Chereads / MAFIA And VEILED GIRL / Chapter 36 - 36. Terimakasih, Nona

Chapter 36 - 36. Terimakasih, Nona

"Harry."

Semua pelayan semakin khawatir mendengar tuannya memanggil tangan kanannya itu. Astaga ... nyawa mereka kini berada diujung waktu. Hanya tinggal menunggu Harry menyanggupi perintah Lucas dan semua selesai.

"Tuan ampuni kami," ujar salah satu pelayan. Sontak semua pelayan yang ada menatap tak percaya padanya. Astaga ... dia pelayan baru. Ini gawat, meminta ampun sama dengan mempercepat kematian. Kenapa dia sangat berani padahal baru bekerja beberapa hari? Astaga … ini sungguh menyebalkan!

Lucas tersenyum sinis memandang pelayan itu dan tepat saat itu Harry juga memberikan pistol kesayangannya. Ia lantas mulai mendekati pelayan itu.

"Kau minta ampun dariku?" tanya Lucas begitu berada tepat di depan pelayan itu.

Pelayan itu langsung mengangguk. Ia tak peduli dengan teman-temannya yang malah diam saja. Bukankah saat kita bersalah kita harus meminta maaf? Dan apa yang mereka lakukan justru akan semakin membuat tuan mereka marah. Mereka sungguh menginginkan kematian sebab tidak segera meminta maaf pada Lucas.

"Baiklah. Kali ini aku berbaik hati padamu."

Pelayan itu tersenyum sumringah. Ia melirik teman-temannya yang hanya menatap tak percaya dan khawatir padanya. Faktanya dia yang mendapatkan maaf dari tuannya. Mereka benar-benar bodoh karena tak mau meminta maaf.

"Terimakasih, Tuan," ucapnya seraya membungkukkan badan hormat.

Dorr! 

Tubuh pelayan itu tergeletak di lantai dengan kepala berlubang dibagian belakang. Lucas mengusap pipi kirinya yang terciprat darah sebab menembak dengan jarak dekat. Menatap sinis pada tubuh pelayan yang terjatuh di lantai dengan darah mengalir itu. Mereka benar-benar mempermainkan pekerjaan.

Para pelayan yang melihatnya semakin tertunduk dalam. Mereka tak berani berkutik di depan tuannya. Itu salah mereka karena teledor dan tak berhati-hati sampai ada yang ingin meracuni tuannya. Padahal mereka tahu betul bahwa Lucas bukan orang sembarangan tetapi masih saja ingin mencelakai.

"Apa yang terjadi?"

Mereka semua menoleh ke sumber suara. Di sana, seorang gadis cantik dengan pakaian tertutup mulai menuruni anak tangga dengan anggun dengan sorot mata terus menatap semua orang. Semua mata masih tertuju padanya kecuali satu, dia ... Lucas. Pria itu hanya diam dengan tatapan menusuk tanpa melirik atau menoleh pada gadis itu.

Zoa membungkam mulutnya begitu sudah di lantai bawah. Matanya menatap tak percaya pada dua mayat pelayan yang tergeletak di lantai. Mayat satunya mengeluarkan busa putih dari mulutnya dan mayat satunya penuh darah dari kepalanya. Ia lantas mengalihkan pandangan pada Lucas yang memunggunginya. Matanya menatap nanar pada tangan Lucas yang penuh bercak darah dan terdapat pistol digenggamannya. Ia perlahan mendekati Lucas.

"Kau yang membunuh mereka?" tanyanya tepat di samping Lucas. Wajahnya ia dongakkan agar bisa melihat wajah Lucas. Pria itu mengetatkan rahangnya.

Tak ada sahutan. Lucas masih diam tanpa mau menoleh ke arah Zoa. Bahkan semua orang yang ada di ruangan ini juga bungkam mengikuti tuannya.

Zoa menghela napas. Ekor matanya melirik Harry yang juga menatapnya dalam diam. Pria itu sama saja. Ia kembali mengalihkan pandangannya pada pistol ditangan Lucas. Lantas mengambilnya perlahan.

"Ini tidak benar, Tuan Lucas," ucapnya lembut seraya melihat pistol yang sudah beralih ke tangannya. Kini, tangannya juga kotor dengan darah.

Lucas menatap datar tangannya yang sudah melepaskan pistolnya. Masih dalam diam dengan tatapannya. Ia lantas berbalik tanpa menghiraukan Zoa yang ada di sampingnya.

"Bereskan mereka, Harry!" perintah Lucas dingin lalu pergi begitu saja.

Zoa menatap punggung Lucas yang mulai menjauh. Ia kembali menghela napas. Kenapa pria itu keras kepala sekali. Ada apa sebenarnya hingga ia bisa membunuh dua orang sekaligus di dalam ruang makan? Astaga … Zoa sungguh tidak habis berpikir.

"Kalian ikut aku," perintah Harry pada pelayan yang masih tersisa.

"Harry."

Harry menoleh ke arah Zoa. "Ada apa, Nona?"

Zoa melirik kepada para pelayan di sana. Bisa ia lihat semburat ketakutan yang amat kentara dari wajah mereka. Ia tak tega melihatnya tetapi ia juga sedikit ragu untuk melindungi mereka tanpa tahu alasan yang tepat.

"Apa kau juga ingin membunuh mereka?" tanyanya ragu.

Harry terdiam.

"Harry."

"Ini perintah tuan, Nona. Permisi," ujar Harry lantas berbalik dan mulai melangkah pergi diikuti dua anak buah di belakangnya dan para pelayan yang terus menunduk lesu.

"Pelayan," panggil Zoa. Ia tak bisa melihat mereka semua mati sia-sia. Setidaknya ia harus berusaha mencegah kematian mereka meski sebenarnya itu bukan urusannya. Katakan saja ia sudah berani ikut campur dan akan menerima konsekuensi dari Lucas nantinya.

Para pelayan sontak menoleh pada nonanya dengan tatapan bingung bahkan Harry dan dua pria di belakangnya ikut menoleh.

"Harry bisa kau tinggalkan kami? Aku tak akan lama," ucap Zoa sembari mengacungkan jari kelingkingnya. Bermaksud mengisyaratkan pada Harry dengan janjinya.

Harry menghela napas. "Jangan merepotkanku, Nona. Ini bukan wilayahmu untuk ikut campur," ujar Harry mengingatkan. Sebenarnya tak tega mengatakan itu, tapi mau bagaimana lagi? Zoa terlalu jauh melangkah yang bahkan Harry tidak berani melakukannya jika itu atas perintah Lucas.

Zoa segera menggeleng. "Aku tau itu, Harry. Aku hanya sebentar. Kau harus percaya padaku. Aku janji."

Harry agak berpikir. "Baiklah. Lima menit," ucapnya lalu pergi meninggalkan mereka.

Zoa tersenyum sumringah lalu menatap para pelayan itu. "Sebenarnya ada apa?" tanyanya lembut.