Pukul 22:00 tepat. Nea sudah tiduran di ranjangnya yang empuk dan hangat.
Namun ia belum bisa memejamkan kedua matanya. Nea masih mengamati jam digital di atas meja nakas yang bisa menyala saat kamarnya gelap. Tubuhnya miring ke kanan dengan nyaman dan mendekap guling empuk.
Nea masih memikirkan pertengkarannya dengan Gilang tadi. Padahal perasaannya masih bimbang, malah harus menghadapi hal seperti ini.
Ponselnya sejak tadi sore Nes biarkan mati saja. Ia hanya sempat memberitahu Lita melalui messenger yang ada di laptopnya. Memberitahu Lita bahwa ponselnya akan off sampai besok, jadi Nea minta jangan ada yang menghubunginya malam ini. Karena Nea sangat yakin, Gilang pasti memborbardir notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab.
"Dasar!! Nggak kompeten!!" Gumam Nea dengan suaranya yang serak.
