lalu berjalan sekitar 5 langkah dari tempatnya duduk tadi. 

Tapi ada hal yang aneh mengganggu pandanganya. Saat ini dia sedang memegang kunci motornya. Tapi mengapa di motornya juga sudah ada kunci yang masih menempel.

Mata Nadia membulat.

"Kok kuncinya 2?" 

"ASTAGA! Aku malingnya?!" ucapnya kaget. Nadia menepuk jidatnya sendiri, menyao betapa cerobohnya ia.

Ternyata Nadia salah mengambil motor milik tetangganya. Yang ia parkir di depan kostnya, sedang motornya sebenarnya belum ia keluarkan sama sekali dari dalam kost.

Nadia belum pernah seteledor ini sebelumnya. Rasa panik bercampur lelah membuatnya harus mengalami kejadian konyol seperti pagi ini.

Dengan langkah malu Nadia kembali ke kost, berniat mengembalikan motor milik Mbak Leni tetangga kostnya.

Saat tiba di kost semua orang telah berkumpul di sana. Mereka mencari motor Mbak Leni yang tidak sengaja Nadia bawa tadi.

Nadia meringgis malu melihat mereka semua. 

Sementara Mbak Leni menangis sedih, mengira motornya telah dicuri orang.

"Ya Ampun Nadia, Kamu bikin kita semua panik tau gak!" Jerit Mbak Leni kesal sekaligus lega. Sebelumnya Nadia sudah chat Mbak Leni bahwa dirinya telah salah mengambil motor miliknya.

"Maafin Aku Mbak, motor kita sama, Aku gak sadar salah motor tadi." ucapnya terkekeh.

Suara mereka yang mencari motor Mbak Leni tadi bersahutan menyalahkan keteledoran Nadia. Tapi wajar saja ini memang salah Nadia.

"Lagian Kamu gak biasanya kayak gini Nad, Kamu kenapa sih?" tanya Mbak Leni mulai tenang.

"Aku gak papa kok Mbak," jawab Nadia tersenyum kecut menggigit sedikit bibirnya. 

Nadia hanya mengobrol sebentar. Ia tidak punya banyak waktu. Ia segera mengambil motornya untuk pergi ke kantor. Ia tidak mau mendapatkan masalah karena keterlambatannya.

Nadia punya fisik yang kuat. Dia mampu menghadapi rintangan juga lelahnya meski dalam tekanan sekalipun. 

Nadia berhenti sejenak di depan pintu sembari memanaskan motornya. 

Saat ini Nadia sangat menurut pada perintah bosnya. Ia tidak ingin dipecat atau terkena masalah. Ia sadar akan tanggung jawabnya. 

Nadia menutup pintunya, lalu menguncinya dengan teliti.

Sebelum ia pergi ia juga kembali meneliti  motornya.

Setelah semua beres ia lalu menyempatkan diri bercermin di kaca spionnya, ia mengecek dirinya sendiri siapa tahu ada sesuatu yang salah. Kali ini dia harus fokus agar tidak ada masalah lagi.

Setelah dirasa semua sudah sesuai ia lalu melangkah pergi dengan motornya. 

Ia melajukan motornya kencang, karena ia hanya punya waktu satu jam untuk sampai kantornya.