Happy reading
Dia terhuyung di kursi, dan entah bagaimana mendarat di samping Rayn. "Aku sudah tidak tahan. Jangan pergi ke rumah salkit. Aku butuh air…"
Wajah imut Berlian membelai lengannya, menunjukan panas. Jakunnya naik turun saat Rayn bersuara dengan serak, "Oke, tunggu sebentar."
Rayn menepi di pinggir jalan dan mengambil sebotol air dari bagasi, lalu kembali ke mobil dan dengan hati-hati memberikan air minum ke Berlian.
"Berlian, ini airnya." Dia meneguk beberapa kali sambil berpegang pada tangan Rayn. Air dingin membasuh rasa panas di tenggorokannya untuk sesaat, tetapi hanya bertahan sebentar. Sensasi mati rasa dan panas mendidih, mengirimkan gejolak ke seluruh tubuhnya. Dia membuka jasnya karena tidak dapat menahannya.
"Rayn, aku benar-benar tidak enak badan." Rayn mengencangkan sabuk pengamannya dan berbicara dengan keras. "Bertahanlah. Kita akan segera sampai di rumah sakit."